20. Korban

120 16 12
                                    

20. Korban

Kila turun dari motor, membuka helm dan memberikan pada Miki.

"Maka–"

"Gue boleh peluk lo?" Miki bertanya tiba-tiba membuat Kila tersentak refleks mendongkak.

Miki turun dari motor, tanpa menunggu langsung merengkuh tubuh mungil Kila.

"Sebenernya gue gak mau ngomong ini," lirih Miki. "Kayanya ini yang terakhir buat gue."

Kila meneguk ludah susah payah, berusaha menahan matanya yang kembali berair. "Kenapa?"

"Gue telat, Kil," ucap Miki pelan.

"Gue tau," balas Kila. Gadis mungil itu bergetar, menggigit bibirnya keras menahan tangis.

"Disaat gue sadar kalo lo satu-satunya buat gue, disaat itu juga hati lo udah terbiasa sama orang lain," lirih Miki dengan suara rendah dan serak.

Kila merasa Miki makin erat memeluknya. "Siapa?" tanyanya pelan hingga terdengar seperti berbisik.

Miki tak menjawab. Pemuda jangkung itu makin menunduk, memejamkan mata menarik napas berat.

Yang kemudian Miki jadi tersentak saat tangan mungil Kila membalas pelukannya. Dadanya hangat dan sesak disaat yang bersamaan.

Lo brengsek, Miki. Gimana bisa lo nyakitin orang setulus ini?

"Janji sama gue, kalo lo nggak akan pernah mendem perasaan kaya gini lagi," kata Kila membuat Miki tertegun. "Cukup gue korban dari keraguan atas hati lo, Mik."

Miki memejamkan mata dan menarik napas berat. "Gue cuma pengen elo..."

Kila melepaskan dirinya, mundur ke belakang lalu menatap Miki dengan mata yang sudah berair. "Gue juga pengennya mulai dari awal sama lo. Dengan cerita yang beda, bukan lagi suka sepihak."

Kila tersenyum. Bersamaan dengan setetes air mata yang turun di pipinya. Secepat kilat ia menepisnya lalu berusaha menatap Miki lagi. "Tapi kalo boleh jujur hati gue rasanya udah mati rasa, Mik. Gue nggak bisa bayangin sehancur apa Mahe. Gue aja ngerasa dikhianatin sama lo padahal kita bukan siapa-siapa," katanya dengan kekehan di akhir kalimat.

Kila menunduk memejamkan mata dan menarik napas berat. Ia mendongkak menatap Miki tepat. "Kalo gue maksa lanjutin ini sama lo, bukan cuma gue yang terluka, Mik. Lo, Hichan dan Mahe juga bakalan ngerasain luka yang lebih parah."

"Bukannya kalo gitu lebih baik? Gue sama lo, dan mereka berdua bisa lanjutin hubungannya," balas Miki bingung.

"Kita beda, Mik. Gue sama lo gak pernah terikat hubungan apapun. Dari awal juga kan cuma gue yang suka sama lo. Sementara Mahe? Dia udah punya hubungan sama Hichan. Lo bisa bayangin gak gimana rasanya jadi Mahe? Pacarnya ternyata udah punya hubungan terikat yang namanya tunangan sama temen sekaligus sodara sendiri."

Kila menjeda kalimatnya, lagi-lagi menarik napas berat. "Posisi Hichan jauh lebih sulit. Dia temen gue, dia pacar Mahe dan dia juga tunangan lo. Gue gak mau kalo dia terus nyalahin diri sendiri. Lagian dengan kita berdamai dengan keadaan semuanya bakalan jauh lebih baik daripada kita maksain buat bareng."

"Mik," panggil Kila pelan. Gadis itu tersenyum lembut. "Lo sadar nggak sih rasa lo ke gue itu nggak sepenuhnya tulus?"

Miki tersentak. "Maksud lo?" tanyanya tersinggung.

"Alasan lo dulu gak nolak perjodohan lo sama Hichan itu, ya karena lo suka sama dia. Begitupun dengan Hichan. Sebelum dia ngebuka hatinya buat Mahe, dia lebih dulu nerima lo."

Miki mengalihkan wajah. Ia membeku seakan ditembak tepat. "Gue suka sama lo," katanya tegas masih menolak mengakui.

"Iya gue tau. Tapi lo makin maksain diri saat tau gue terluka. Lo ngerasa bersalah dan ngerasa kasian sama gue."

SomedayWhere stories live. Discover now