15. Dari Jauh

105 23 3
                                    


Juni melangkah dengan riang. Suasana hatinya sangat bagus. Semuanya berjalan dengan lancar dan menyenangkan.

Namun, tak lama setelah itu senyum lebarnya meluntur. Ia menghela napas. Kayanya dia emang tak diperbolehkan bahagia sebentar saja.

"Kenapa dia?" tanya Juni pada Jiandra. Jiandra hanya mengangkat bahu tak acuh.

"Lo jangan ngeroko," larang Evan yang masih bersikukuh tak mau membagi rokoknya.

"Lo mau ngerokok?" pekik Juni terkejut menatap Bintang tak percaya.

Bintang mendengus, "Lo aja bisa, ngapa gue gak boleh?" Tangannya berusaha menggapai bungkus rokok yang Evan angkat tinggi-tinggi.

"Gue udah kecanduan, Tang. Lo masih sehat, jangan sampe rusak kaya gue," kata Evan dengan wajah serius kemudian memasukan bungkus rokok itu ke sakunya.

Bintang melengos, meneguk cola dengan ekspresi keruh. Padahal kan Evan yang sering ngomong ngerokok itu bikin lega. Sekarang Bintang minta satu doang nggak dibolehin.

"Masih galauin yang kemarin?" tanya Juni mencomot gorengan milik Aris.

"Ck. Kagak," elak Bintang merasa malu.

"Yaudah sih tinggal ngaku aja susah amat," cibir Dean. Aris mengangguk setuju.

Jiandra mengulum bibir. Merasa bingung harus apa. Ia menoleh ke arah pintu, kemudian menegak dengan wajah berseri. "Tuh Sekar," kata Jiandra  mengalihkan pembicaraan.

"Annie mana?" tanya Dean bingung.

"Lah?"

Aris menoleh pada Juni yang menganga.

"ANNIE KETINGGALAN!" Juni menutup mulut dengan ekspresi berlebihan.

Jiandra menoyor Juni yang berada di sebelahnya. "Dikira dia barang!" katanya sewot.

Juni berdiri. Mengambil kunci motor di meja dan memakai jaket. "Gue takut Annie ngamuk."

"Lo mau kemana?" tanya Dean mengerutkan kening melihat Bintang ikut berdiri.

"Sekolah," jawab Bintang singkat.

"Yaudah lo aja yang jemput Annie," kata Juni kembali duduk.

"Ogah." Bintang berjalan meninggalkan meja membuat Juni mengumpat kasar.

" Bintang berjalan meninggalkan meja membuat Juni mengumpat kasar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kila melangkah di koridor. Menunduk membaca tumpukan brosur di tangannya. Gadis mungil itu mengedarkan pandang, menatap sekitar koridor yang sudah sepi.

"Kila!"

Kila menoleh, menemukan sosok jangkung Nancy berlari menghampirinya.

"Lo mau nempelin ini sekarang?"

Kila mengangguk, melangkah menuju mading. "Hmm. Lo mau ke ruang OSIS?" tanya Kila yang memang tadi melihat beberapa anggota OSIS dan MPK masih di sekolah.

SomedayWhere stories live. Discover now