Chapter 9

213 37 2
                                    

Jangan lupa, stalk lalu follow ig author. Biar ada semangatnya gtulooohhhh🤗🤪

****

"Jangan dengerin penilaian negatif orang ya, itu cuma boleh kamu dengerin buat introspeksi diri saja supaya kamu jadi lebih baik. Dan kamu harus tetap bersyukur sama apa yang kamu punya. Seperti aku yang bersyukur punya kamu."
-Dyah-

=====

Mendengar permintaan adiknya, Dyah sedikit mendekatkan bibirnya ke telinga Rina. "Mama, iyain aja dulu. Jangan ngecewain hari spesial Dita,"

Dengan berat hati, Rina mengangguk setuju atas saran Dyah. Rina jongkok, menampung badannya dengan kedua lututnya. Ia mengelus kedua bahu anaknya. "Sayang, selamat ulang tahun, dan insyaallah Mama akan kabulin permintaan kamu." Balas Rina tersenyum.

Roy maupun Zeddy tercengang mendengar jawaban Rina. Semudah itu? Atau sangat terpaksa? Pikir Roy.

"Mas, terimakasih atas kejutannya."

Dita masih terasa mimpi saat mendengar jawaban Rina, argh seketika itu hidup Dita menjadi lebih cerah.

======

Semenjak itu, saat acara ulang tahun Dita tepatnya. Roy semakin dekat. Bahkan ia sering mengantar Dyah dan Dita ke sekolah, bahkan akhir-akhir ini Roy sering makan bersama dan jalan bersama Rina dan kedua anaknya. Sedangkan Rina, perlahan bisa menerima kehadiran Roy demi kebahagiaan kedua anaknya.

Seperti pagi ini, Roy mengajak Dita jalan-jalan. Tidak dengan Dyah yang katanya lagi belajar bareng di rumah Ocin buat persiapan UN yang akan dilaksanakan Senin depan ini. Fyi, Sekarang Hari Sabtu.

Mobil Roy berhenti di pinggir jalan, Roy ijin keluar untuk membeli sesuatu di supermarket. Saat Roy sudah keluar. Tak lama setelah itu, Dita melihat keluarga kecil yang bahagia, yang sedang berada di taman sekitar sana. Ada satu anak perempuan berumur sekitar 9 tahun sedang bermain bersama ayah dan ibunya. Mereka tertawa, Dita juga melihat betapa sayangnya sang ayah pada anak gadisnya. Pikir Dita, ia juga akan merasakan hal itu jika ia memiliki ayah.

"Ayaahhh! Ampun,,,,, huhuhu"

"Hayo,, sini kamu.... Ayah tangkap!" Gadis kecil itu berlarian menghindar dari ayahnya. Sang ibu hanya tersenyum melihat keduanya.

"Ibuuuuu,,,, bantuin aku"

"Siniiii sayang,,,,,biar sama ibu. Nanti ayah ga usah dikasik makanannya." Ancam wanita itu untuk melegakan anaknya.

Lamunan Dita terhenti saat suara pintu mobil terbuka. Roy sudah datang, Dita tidak boleh terlihat sedih.

"Dita, enaknya kemana nih?," Tanya Roy melirik Dita disampingnya lalu menancap gasnya kembali.

"Dita ga pengen apa-apa om. Ga tau kenapa, Dita cuma pengen om jadi ayah Dita." Balas Dita menahan air matanya.

"Dita, Dita sabar dulu. Om ngerti sama apa yang Dita pikirin, ini ga semudah apa yang kamu minta Dita. Semuanya harus pelan-pelan,"

Mendengar balasan Roy, Dita menangis. Jujur, ia tidak bisa menahan air matanya. "Hiks. Om, kapan Dita diberi kesempatan punya ayah? Apa nunggu Dita mati, baru Dita punya ayah?" Katanya parau.

Roy langsung membawa gadis kecil itu kedalam pelukannya. "Hey, Dita bicara apa? Dita ga boleh seperti itu sayang, Om yakin, Om akan jadi ayah kamu. Tapi ga sekarang, semuanya butuh waktu."

Dita menangis, Roy membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya.

Apa yang harus Roy lakukan? Apa harus secepatnya? Karena ia tidak bisa melihat Dita menangis seperti itu.

1KM [TERBIT]Where stories live. Discover now