21. Akhirnya

103 14 10
                                    

Bintang dan Kila berjalan beriringan. Kila di atas trotoar dan Bintang di bawah. Tadi Ayah meminta Kila pulang naik ojek online karena Ayah mendadak harus ke kantor. Tapi Kila menolak dan memilih jalan kaki saja.

Bintang menoleh, memandangi Kila dari samping. Gadis itu terlihat lesu. Matanya sembab karena tadi menangis lama di Alfamidi.

Bintang jadi ikut sedih dan kesal mengingat tadi Kila menangis hebat yang kedua kali di depannya.

"Gue orang pertama yang denger dari lo langsung?"

Kila mengangguk pelan dengan wajah bingung. Agak terkejut Bintang tiba-tiba bertanya.

"Gimana sama temen lo yang lain? Siapa itu namanya gue lupa, Nans–Nancy, ah iya Nancy, sama Shasha. Mereka nggak tau?'

Kila menghela napas, menunduk dan menggeleng pelan. 

"Aku bingung..." Kila memainkan keresek di tangan dengan ekspresi kosong. "Makin lama aku makin ngerasa kalo aku yang berlebihan. Masalah ini sebenernya sepele banget. Tapi aku malah heboh sendiri bikin Miki, Mahe sama Hichan gak nyaman. Yang awalnya aku udah mau cerita ke mereka, akhirnya gak jadi."

Kila berhenti membuat Bintang juga menghentikan langkahnya. Ia diam sebentar. "Aku sebenernya bingung. Aku ini kecewa karena apa sih? Kecewa sama mereka, keadaan, kenyataan, atau bahkan aku kecewa sama ekspektasi yang dibuat aku sendiri?"

Kila menunduk dan menghela napas. "Makannya aku ngerasa gak penting kalo cerita ke mereka. Aku takut kalo reaksi akunya yang terlalu berlebihan."

Bintang menghela napas. Jadi tak tega.
"Yang gue liat lo itu gak berlebihan sama sekali. Reaksi lo sangat-sangat wajar," kata Bintang dengan wajah serius. "Lo kecewa sama semuanya. Sama mereka, keadaan, kenyataan dan ekspektasi yang lo buat sendiri."

"Lo gak nyaman cerita sama temen lo?" tanya Bintang. Mengingat tadi Kila sepertinya tak ada pilihan lain selain cerita semuanya pada Bintang.

"Bukan gitu," balas Kila menyangkal. "Emang waktunya sering gak pas aja."

"Kalo lo masih belum lega, cerita sama mereka. Kali aja lo dapet saran yang sesuai kalian sesama cewek."

Kila menipiskan bibir dan mengangguk pelan.

"Tapi jujur," ucap Kila menggantung. Ia menoleh pada Bintang. Kemudian mengerjap beberapa kali saat Bintang balas menatapnya.

"Kenapa?"

Kila berdehem mengalihkan wajah. Menguasai ekspresi wajahnya yang tadi sempat terpesona.

"Aku nyaman cerita sama Kak Bintang. Kak Bintang pendengar yang baik."

Bintang tersentak. Jadi memiringkan kepala berusaha menatap Kila yang menatap arah lain.

"Apa? Gak kedengeran," kata Bintang kesenengan dipuji.

Kila yang mengerti berdecak. "Gak ada pengulangan," balasnya lalu melangkah lebih dulu meninggalkan Bintang yang tersenyum lebar.

Bintang segera menyusul berdiri di samping kanan Kila. Ia melirik Kila yang masih terlihat tak bersemangat.

"Nakila."

Kila terkejut mendengar Bintang memanggil nama lengkapnya. Ia menoleh menatap Bintang.

"Udah pernah gue bilang kan, kalo lo confess tuh berarti udah ngalahin gengsi sendiri. Lo itu keren." Bintang diam sebentar. "Yang gue liat, lo gak pernah berlebihan nunjukin rasa suka lo sama Miki. Malah dengan sendirinya dia suka balik sama lo."

Kila tersentak. "Kak Bintang tau dari siapa?"

Bintang berdecak. "Lo tuh terlalu polos atau emang gak peka si? Semua orang juga bisa liat kalo Miki juga suka sama lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang