Bab 9

63.5K 6K 39
                                    

Jika ada typo, cerita/kalimat yang tidak nyambung mohon di maafkan ya guys 🙏🏻
Happy reading 😘

🌻🌻🌻

Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, namun Aretha sudah keluar dari unit apartemennya menuju lobby. Hari ini, adalah hari minggu dan karena ia tak memiliki schedule apapun seharian ini, ia memutuskan untuk memulai hari leyeh-leyehnya dengan olahraga.

Beberapa penghuni unit lain pun terlihat disana. Mungkin, mereka juga ingin melakukan olahraga pagi di sekitar gedung. Sebenarnya, apartemen yang Aretha tempati memiliki ruang Gym dan juga kolam renang yang cukup luas. Disamping kedua area itupun, ada taman yang biasanya digunakan oleh orang-orang untuk sekadar bersantai saat sore hari, dan juga tersedia taman serta tempat bermain bagi anak-anak para penghuni yang lainnya. Akan tetapi, untuk olahraga sebagian dari mereka lebih memilik berolahraga di luar area gedung apartemen ataupun pergi ke stadion GBK. Dan untuk kali ini, Aretha memilih untuk berolahraga disekitar gedung saja. Ia terlalu malas kalau mengeluarkan mobil di minggu pagi hanya untuk berolahraga ke stadion GBK, belum lagi ia harus bertemu kemacetan Jakarta di hari minggu. Membayangkannya saja, ia sudah lelah.

Aretha menargetkan dirinya untuk berlari lima kilometer pagi ini. Ia berolahraga dan menjaga bentuk badannya agar tetap ideal, semata-mata hanya untuk diri sendiri dan atas dasar kemauan sendiri. Bukan karena ia seorang publik figur, yang tiap perubahan dalam dirinya, baik fisik maupun mental akan disorot. Tapi, karena memang ia sadar netapa pentingnya menjaga kesehatan sejak usia muda. Memang, perkara sehat dan sakit adalah urusan Tuhan Yang Maha Esa. Namun, sebagai hamba dan manusia yang memiliki akal, bukankah Tuhan memberikan tubuh kepada manusia bukan hanya untuk dimanfaatkan tapi juga dijaga kan? Itu yang ada dipikiran Aretha. Bahwa, segala hal yang ia miliki saat ini, ia sadar sepenuhnya bahwa semuanya hanya titipan. Maka dari itu, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan ia selalu menjaga kesehatan tubuhnya sendiri.

Setelah menyelesaikan challenge yang ia buat sendiri, Aretha duduk di sebuah kursi kosong di dekat area ia berlari. Sebelumnya, ia sudah membeli sebotol air mineral saat tadi ia melewati satu toko dipinggiran jalan yang tak sengaja ia lewati tadi. Baru saja Aretha ingin meminum air dalam botol, datang seorang anak laki-laki berusia belasan tahun mendekat ke arahnya.

"Permisi kak, boleh saya duduk disini?" Izin anak itu dengan nada yang sangat sopan.

"Boleh kok, duduk aja." Jawab Aretha.

Wajah anak laki-laki itu nampak sedikit terkejut, namun sedetik kemudian ia langsung menyembunyikan ekspresi kagetnya dan duduk di samping kiri Aretha. Anak laki-laki ini, mengenakan pakaian berwarna oranye yang sudah lusuh serta celana jeans panjang. Ia membawa sebuah kardus yang berisi tissue, air mineral dan beberapa snack.

"Adik, jualan ya?"

"Iya kak, mau beli?" jawab anak itu dengan nada sumringah. Dilihat dari isi dagangannya yang terlihat masih utuh, mungkin barang ia jual belum laku sama sekali.

"Boleh, kakak beli tisunya yang besar dua sama air mineralnya dua botol."

Dengan sigap, anak itu mengambil barang-barang yang disebutkan Aretha. Setelah selesai, ia memberikannya kepada Aretha.

"Berapa semuanya?"

"Tiga puluh ribu kak,"

Aretha merogoh saku celana trainingnya kemudian mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan. Saat Aretha menyodorkan uangnya, anak itupun menatap ke arahnya kemudian kembali menatap ke arah uang itu. Seperti merasa kebingungan.

"Maaf kak, saya belum punya kembalian. Kakak aja pembeli pertama saya hari ini. Uang pas aja kak,"

"Gak apa-apa, anggap aja ini rezeki kamu. Nama kamu siapa?"

After Met You (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now