Bab 1

118K 8.6K 122
                                    

Aretha duduk termangu di dalam mobilnya. Ia menatap keluar kaca jendela yang menampakkan jalanan Jakarta lengkap dengan gedung-gedung pencakar langit serta kemacetan panjang yang menjadi pelengkapnya.

Matanya memang melihat ke arah luar sana, namun tidak dengan hati serta pikirannya. Entah mengapa otaknya justru kembali berjalan mundur, di hari dimana ia bertemu dengan Radhika di Venice.

Laki-laki itu masih sama. Masih suka menenteng buku di tangan kirinya, masih suka bepergian dengan membawa tas ransel yang Aretha tebak pasti berisi laptop dengan segala perlengkapannya. Ia masih sama, masih Radhika yang ia kenal. Bedanya kini tubuhnya sedikit lebih tinggi dan di lihat dari caranya berpakaian, laki-laki itu agaknya sudah mengerti apa itu fashion.

Dulu saat SMA, Radhika adalah cowok yang paling tidak tahu fashion. Kemana-mana hanya mengenakan kemeja flanel kotak-kotak atau kemeja warna polos dengan celana jeans plus sepatu converse lusuhnya. Berkali-kali Aretha meminta Radhika untuk sedikit mengubah cara berpakaian, namun tetap saja Radhika tetaplah Radhika yang tidak selalu menyukai perubahan.

Entah kenapa, semenjak hari itu Aretha jadi sering menangkap memori-memori yang sudah lama menghilang dari otaknya. Cerita masa-masa SMA yang selama ini mati-matian ia tutupi dengan rapat bahkan ketika beberapa wartawan menyinggung mengenai masa SMA ia benar-benar menutup mulutnya. Semua kilas balik masa lalu, kini seolah-olah kembali diputar ulang di depan mata.

"Aretha lo dengar gue gak sih?"

"Ya??"

Putri berdecak kesal. Sejak tadi, ia mengoceh dari A sampai Z dan ternyata Aretha tak mendengarkannya. Sebenarnya Putri menangkap ada sinyal-sinyal tidak beres yang terjadi pada Aretha, terlebih sejak kepulangannya dari Italia tiga hari yang lalu. Aretha mendadak menjadi lebih pendiam dan seringkali melamun.

"Nih," Putri menyerahkan iPad di hadapan Aretha yang menampilkan sebuah akun gosip di Instagram yang tengah membicarakan dirinya.

"Gue digosipin apa lagi sih sama akun @buah_bibir? Perasaan gue gak ngapa-ngapain," ujar Aretha sambil mengembalikan iPad tersebut pada Putri.

"Kalo gue pikir-pikir lagi, kayaknya lo emang mesti cari pacar deh Re,"

Ucapan Putri sontak membuat Aretha menoleh kearahnya. Putri hampir tak pernah membahas hal ini selama lima tahun mereka bersama, tapi entah kenapa kali ini ia membahasnya.

Aretha memang kerap di gosipkan dengan beberapa selebriti ternama. Bahkan tak ayal, ia kerap digosipkan dengan lawan mainnya di beberapa film yang dibintanginya. Dunia entertainmen memang keras. Jalan lurus digosipin, belok kiri dikit diomongin.

"Apaan sih Put, gue masih mau fokus karir dulu. Lagian ya gue heran sama admin admin akun gosip ini, bikin akun medsos kok buat mancing keributan, ngeributin kehidupan orang lain yang gak mereka kenal lagi. Aneh,"

"Tha, ini gosipnya benar-benar gak jelas. Netizen bilang lo lesbi!"

Aretha mendengus malas sambil memutar bola mata malas. Gosip macam apa yang menyerangnya kali ini. Setelah ia menepis berita hoax tentang dirinya yang disangka 'perempuan simpanan' akibat foto-foto tak jelas yang bocor ke media sosial, sekarang ia digosipkan jadi lesbi. Aretha pusing sekaligus muak mendengarnya.

Sekitar empat bulan lalu, Aretha harus berkali-kali kabur dari awak media yang terus mengejarnya. Bahkan ada beberapa wartawan yang mendatangi gedung apartemen yang menjadi tempat tinggalnya, dan membuat beberapa penghuni lain resah.

Hal itu terjadi karena tiba-tiba saja ada foto yang tersebar di media sosial dan menampakkan sosok dirinya sedang masuk ke hotel bintang lima bersama yang seorang pria yang mereka sangka adalah om-om hidung belang. Padahal faktanya, laki-laki itu adalah om Hendro, kakak dari papanya. Gila kan?

Dan sekarang, dia digosipkan menjadi seorang lesbian. Ide gosip 'wow' darimana itu?

"Cuekin aja sih Put. Gue klarifikasi malah ntar dikiranya gimana-gimana. Malas gue ladenin haters."

"Tha, gue tau banyak cowok yang deketin lo. Coba deh lo terima salah satu aja dari mereka, seenggaknya lo bisa manfaatin mereka buat menepis kabar negatif ini sementara."

"Gak mau! Mereka juga punya perasaan kali Put. Walaupun beberapa dari mereka ada cuma mau pansos ke gue, tapi gue bukan mereka. Yang memanfaatkan orang lain demi kepentingan sendiri. Udahlah,"

Putri memilih diam. Ia tahu kalau keras kepalanya sudah mulai muncul, Aretha akan menjadi wanita paling tak terbantahkan. Dalam situasi seperti ini, harus ada yang tetap menjadi air untuk menenangkan suasana yang panas. Putri hanya ingin Aretha bahagia menjalani kehidupannya, ia ingin Aretha benar-benar tersenyum di depan kamera dengan tulus bukan karena sebuah tuntutan.

"Put, gue lapar deh."

"Beli di resto depan sana aja. Take away tapi ya?"

Aretha mengangguk setuju. Meski sebenarnya ia ingin sekali memakan nasi padang di tempat langganannya dulu. Ada sebuah warung nasi padang yang menjadi favoritnya sejak bertahun-tahun. Warungnya tidak terlalu besar, namun tempatnya bersih dan nyaman.

Tiba-tiba handphone yang sedari tadi ada di genggamannya bergetar, menandakan ada sebuah panggilan masuk. Aretha melihat nama penelpon, dan langsung tersenyum senang membacanya.

"Halo, Pa!"

"Halo sayang. Lagi dimana?"

"Lagi dijalan Pa, mau ada talk-show gitu. Papa sama Mama sehat?"

"Alhamdulillah. Oiya, ini Mama mu mau ngomong. Ih, iya bentar Ma, Papa juga kangen dengar suara Rere."

Aretha tersenyum kecil mendengar perdebatan kedua orangtuanya. Selalu begitu. Meski terkadang sering terjadi selisih paham antara keduanya, mereka tetap saja terlihat sebagai pasangan romantis bagi Aretha. Ia merasa beruntung karena terlahir dari keluarga yang sangat mendukung dan menyayanginya.

"Halo Re, ini Mama. Kamu gak pulang ke rumah?"

Aretha menghembuskan nafas pelan. Kalau ditanya apa yang ingin Aretha beli dengan uang yang ia punya, tentu ia akan menjawab waktu. Berkali-kali kedua orangtuanya menanyakan hal ini, namun Aretha tak mampu menjawab dengan pasti kapan ia akan pulang ke rumahnya, rumah masa kecilnya.

Kalau dia bilang nanti sore, belum tentu ia akan benar-benar datang. Bisa jadi nanti sore itu berubah menjadi besok, lusa atau bahkan seminggu kemudian. Aretha, tak ingin lagi mengecewakan kedua orangtuanya.

"Nanti deh Rere tanya ke Putri ada free hari apa. Mama udah makan?"

"Udah sayang. Ya udah kalo gitu, Mama tutup teleponnya ya."

"Iya Ma, jaga kesehatan ya. Papa juga, jangan kebanyakan ngopi terus,"

"Oh iya satu lagi pesan Mama,"

"Apa Ma?"

"Kerja keras boleh, tapi jangan lupa cari pasangan hidup. Oke, itu aja. Bye Sayang!"

Aretha hanya bisa tertegun pasrah mendengar ucapan Mamanya. Mungkin memang benar, bahwa naluri ibu tak pernah salah sasaran. Setelahnya, Aretha jadi berfikir apa memang saat ini waktu yang tepat baginya untuk kembali mencoba menjalin hubungan dengan seseorang?

🌻🌻🌻

Jangan lupa untuk vote dan komen!

Saranghaja!♥️

( FOLLOW IG : @hellochingu__ )

After Met You (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now