Dhevan, pemuda yang tumbuh bersama seseorang yang tidak sengaja ia ciptakan sebagai tameng pelindungnya. Alter yang muncul karena tekanan emosianal yang tinggi akibat kecelakaan yang menimpanya.
Sosok dingin, kuat, serta dewasa berhasil membuatnya...
"Jangan hiraukan orang yang selalu memandangmu sebelah mata, mereka tidak tau kalau ada berlian berkilau di dalam dirimu."
🌹🌹🌹 •••
Diva menggerutu di sepanjang trotoar yang lumayan sepi, tangannya tak berhenti memilin ujung bajunya. Telinga ia sumpal oleh earphone. Demi apapun ia kesal sekali sama Dhevan atau Arsen? AHH TERSERAH LAH! PUSING DIVA TUH!
Dhevan membawanya ke taman, dan ia disuruh untuk menunggu di bangku taman. Tapi setelah ditunggu 15 menit, itu makhluk halus kelebihan kalsium gak kunjung muncul ke peradaban.
"Bangsat bener tuh makhluk halus, mau ngumpat tapi ngumpatin siapa? Dhevan atau Arsen?"
"Sabodo teuing! Mau Dhevan atau Arsen sama-sama nyebelin anjir!"
"Bicit imit sih dii." gerutuan Diva makin menjadi-jadi, batu kerikil yang berada di trotoar ia tendang akibat saking kesalnya.
"Harusnya gue gak usah kesini!"
"Diva!" panggil seseorang dari belakang, tetapi tak ia hiraukan.
"Harusnya gue lagi makan ditraktir Sherly!!" Diva terus saja berjalan, tak mendengar orang yang memanggilnya. Karena telinganya tersumpal earphone.
"Divaaaaa!!"
"Harusnya gue lagi ditraktir!!"
"Divaaaaaaa!!" Dhevan menarik bahu Diva agar berbalik menghadap cowok yang sedang Diva umpati.
"Apasi?!" sentak Diva saat tangannya ditarik ke belakang. Bibirnya mencebik lucu dan alisnya menukik tajam.
"Nih ambil," ucap Dhevan sambil memberikan es krim dalam cone.
"Apa?"
"Es krim lah, lu kira apa? Granat?" ujar Dhevan dengan cengiran polosnya.
"Gak lucu njir." balas Diva lalu mengambil es krim yang masih berada di tangan Dhevan.
"Siapa juga yang ngelucu." dumel Dhevan.
"Ngapain lo ngikutin gue?" taya Diva, mulutnya sedikit belepotan karena makan es krim seperti anak kecil.
"Lo ninggalin gue," ucap Dhevan. Entah sadar atau tidak, jarinya mengusap sudut bibir Diva yang sedikit kotor.
"A-apasi, sana pulang." Diva menepis tangan Dhevan lalu mendorong bahunya pelan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.