Bab 4

81K 7.8K 128
                                    

Happy reading guys~

🌹🌹🌹

Radhika baru saja selesai memarkirkan mobil ke dalam garasi. Ia masuk melalui pintu samping yang langsung terhubung ke dalam rumah lebih tepatnya ke arah dapur dan ruang makan.

Saat masuk, ia melihat sosok Randi, kakaknya, yang tengah berdiri di depan kompor yang menyala sambil mengaduk-aduk sesuatu dalam sebuah panci kecil diatasnya. Dasar, bujangan.

"Ngapain bang?"

Randi seketika menoleh, ke arah sumber suara dan menemukan Radhika yang tengah berjalan mendekat ke arahnya.

"Jemur baju! Ya bikin mie instan lah, ngapain lagi,"

"Gue nanya baik-baik ya bang,"

Radhika mengambil gelas yang berada tepat di sebelah kiri kompor, lalu berjalan ke arah kulkas. Ia menuangkan air dingin ke dalam gelas, dan menghabiskannya di waktu yang sama.

"Mama gak masak?" tanya Radhika, sambil mencuci gelasnya.

"Enggak, ngambek katanya."

"Bi Inah?"

"Bi Inah kan pulang kampung. Amnesia lo?"

Begitulah karakter Randi. Ia mungkin menjawab pertanyaan Radhika dengan nada ketus, namun sebenarnya ia tak seburuk itu. Randi, adalah orang pertama yang membela keputusan sepihak dan mendadak Radhika saat memilih kuliah di Inggris.

Meski terkesan judes, Randi sebenarnya adalah orang yang paling baik dan pengertian serta pendengar yang baik pula menurut Radhika. Dan yang paling bertolak belakang dari sikap Randi yang jutek dan sok cuek ini, sebenarnya dia seorang....bucin. Parah.

Radhika menarik kursi meja makan, yang berhadapan langsung dengan Randi yang duduk di seberangnya "Pasti Mama nyuruh lo buru-buru nikah, ya kan?"

Randi mengangguk sambil sesekali meniup mienya yang masih mengepulkan asap. Ya memang seperti itu faktanya. Padahal usianya baru 28 tahun, belum 30. Tapi Mamanya, sudah membombardirnya dengan kalimat :

"Cepat nikah bang! Mama dah kepengen gendong cucu, apa kamu nunggu Mama mati dulu baru mau nikah? Iya?"

Siapa yang tidak bosan mendengar pertanyaan yang itu-itu saja topik pembahasannya? Randi juga ingin menikah, tapi nanti. Saat dia sudah menemukan perempuan yang bisa menerimanya apa adanya, saat ada perempuan yang mampu mengobati luka batinnya yang lama.

"Lo gak punya teman yang potensial, Dhik? Kuliah di luar negeri, pasti sohib lo banyak dong."

"Lo kan juga kuliah di luar negeri,"

"Iya juga sih. Ah elah, pusing gue kalo diuber-uber suruh nikah gini. Kalo kawin sih sekarang mah hayuk,"

Radhika tidak menjawab, melainkan tertawa terbahak-bahak. Ia baru menghentikan tawanya, ketika mata Randi mulai melotot tak bersahabat.

"Gue ke atas dulu bang. Hawanya mendadak panas disini," Ucap Radhika sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Iya. Besok ikut gue ke kantor ya,"

"Gue?"

"Bi Inah, ya lo lah!"

Radhika menganggukkan kepala tanda setuju, kemudian tanpa menjawab lagi ia berjalan menaiki tangga menuju lantai dua rumahnya. Saat masuk ke dalam, ia segera melepas jaket dan masuk ke kamar mandi.

After Met You (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now