Bab 14

55.4K 5.6K 73
                                    

Jangan lupa vote dan komennya 😘

🌹🌹🌹

Aretha sesekali melirik pada sosok laki-laki di hadapannya yang makan dengan tenang. Semenjak beberapa menit lalu ia membahas tentang pertemuannya dengan Rion, lelaki ini mendadak jadi pendiam. Saat ia melirik sekali lagi pada Radhika, tatapan mereka bertemu. Entah ini hanya perasaannya saja atau memang nyata begitu, tapi sorot mata Radhika menunjukkan rasa marah?

"Kamu sudah makannya? Gak mau nambah?" tawar Radhika.

"Ini cukup,"

"Jadi....kamu sama Rion?"

"Boleh aku habisin makananku dulu? Nanggung, tinggal dikit."

"Silahkan,"

Radhika yang memang sudah menghabiskan makanannya lebih dulu karena ia merasakan kecemasan dan ketakutan yang tiba-tiba memasuki hati dan pikirannya. Jangankan membayangkan Aretha menerima perjodohan sialan itu, mendengar wanita pujaan hatinya bertemu dengan Rion saja sudah membuat kepalanya mendidih. Katakanlah ia egois, tapi Radhika memang benar-benar belum mengikhlaskan Aretha begitu saja. Tujuh tahun ia menahan diri untuk tidak kembali ke Indonesia, merelakan hubungan cintanya kandas begitu saja dan meninggalkan gadis yang dicintainya dan terpaksa meninggalkannya sendirian tanpa penjelasan apa-apa. Radhika tahu, ia bersalah dan tak berniat lari dari kenyataan tapi ia tak punya pilihan lain, selain pergi. Dan saat dia kembali, berharap dapat membuat keadaan jadi lebih baik namun semua terpatahkan begitu saja. Bukankah itu sudah lebih dari cukup menjadi alasan untuk tidak semudah itu melepaskan cintanya?

Aretha meletakkan sendok dan garpu dengan posisi menyilang, tanda bahwa ia sudah menghabiskan makanannya.

"Jadi, kenapa?" tanyanya pada Radhika.

"Kamu, serius dengan Rion?"

"Ketemu sih iya. Tapi untuk serius, rasanya itu enggak mungkin,"

"Kenapa?"

"Dia sudah punya mempunyai seseorang yang dia suka dan aku rasa, aku gak akan pernah mempunyai intensi yang lebih padanya selain teman." jelas Aretha.

"Jadi?"

"Ya, aku dan kak Rion sama-sama sepakat untuk menjelaskan pada orangtua masing-masing, bahwa kami memang gak ingin menjalin hubungan lebih dari itu."

Raut bahagia tak dapat lagi Radhika sembunyikan. Mendengar penjelasan Aretha barusan, mau tidak mau membuat Radhika tersenyum penuh kemenangan, meskipun sedang tidak berkompetisi apapun. Aretha tidak menerima perjodohan itu yang artinya, masih ada banyak kesempatan untuk dia memperbaiki hubungannya dengan Aretha.

"Berarti, aku masih ada kesemp--"

Belum sampai Radhika menanyakan hal itu, Aretha sudah lebih dulu mengangkat telepon yang tiba-tiba saja berdering. Setan, siapa yang nelpon disaat-saat penting begini?!

"Ya, Put? Sekarang? Katanya minggu depan, kok mendadak banget sih? Ck, suruh mereka tunggu, bilang kalo gue lagi di luar dan kejebak macet. Iya, oke. Thanks, Put."

"Kenapa Re?"

"Sorry, aku duluan ya. Ada kerjaan mendadak, oh iya ini buat bayar--"

After Met You (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now