Bab 7

72.5K 6.9K 70
                                    

Jakarta, 9 tahun lalu

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, namun Aretha masih belum beranjak dari tempat duduknya. Ya, ia masih berada di dalam kelas bersama dengan beberapa teman lainnya. Ada beberapa diantara mereka  yang masih mencatat materi di papan tulis, ada yang diam-diam berpacaran di bangku bagian belakang kelas dan ada juga yang memang dengan sengaja masih diam di dalam kelas hanya untuk ngobrol atau ngerumpi di tengah ruangan tepat di bawah kipas angin yang masuh berputar dengan kecepatan angin level tiga, alias kenceng banget.

Aretha sendiri, sebenarnya sedang menunggu sopir pribadi keluarga untuk menjemputnya sepulang sekolah. Namun sekitar lima menit yang lalu, pak Tono, menelponnya dan mengatakan mobil ada sedikit masalah dan ia diminta menunggu sekitar setengah jam lagi. Mau tidak mau, Aretha mengiyakan hal itu karena toh ia juga dilarang untuk pulang sendirian dengan taksi. Alasannya? Sebenarnya ini juga belum tentu terjadi dan bahkan jangan sampai terjadi pada dirinya. Dua minggu yang lalu, sempat terjadi kasus perampokan dan pemerkosaan oleh seorang perampok yang menyamar menjadi seorang sopir taksi dan korbannya adalah seorang siswi remaja SMA. Dan ketika mama dan papanya mendengar berita itu, seketika itu juga Aretha dilarang menaiki taksi sendirian.

Saat tengah asik membaca novel, ia mendengar suara handphone yang berdering, namun bukan suara dering handphone miliknya. Ia melihat ke sekitar kelas tak ada tanda-tanda dari teman-temannya yang masih disana sedang memegang handphone dan suaranya terdengar cukup jelas. Aretha berusaha mencari sumber suara, dan sedetik kemudian ia melihat ke dalam laci meja Vina, sahabatnya.

"Ini kan HP-nya Vina? Ck! Ceroboh banget deh, segala HP ditinggal gini."

Melihat ID penelpon yang bertuliskan nama "Ibu", Aretha seketika membereskan semua buku dan benda-benda miliknya yang ada di atas meja lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah, berbasa-basi untuk pamit kepada temannya yang lain, Aretha bergegas menuju ke satu tempat dimana Vina berada biasanya seusai pulang sekolah.

Saat sampai berada di lantai dasar, Aretha segera berbelok ke arah kanan menuju ruangan paling ujung di lorong lantai satu sekolahnya. Sesampainya di ruangan itu, ia tak melihat tanda-tanda ada orang disana bahkan terlihat sangat sepi. Yang ada hanya beberapa meja dan kursi yang tertata sangat rapi, sebuah komputer yang masih menyala dan sepertinya baru saja digunakan, serta dua lemari kaca berisi puluhan ordner-ordner yang dijajar dengan rapi.

"Permisi?"

Tak ada yang jawaban sama sekali, menandakan bahwa ruangan ini memang sedang kosong. Aretha melangkah masuk ke dalam ruangan yang sebenarnya juga jarang ia menginjakkan kaki kesini, kecuali kalau ada perlu. Aretha sebenarnya hanya ingin melihat-lihat isi dari ruang OSIS sekolahnya. Tempat dimana Vina dan kawan-kawan OSIS lainnya melaksanakan rapat kegiatan sekolah tiap tahun, utamanya ketika masa ulang tahun sekolah atau Dies Natalies.

"Kamu siapa?"

Suara seseorang mengejutkan Aretha, dan membuatnya kemudian memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat dan melihat seorang siswa laki-laki berdiri di ambang pintu.

"Oh, kamu si ketua OSISnya, ya kan?"

Laki-laki itu mengangguk, kemudian melangkah masuk mendekat ke arahnya, "Kamu siapa? Kenapa masuk ke ruangan ini, ketika sedang kosong? Ada perlu apa atau ada perlu dengan siapa? Bisa sampaikan kepada saya,"

"Hmm, itu saya mencari teman saya. Namanya Vina. Revina Amalia, dia anggota OSIS juga dari kelas 10 IPA 1,"

"Oh, Vina. Ada perlu apa? Dia sedang mengikuti rapat OSIS mingguan di ruang kelas lantai tiga."

After Met You (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang