Chapter 1

890 93 15
                                    

A. N

Hai semuanya :) kembali lagi sama karya ketiga ku yaaa :). Udah baca belum ceritaku yang lain 'setahun sepekan' dan 'Best friend?' ? Kalo belum baca aja dulu. Sambil nunggu kelarnya cerita ini. Huhuhu :)

Bismillah yaaa...
Starting / Wednesday, 13 May'20

*****

MEMANG keluarga itu harta yang paling berharga. Gimana ya rasanya kalau hal paling sulit di masa lalu itu masih terngiang sampai kalian sudah besar? Apalagi kalian melihat langsung kesulitan yang dialami oleh sosok ibu kalian. Mengingat saat dimana ibu tunggal itu harus di maki dengan hal yang tidak-tidak, selalu disudutkan karena hidupnya serba di tampung.

What are you thinking? And what would you do?

Tapi semuanya itu sudah berlalu, memang benar jika kehidupan itu terus berputar. Yang diatas tidak selamanya berada di atas dan sebaliknya. Kini kehidupan kelam sudah berubah menjadi hidup yang jauh sangat nyaman dengan kebahagiaan. Kebahagiaan tanpa ada lagi lara seperti dulu.

Kehidupan keluarga Anindyah Tsania Putri.

=====

"Eh Rina! Kamu itu harusnya pergi dari sini. Jangan ngampung terus jadi orang. Enak aja nempatin rumah saya dengan gratis, cuih!" wanita paruh baya yang sudah memiliki cucu itu terus memaki Rina Tsania. Wanita yang menjadi ibu tunggal dari dua anak.

Dyah mendengar itu semua, membuat kakinya bergetar, hatinya tercekik seketika, badannya dingin ketakutan. "Ma-ma" lirihnya pelan dibalik pintu rumahnya. Ia tidak bisa apa-apa saat melihat ibunya diamuk warga di teras rumahnya.

"Jadi ibu kok malah jadi PSK!" kini makian itu keluar dari mulut lainnya.

"Iya tuh, nerima cowok sembarangan. Sadar dong, udah punya anak kamu Rin!"

Tak lama kemudian Dita- adik satu-satunya yang masih berumur dua tahun itu berjalan menghampirinya. Dyah menangis pelan, sedangkan Dita mengeluarkan mimik wajah ketakutan. Dyah merangkul adiknya, membawa dalam pelukannya. Kini kakak beradik itu hanya sembunyi di balik pintu, membiarkan Dyah yang mendengar cacian panas warga pada ibunya. Sakit yang Dyah rasakan. Dyah yang berumur delapan tahun itu sudah bisa merasakan apa yang Rina rasakan.

"Pergi kamu Rina! Usir wanita ini pak RT!"

"MAMAAAAA!" nafas Dyah tersenggal, badannya kembali bergetar dan sangat dingin.

Mimpi itu lagi! Mimpi itu terus menghantui dirinya.

Dyah langsung minum air putih yang berada di atas meja sebelah ranjangnya. "Alhamdulillah" ia sudah mulai lega. Dilihatnya Dita yang masih tertidur lelap di sampingnya. Untung saja teriakannya tadi tidak membuat adiknya bangun di tengah malam seperti ini.

"Kenapa gue mimpi kayak gitu terus ya?" gumamnya pelan. Ia memang seperti itu, dari dulu mimpi itu seolah-olah menghantui dirinya. Tapi Dyah tidak berani menceritakan hal itu pada Rina, karena ia takut jika Rina kembali ingat pada masa yang sangat kelam itu. Cukup Dyah saja yang tau.

=====

Hari minggu jam 6.30

Anindyah Tsania Putri menuruni anak tangga rumahnya, dan menuju ke arah dapur. Panggil saja gadis itu Dyah, gadis yang sudah berusia tujuh belas tahun, dan dia gadis yang sangat cantik dengan kulit putihnya, sifatnya yang lembut, penyayang pada sekitarnya, dan juga ia penyuka kucing. Dyah sudah kelas 12 IPS tepatnya di SMA Trisakti Jakarta Selatan. Oh iya satu lagi, Dyah adalah seorang model majalah SMA Trisakti. Keren kan?,

1KM [TERBIT]Where stories live. Discover now