POSSESIVE BROTHERS | Part 9

91.6K 6.4K 40
                                    

—————

Playlist : Speechless - Naomi Scott (Aladin)

—————

Tubuhnya yang kaku ditarik menjauh dan didekap erat oleh seseorang.

Steela tersentak dan berbalik, "Kak Aiden.." panggilnya terkejut.

Suara geraman membuat Steela menoleh, matanya membesar melihat Farren yang menghajar lelaki tadi dengan membabi buta.

Matanya berkilat marah dengan nafas tidak beraturan, ia terus memukul tanpa adanya perlawanan. Tak peduli akan wajah lawannya yang sudah di penuhi memar.

Teman-temannya tidak berani ikut campur dan hanya menatap ngeri dari kejauhan.

"Kak Farren, berhenti!!" Steela berteriak panik saat lelaki itu pingsan. Namun, Farren tidak peduli.

Siapapun yang mengganggu adiknya akan habis di tangannya. Tanpa pandang bulu.

"Kak Aiden.." Ia mencoba meminta bantuan untuk menghentikan kakaknya yang seperti kerasukan.

Aiden tidak menghentikan Farren, dia tahu tabiat sahabatnya. Jika ada yang mengganggu seseorang berharga baginya, ia akan bertindak.

Lelaki itu masih ingat kejadian saat mereka masih duduk di bangku kelas IX, ada kakak kelas yang mengejek Aksa saat MOS. Tanpa ragu, Farren menghajar lelaki itu tidak peduli bahwa ia adalah anak kelas XII.

Sejak itulah, Farren menjadi orang terkenal bahkan ditakuti di sekolah mereka.

Aiden masih ingat rasa terkejutnya saat melihat Farren serta Arkan dan Aksa bersama Steela beberapa waktu lalu. Ternyata ketiganya adalah kakak kandung Steela.

Terlalu hanyut dalam pikirannya membuat Aiden lengah sehingga Steela yang berada dalam kungkungannya terlepas.

Gadis itu memeluk Farren erat, "S-sudah kak, aku tidak apa." Steela berujar ngeri melihat bercak darah di kepalan tangan Farren, yang ia tahu bukan milik kakaknya.

Gerakannya terhenti, ia berbalik menghadap adiknya yang sudah berurai air mata.

Hal itu seolah menyadarkan Farren dari kubungan amarahnya, ia berlutut untuk menyamakan tinggi mereka dan menghapus air mata Steela lembut.

"Aku hampir gagal melindungimu." Farren menatap penuh sesal.

Steela menggeleng dan menarik kakaknya untuk berdiri, "Kakak sudah melindungiku, sekarang giliranku untuk merawat kakak."

Mereka berlalu meninggalkan Aiden juga lelaki pingsan yang sudah di bawa pergi teman-temannya.

***

Kakak beradik itu sampai di taman dan langsung duduk di salah satu bangkunya. Steela merogoh sakunya dan mengeluarkan tisu basah lalu membersihkan tangan kakaknya.

Farren tersenyum lalu menggeser tubuhnya pelan, Steela ikut bergeser membuat Farren langsung mengambil posisi tertidur nyaman di paha sang adik.

Kemarahan yang tadi mengganggunya kini sudah hilang berkat gadis itu, tapi tentu saja ia tidak akan memaafkan lelaki tadi.

Lelaki itu meraih tangan Steela yang menggantung bebas dan menaruhnya di kepala, Steela yang mengerti mulai mengusap rambut hitam itu.

Farren menutup mata menikmati kedamaian yang melingkupi mereka, sebelum dihancurkan oleh suara menggelegar, membuat Farren menghela nafas kasar dan bangun dari tidurnya.

Matanya melihat dua sosok yang mendekat, "Auri!!"

Siapa lagi kalau bukan si kembar Arkan dan Aksa?

Keduanya sedang belajar saat Aiden memberi pesan bahwa sesuatu terjadi pada Steela. Dan tanpa menunggu lama, mereka berdua izin keluar kelas dan berkeliling mencari Steela.

Steela meringis melihat Arkan yang di tarik paksa oleh Aksa hingga berjalan sedikit tertatih.

Saat melihat Steela, Aksa langsung memeriksa setiap inci wajahnya. Aksa bahkan menggoyang-goyangkan pipinya dengan cepat.

Sedangkan Arkan, ia langsung menghampiri Farren.

"Hentikan, bodoh!" Farren memukul pundak Aksa.

"Apa yang terjadi?" Arkan yang berpikir lebih logis dibanding adik kembarnya langsung bertanya, raut wajahnya serius.

"Seseorang hampir menciumnya." Farren mengepalkan tangannya.

Arkan yang mendengarnya membulatkan matanya tidak percaya. Aksa ikut berbalik ke arah keduanya dengan terkejut.

     "Dimana dia?" Arkan mencengkram bahu Farren kasar, wajahnya memerah dengan mata menajam.

     Farren melepas pegangan Arkan dibahunya, dan merapikan lengan bajunya yang kini kusut, "Gue udah kasih sedikit pelajaran."

     Arkan mengusap wajahnya dengan kecewa. Bagaimana bisa mereka lalai menjaga Steela hingga adiknya itu hampir dilecehkan?!

     "Savier.. tahu?" Kini Aksa bersuara, yang dibalas gelengan pelan Farren. Ia yakin masalah akan tambah besar jika lelaki itu tahu.

     "Tenang saja, kak. Semua sudah baik-baik saja." Arkan hampir lupa keberadaan adik kecilnya itu karena terlalu terbawa emosi.

     "Kau yakin?" Arkan mengacak rambutnya.

     Si bungsu mengangguk semangat, "Ya, kakakku yang tangguh kan melindungiku!" ketiganya tersenyum lembut, mereka senang menjadi sosok yang bisa diandalkan oleh sang adik.

     "Tentu saja, kami akan selalu ada untukmu." Farren memeluk adiknya dengan sayang, diikuti oleh Arkan dan Aksa.

Kehadiran Steela membuat semua terasa lengkap. Tidak ada lagi rasa sakit maupun kekosongan yang mendera kala sesosok gadis kecil melintas di pikiran mereka.

Dan kini, mereka harus menjaga yang sudah dipercayakan untuk kembali pada mereka.

***

     "Lo gimana, bro?"

Keadaan lelaki itu kacau. Wajah dan badannya dipenuhi lebam, keningnya berdarah, area sekitar matanya memar, dan kedua ujung bibirnya robek dan sedang diolesi obat merah.

     "Shh.."

Bibirnya mendesis pelan saat temannya menempelkan kapas luka, ia meringis merasakan perih tak tertahankan di setiap bagian tubuhnya.

     "Gua udah bilang, tuh cewek gak bisa lo ganggu. Pawangnya si Farren." Salah satu temannya menasehati.

     Lelaki itu menggeram marah, "Sialan!"

Kakinya menendang botol kaleng kosong yang langsung menimbulkan bunyi nyaring di gedung tua itu.

***
13-02-2020

Possesive Brothers✔️Where stories live. Discover now