PART 4 🌹~Sepertinya kalian jodoh?~🌹

8.5K 481 65
                                    

"Dingin tak selamanya akan membuatmu beku"

🌹🌹🌹
•••

Saat sudah sampai di pemberhentiannya, Diva langsung berlari. Dan benar dugaannya, gerbang sudah ditutup.

"Bodo amat kalau dihukum, yang penting gue gak alfa!" gumam Diva, tangannya mencengkeram kuat besi gerbang sekolah.

"PAAAKKK BUKAA GERBANGNYAA PAAAKKKKK" tak tanggung tanggung, Diva berteriak sangat keras. Pasti itu akan terdengar sampai ke dalam sana. Diva tebak pasti akan ada seseorang yang akan membukakan gerbang.

"Lo ngapain sih?" Diva terperanjat kaget saat suara cowok terdengar dari belakangnya. Diva membalikkan badannya dan langsung menghadap ke cowok -yang menurutnya- menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan Dhevan, si murid baru yang sekarang menjadi teman sebangkunya.

"Busettt! Lo!"

Dhevan cuma berlagak watados, melewati Diva begitu saja. Dia celingukan seperti anak hilang yang mencari ibunya.

"Gerbangnya udah ditutup?" tanya Dhevan polos, Diva memandang datar ke cowok kelebihan kalsium itu. Apa cowok itu buta? Atau matanya kehalangan dosa yaa!

"Heh! Lo gak bisa liatt apa? Gerbang di depan idung lo tuh udah ditutup! Pake acara nanya lagi" Diva nyolot, entah kenapa ya dia kalau berhadapan dengan Dhevan bawaannya tuh selalu marah marah mulu. Padahal mereka berdua baru bertemu kemarin.

"Yaa basa basi aja sih, kan garing kalau gak basa basi dulu" ucap Dhevan, mengabaikan ucapan kasar yang Diva lontarkan padanya. Diva memberenggut kesal.

"Lo kira tahu krispi, kek ada garing garingnya. Terserah anda saja paduka, hamba lelahh" ucap Diva sambil mengibaskan sebelah tangannya, tanda ia menyerah. Nafasnya semakin memburu, awalnya cuma cape karena lari dari halte bus tapi sekarang cape karena menjawab omongan Dhevan.

Tapi ucapan Dhevan kembali menyulut amarahnya. Dhevan memang minta disleding. "Nahh gitu dong babuku! Jangan nyolot mulu ke pangeran"

"BABU PALALU!"

"Apa sih?! Gue cape, mau pulang" ucap Dhevan dengan muka ditekuk, dan hal itu membuat tangan Diva gatel ingin mencakar wajah Dhevan.

"SANAA! PULANG AJA! LAMA LAMA GUE KERIPUT KALAU TERUS TERUSAN NGOMONG SAMA LO!"

"Hushhh babu gak boleh ngomong kasar ke pangeran, ntar pangeran hukum"

"Serahh Dhevv! Serahhh!"

Perdebatan antara Dhevan dan Diva pun berhenti saat suara lelaki menengahi mereka berdua.

"Heh kalian berdua! Bukannya masuk malah adu bacot di luar!" bentakan itu berhasil membuat Diva diam terpaku, woe yang keluar macan liar.

"Anjir mampus, yang keluar kucing garong!" ucap Diva kaget, demi apapun yaaa... Yang Diva harapkan itu pak satpam, bukan guru bk super killer yang kalau ngasih hukuman suka gak pake perasaan.

"KAMU NGOMONG APA DIVAA?! SINII BAPAK CAKAR!"

"Ampun paakk, Dhevan ngajak saya boloss" balas Diva dengan seenaknya, Dhevan yang tak terima pun langsung mengelak.

"Busett dahhh... Bohong paak, nih cewek emang suka banget ngebohong" ucap Dhevan panik, wajah guru bk yang ada di depannya ini sangat menyeramkan ditambah plus penggaris besi sepanjang kenangan eh maksudnya sepanjang 70 cm yang dipegangnya. Masih untung sih bukan golok :|

"Udah! Cepet masuk! Atau mau diem aja di luar sampe pulang?!"

"Mending pulang pak. Bisa rebahan sambil nonton tipi atau main game, terus nyemil makanan! Uhh impian" ucap Dhevan tak sadar, Diva pun menyikut perut Dhevan, si Dhevan sepertinya mencari masalah.

Dhevan's Personality Where stories live. Discover now