04. Selamat

174 28 12
                                    

"Woi woi siapa yang menang?!"

Kila melompat menghampiri Alvin yang baru memasuki kelas diikuti beberapa anak kelas yang juga mendekat. "Siapa, Vin?!"

"Si Miki lah. Pasti suaranya unggul banyak." Haidar yang sedang bermain games menimpali.

Alvin menjentikkan jari lalu menunjuk Haidar. "Bingo!"

Sementara Haidar mengangkat dagu dan tersenyum jumawa.

"Serius lo?" tanya Kila mengekor Alvin.

Alvin duduk di kursinya. "Duarius buat Kila," balasnya mengerling genit.

"Mau bogem?" ancam Kila mengepalkan tangannya. Gadis mungil itu mencibir kemudian berbalik meninggalkan Alvin yang kini tertawa keras. "Mahe!"

"APA?!" sahut Mahe tanpa menoleh, sedang bermain games bersama Rio.

"AYO KATANYA MAU BELI MAKAN!"

"SAMA YANG LAIN AJA KEK, TANGGUNG NIH."

Kila menghela napas, mencoba bersabar. Ia melangkah menghampiri Mahe. "Kan lo yang mau bayarin."

"Sama yang lain aja," balasnya masih fokus dengan games. "ANJIR RIO BEGO."

"Kasar!" Kila menoyor kepala Mahe kesal.

"INTAN, KILA NOYOR GUE!"

"DIA YANG NGOMONG KASAR DULUAN!"

Kila menoyor lagi kepala Mahe, kesal mendengarnya mengadu seperti adik.

Intan Merina, juara kelas yang merangkap sebagai "ibu" di kelas ini. Karena umurnya yang lebih tua dari yang lain dan juga sikap dewasanya, maka anak kelas menjadikannya tempat mengadu.

"Kilaaa," kata Intan menegur.

Kila menoleh kemudian meringis. "Hehehe maaf," katanya. "Dasar tukang ngadu."

"INTAN, KILA NGATAIN GUE!"

"BERISIK PAPAN CUCIAN!"

Kila beranjak keluar kelas dengan bibir yang terus mengomel. Ngatain Mahe dengan suara yang sengaja ia keraskan. Biarin aja dia denger.

"Kila." Seseorang memanggil membuatnya berhenti. "Bareng aja sama kita," kata Julian setelah berdiri di samping kiri Kila.

"Yoiii, ntar dibayarin Julian," kata Haidar merangkul Julian.

"Serius?!"

Julian menelan kembali umpatannya melihat mata Kila berbinar. "Iya, ayo."

Ketiganya berjalan beriringan menuju koperasi sekolah. Julian di tengah dengan Kila di sisi kanan dan Haidar di sisi kiri.

"Makasih Juli," ucap Kila tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Julian hanya mengangguk pelan.

"Jul, kenapa nama lo bukan Junian?" tanya Haidar tiba-tiba.

Mendengar pertanyaan random Haidar, Kila tertawa ringan. "Kan dia lahirnya di bulan Juli," balasnya.

Haidar mengerutkan kening, "Dia lahirnya tanggal satu. Bisa aja nama dia awalnya emang Junian, tapi dia lahirnya malah bulan Juli."

"Nama gue rencananya Juniar. Tapi gue malah lahir jam 1 dini hari tanggal 1 Juli, jadinya terpaksa diganti jadi Julian," kata Julian menjelaskan.

"Woah," kata Kila tanpa sadar.

Julian terkekeh, "Kenapa?" tanyanya memandangi Kila yang kini bertepuk tangan pelan.

Kila tersenyum menampilkan deretan gigi putih berbaris rapi dimulutnya. "Lucu aja gitu kalo nama lo Juniar. Berasa adiknya kak Juni," katanya menyebut salah satu kakak kelas yang merupakan tetangganya.

SomedayTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon