03. Sadar atau Tidak?

189 32 1
                                    

Seluruh warga SMA Jehan bersiap untuk upacara bendera di Hari Senin. Kelas XI MIPA 5 termasuk golongan kelas rajin, karena semua muridnya sudah berbaris walaupun tidak rapih.

"Dasi lo mana?"

Alvin Ardiansyah. Laki-laki berwajah tengil tapi kini berubah so cool yang menjabat sebagai ketua kelas sedang mengecek kelengkapan seragam anak kelasnya.

"Dipake ayah," jawab Rio singkat.

"Goblok," hujat Alvin singkat, kembali mengecek murid yang lain.

"Kok bisa?" tanya Gilang penasaran kemudian terkekeh.

Rio mengedikkan bahu acuh. "Pas gue ke tempat dasi, dasi sekolah gue gak ada. Gue nanya ke asisten yang kerja, katanya dipake ayah," jawabnya membuat Gilang menertawainya.

"Tanyain lah ke ayah lo!" sahut Yuni yang berada di belakang mereka, diam-diam menyimak.

Rio menoleh lalu mendelik. "Gak penting, anjir," balasnya. Kemudian ia mengernyit menatap Yuni yang terlihat berbeda. "Lo potong rambut?"

Yuni merapikan poni sesaat kemudian tersenyum lebar. "Cocok kan?" tanyanya antusias.

Rio memandangnya lama, kemudian berdecak. "Kaya anak SD," balasnya kembali menghadap ke depan. Yuni menabok punggung Rio kesal membuatnya mengaduh.

"Sakit kan?!" Kini Yuni berjinjit menjambak rambut Rio kasar.

Kila melirik, melihat kelas sebelah yang mulai berbaris. Matanya mencari seseorang di barisan laki-laki.

"Kil, menurut lo siapa yang bakalan menang debatnya?" tanya Shasha sembari merapihkan rambutnya.

"Hah?"

Shasha berdecak, menoleh ke arah Kila. "Hari ini orasi ketua OSIS."

"HAH?!" pekik Kila dengan suara meninggi, mendekat ke arah Shasha membuatnya refleks mundur. Shasha mendorong badan Kila hingga terhuyung. Kila mengerjap. "Eh, bentar. Kok gue gak tau?"

Shasha mendelik. "Semalem udah dibahas di grup kelas," balasnya.

Kila mengerjap, mengingat isi grup kelasnya yang ramai semalam. "Semalem gue gak buka whatsapp," ucapnya, teringat setelah mengerjakan tugas ia langsung tidur.

Shasha menunjuk gedung laboratorium di hadapan mereka, membuat Kila menoleh. Ada dua spanduk besar, masing-masing berisi foto dan visi misi para calon ketua dan wakilnya.

"Gue yakin Miki pasti menang," ucap Shasha. "Kayanya seru nih sesi debatnya," lanjutnya excited.

Kila tidak menjawab. Kini ia mengerti alasan laki-laki yang dicarinya--Miki tidak ada di barisan kelasnya. Cowok jangkung itu pasti sedang mempersiapkan diri untuk kegiatan orasi nanti.

Setiap tahunnya ketika menjelang pemilihan ketua OSIS yang baru, ada kegiatan orasi terlebih dahulu. Orasi terdiri dari pidato singkat calon dan menyampaikan visi misinya. Serta dilanjutkan dengan acara debat antar calon.

Calon terdiri dari 4 orang, terdiri dari dua pasang calon ketua dan wakil.


Upacara berlangsung lancar dan tenang. Kila meniup poninya karena merasa bosan. Di depan, Pak Rendi yang merupakan guru muda dan tampan sedang memberikan amanat sebagai pembina upacara. Sebagian siswi memperhatikan dengan serius.

Entahlah. Mereka memang menyimak amanat Pak Rendi atau cuma sekadar memandangi wajah tampannya.

"Sayang banget ya guru BK kita bukan Pak Rendi," bisik Shasha.

Kila mengangguk setuju. "Anak IPS enak dari kelas 10 sama Pak Rendi terus."

Shasha memandangi kembali Pak Rendi yang selesai memberikan amanat. "Udah nikah belum sih?" tanya Shasha.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang