Goes to Korea

91 6 13
                                    

Hampir 3 bulan Taehyung berada di rumah mamanya di Jepang, selama itu ia masih sering menghubungi neneknya bahkan sering kali mamanya juga ikut bergabung ketika mereka sedang mengobrol di telepon.

~

"Jadi kamu serius dengan Yuka nak?" Tanya mamanya tiba-tiba.

"Iya ma, menurut Taehyung, Yuka adalah wanita yang bisa mengerti Taehyung, ia bisa menerima Taehyung dengan segala kelebihan serta kekurangan Taehyung." Jawabnya dengan mantap.

"Baik kalau begitu, perlukah kita segera meresmikan ini?" Tanya mamanya lagi.

"Ah tapi aku belum siap jika harus melangkah ke pernikahan ma, bukan karena aku belum yakin dengan Yuka, tapi justru aku belum yakin pada diriku sendiri, aku belum yakin aku bisa membahagiakan dia." Katanya disusul dengusan nafas pasrah.

"Nak, kau tau, pernikahan mama dan papa tak bertahan lama, mungkin karena dulu mama yang terlalu gegabah menerima lamaran papamu, mama hanya tak ingin hal pahit itu terjadi padamu juga nak, jadi mama mohon, pikirkan baik-baik mengenai hal ini." Kata nyonya Keiko sambil memandang putranya dengan lekat. Taehyung mengagguk lemah mendengar nasihat dari mamanya.

~

Pagi hari yang cerah di kota Tokyo, dimana matahari pertengahan tahun menyinari bumi dengan bahagianya. Taehyung yang sudah bangun sejak matahari baru mengintip dari tempatnya terbit baru saja kembali dari aktifitas olah raga paginya. Ia kini sedang duduk di kursi taman depan rumah ibunya, memerhatikan neneknya yang sedang menyirami tanaman.

Sejak tinggal di rumah mamanya, Taehyung memang hidup lebih disiplin, ia hampir selalu bangun pagi untuk berolahraga atau sekedar berjalan menikmati udara pagi bersama sang ibu atau kakek neneknya.

"Sobo, aku iri dengan tanaman-tanaman itu." Celetuk Taehyung.

"Apa yang kau iri dari tanaman-tanaman ini Tae?" Jawab nenek Taehyung sambil tetap fokus menyiram.

"Setiap pagi sobo tidak pernah lupa menyirami mereka." Kata Taehyung.

"Oh kau mau disiram juga setiap pagi Tae?" Sahut nenek Taehyung sekenanya.

"Bukan begitu sobo." Taehyung mulai merengek.

Nenek Taehyung tertawa, ia kemudian mematikan kran airnya dan berjalan mendekati cucunya.

"Apa yang sebenarnya membuatmu iri, ha?" Kata nenek Taehyung sambil mencubit hidung cucunya yang mancung.

"Mereka mendapat kasih sayang yang tulus dari sobo bahkan sejak pertama kali mereka di tanam, kan?" Jawab Taehyung.

Nenek Taehyung terdiam, ia mengerti pembicaraan ini arahnya kemana, pasalnya nyonya Keiko telah menceritakan semua tentang kehidupan Taehyung selama bersama ayahnya, tak ingin membuat cucunya semakin murung, nenek Taehyung berusaha membesarkan hati cucunya kemudian mengajaknya masuk, "sudahlah, yang berlalu biarlah berlalu, kini kau punya mama, sobo dan sofu yang amat sangat menyayangimu, ah dan harumuni."

Taehyung tertawa, "Halmeoni sobo, kenapa selalu menyebutnya harumuni."

"Ya iya itu maksud sobo, sudah ayo masuk." Mereka lantas masuk ke dalam rumah.

Siang harinya ketika Taehyung sedang duduk di balkon kamarnya sambil mengotak atik laptop dan ditemani secangkir es kopi, ia mendengar ponselnya berdering, ia meraih benda pipih persegi yang ada di samping laptopnya, ia memerhatikan nama yang tertera di layar ponselnya kemudian dengan berat hati menggeser logo ponsel berwarna hijau.

📲 Papa
'Taehyung? Nak?' Suara Mr. Kim Ji Suk terdengar lirih dari seberang.
"Ya?" Jawab Taehyung singkat.
'Papa ingin minta waktumu sebentar nak.' Pinta Mr. Kim Ji Suk.
"Tidak perlu basa basi, katakan saja." Taehyung masih dengan nada bicaranya yang ketus.
'Sebelumnya papa minta maaf Tae, papa minta maaf sedalam-dalamnya padamu, sejak kau kecil, papa tidak pernah membuatmu bahagia sekalipun, bahkan sampai kau tumbuh dewasa papa semakin tamak dan ambisius, secara tidak sadar, papa menjadikanmu tumpuan untuk mewujudkan keinginan papa.' Mr. Kim Ji Suk terdiam, sepertinya ia berusaha mengendalikan perasaanya.

Another Side [BTS V] ✔Where stories live. Discover now