05. Kopi

178 27 3
                                    


Bintang meneguk air mineral di tangannya dan berusaha mengatur deru napas yang memburu. Namun, ia jadi mendelik melihat Aris menggiring bola disertai teriakan yang nyaring.

"Kaya anak cewek kalo lagi main bola," komentar Juni yang duduk di pinggir lapangan.

"Sekarang lebih kaya orang gila nggak sih?" tanya Bintang sambil menghela napas, merasa lelah melihat kelakuan temannya itu.

Aris menggiring bola ke kanan kiri dengan gaya berlebihan. Sesekali ia mengeluarkan suara aneh dengan nada tinggi.

"Ntar juga cape sendiri," kata Juni sambil meneguk minumnya.

Bintang, Juni, Dean, Evan, dan Jiandra duduk di pinggir lapangan. Beristirahat setelah bermain futsal. Sementara Aris masih betah di tengah lapangan sendirian.

Jiandra yang sedang meneguk minumnya refleks melotot. "Eh, Nancy cuy Nancy!"

Mereka langsung menoleh, menatap rombongan adik kelas yang berjalan sambil membawa buku menuju gedung laboratorium.

Juni, Evan, Dean dan Jiandra menyerukan nama Nancy kompak.

Gadis cantik berdarah Amerika itu tersenyum ramah dan mengangguk kecil. Sukses membuat para pemuda itu berdecak kagum.

"Cakep banget anjir," kata Evan setelah rombongan itu melewati mereka.

"Yang sebelahnya Shasha kan?" tanya Juni teringat kemarin Dean menyebut ada adik kelas cantik temannya Nancy.

Dean mengangguk. "Cantik kan?"

"Kaya mojang Bandung," komentar Evan.

"Gue jajakanya," kata Dean menepuk dadanya bangga membuat Juni bergidik geli dan mengumpat.

Bintang tak berniat bergabung. Matanya masih memandangi seseorang diantara gerombolan itu. Ia tersenyum tipis ketika gadis itu terlihat mengerucutkan bibir merasa kesal, memukuli teman di sampingnya.

"Imut."

"Hah?" Dean mengerjap, "Gue?"

Bintang menoleh lalu menendang kaki Dean membuatnya mengaduh. "Bukan lo."

"Siapa yang imut?" tanya Aris mendekat mengikuti arah pandang Bintang.

"Noh yang paling kecil," balas Bintang.

Aris menyipitkan matanya mencari seseorang yang dimaksud. "Yang mana?"

Bintang berdecak, menarik kepala Aris. Jarinya menunjuk ke arah rombongan adik kelas yang mulai menaikki tangga. "Itu yang rambutnya diiket," katanya.

"Lah?" Juni yang ikut menyimak menoleh kaget. "Tetangga gue itu."

Bintang menoleh kepada Juni yang menunduk mengikat sepatu. "Mana mau Sely deket-deket buaya macam lo," kata Juni.

Bintang menaikkan alis dan tersenyum miring. "Namanya Sely?"

"Lah bukannya namanya Kila ya?" tanya Evan mengerutkan kening.

"Sely panggilan dia dari kecil. Orang-orang komplek manggil dia Sely, ngikutin keluarganya," jelas Juni.

Bintang mengangguk, entah untuk apa. Ia kembali memandangi Kila yang kini berjalan cepat meninggalkan temannya yang tertawa.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang