Chapter 5

256 42 9
                                    


“Mencintai bagiku itu tidak begitu sulit, tapi yang berat itu. Aku ga siap kehilangan untuk kesekian kalinya. Karena aku sudah berkali-kali kehilangan,”
-Arina Tsania-

===

"Zeddy, abis makan kita beli cokelat ya buat Dita. Kemaren aku lupa ga beliin dia Cokelat." Kata Dyah sambil menguyah seafood di sebuah restoran mall.

Sepulang Dyah dari kantor Rina, ternyata sudah ada Zeddy yang menunggunya di rumah. Tak lain untuk mengajak makan malam ini. Berhubung Dita ada tugas sekolah, ia tidak bisa mengajak adiknya ikut makan sekaligus.

"Okey, biar nanti aku beliin juga." Balas Zeddy yang sudah selsai makan, lalu mengelap bibirnya.

"Zeddy, aku males deh mau ikut pemotretan lagi. Toh Minggu depan kita UN,"

Zeddy mendengus pelan, ia kesal karena Dyah masih tidak menyadari ucapannya. "Panggilan sayang mana? Heum?"

Dyah malah menyengir lebar, "lupa sayang. Abisnya seafood nya enak banget. Daging lobster nya itu, beh.. nikmat sekali." Ucap Dyah seperti pemburu kuliner di acara tv.

"Ck, tau gitu aku juga mesen lobster." Zeddy menyesal, yah tadi dia lebih memilih makanan Jepang, padahal Dyah sudah menyarankan untuk mencoba seafood yang satu ini.

"Sini, aku siapin." Ucap Dyah seraya menyodorkan garpu yang sudah ada daging lobster yang tebal.

Tak sengaja, mata dia melihat sepasang kekasih, eh bukan kekasih. Tapi Rina bersama om om berkemeja abu-abu.

"Sayang, kok diem sih? Mana ada nyuapin kayak gini," Zeddy heran melihat Dyah, di ikuti arah tatapan Dyah yang sepertinya fokus ke arah belakang Zeddy. Zeddy membalikkan tubuhnya, lalu ia juga melihat ibu Dyah bersama lelaki.

"Itu Tante Rina kan?," Tanyanya pada Dyah yang sudah sadar dari lamunannya.

Sedari tadi Dyah memikir dan bertanya-tanya, siapa lelaki itu? Ya, dia ingat, lelaki yang ia temui di depan pintu ruangan Rina. "Aku ga tau juga. Tapi, mereka sangat dekat." Jawab Dyah sambil tersenyum melihat Rina yang tertawa lepas bersama lelaki itu. Ia bisa mengira jika mamanya sangat nyaman disamping om itu. Entah, Dyah masih tidak tau siapa namanya.

"Apa itu pacar mama kamu?,"

"Sepertinya iya, dan semoga saja iya. Aku rindu sosok ayah," balas Dyah dengan berat menahan air matanya.

Melihat itu, Zeddy langsung menggenggam erat tangan Dyah. " Ya udah, entar lagi langsung beli ya. Keburu malem sayang,"

"Oh iya, ini kamu cobain dulu, abisitu kita langsung pulang," Dyah melanjutkan suapan seafoodnya pada Zeddy. Lalu ia meneguk minuman nya dan segera pulang.

"Ga mau nyamperin Tante Rina?"

"Ck, ga usah sayang. Aku ga mau ganggu mereka. Hihihi" balas Dyah terkekeh.

Mereka langsung meninggalkan mall setelah makan malamnya selsai. Dan tak lupa untuk membeli cokelat untuk Dita.

Sedangkan Rina masih menikmati suasana mall bersama Roy.  Rina yang sedari tadi mondar mandir di tempat baju, ia kebingungan memilih baju yang pas untuk anak bungsunya. Dia juga gak tau mau belikan hadiah apa.

"Rina, belikan Dita accessories aja gimana?" Usul Roy yang dari tadi mengekori Rina.

"Ah, kamu bener Mas. Kenapa ga bilang dari tadi sih Mas,"

"Lah, kamunya aja bingung sendiri, malah saya cuma jadi ekor kamu nih," balas Roy terkekeh.

Rina berdecak, sebenarnya ia baru sadar kalau Roy cuma membuntutinya. "Ya udah yuk, ke tempat accessories."

1KM [TERBIT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu