Chapter 33

150 15 4
                                    

“Mama memang wanita terhebat. Sebesar apapun kesalahan anak-anaknya, pasti akan dimaafkan nantinya.”
Author

T. B. C
.
.
.

======

Akhirnya Dyah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

Kini Dyah sudah berada di kamarnya. Ia menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, sambil melihat ruangan sekitarnya. Di atas nakas ada foto dirinya bersama kedua sahabatnya-Sofi dan Ocin.

"Gue pusing banget,,, kenapa bisa blank gini ingatan gue?" lirih Dyah memeluk lututnya bersama kesedihannya.

"Pagi kak Dy!!!!!!" Seru Dita sambil membawa kucing yang bernama Lano. Dita langsung saja memeluk tubuh Dyah. Rina sudah memperkenalkan bahwa Dita adalah adiknya, dan ia sangat menyayangi Dita. Itu yang Rina jelaskan kemarin.

"Hai manis," balas Dyah saat Dita ikut duduk disebelahnya.

"Kak Dy, udah baikan?"

"Udah kok. Emang kenapa?"

"Ini nih, si Lano kangen kak Dy," ucap Dita sambil memberikan kucing itu kepangkuan kakaknya.

"Kakak suka sama kucing?" Tanya Dyah alih-alih mengingat ingatannya.

Dyah mengangguk semangat, "iya kak. Ini kucing pemberian dari kak Jeff loh," hampir saja Dita keceplosan bilang tentang pernikahan mama mereka yang batal. Kemarin Rina juga berpesan banyak padanya untuk tidak berkata yang macam-macam pada kakaknya.

"Ooow, kucingnya lucu. Kakak suka."

"Iya itu kan emang kucing Kak Dy,,,"

Dyah tersenyum, ia mengacak pelan rambut Dita. "Anak yang manis. Dita bisa ceritain tentang kakak ga? Kakak pengen inget semuanya,," pinta Dyah sedikit memohon.

Dita mengangguk setuju, "ehm, kak Dy dulu itu-"

"Dita, dipanggil mamanya tuh dibawah. Mau minta tolong katanya," ucapan Dita dipotong oleh Jeff yang tiba-tiba nongol. Tanpa ba-bi-bu, Dita langsung keluar dari kamar Dyah. Dyah yang sedikit kecewa karena Dita belum sempat cerita, dan hanya bisa pasrah.

Kini hanya mereka berdua disana. Dyah masih fokus bermain dengan kucingnya. "Hai Dy," sapa Jeff duduk di tepi ranjang Dyah dengan nampan berisi air minum beserta obatnya. Yang disapa menoleh sekilas dengan senyuman getir. Jujur saja, selama ingatannya belum pulih, Dyah sedikit risih dengan kehadiran orang yang baginya asing.

"Minum dulu obatnya Dy,"

"Nanti aja ya, gue masih mau main sama ni kucing." Tolak Dyah lembut sambil menciumi kucingnya.

"Harus minum. Udah saatnya minum obat."

Dyah mengernyit, rasanya untuk tidak mengingat itu tidak bisa. Buktinya setiap saat dirinya ingin terus berusaha mengingat semuanya. "Gue bakal minum, tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Ceritain sedikit tentang gue. Soalnya gue ga bisa tenang kalo ga nyoba buat inget semuanya."

Jeff menghela nafas panjang, ia berpikir sejenak untuk bercerita dari mana.

Part dihapus untuk kepentingan penerbitan

1KM [TERBIT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon