Chapter 7

190 38 2
                                    

“Jangan gampang nge-judge sama pasangan lo, kalo lo belum dapat kejelasannya. Karena itu yang buat hubungan lo sama dia ga baik-baik aja
-Anindyah Tsania Putri

****

"Jadi, gimana Om? Om kenapa masih ga mau binah rumah tangga lagi?" Pertanyaan Dyah itu seolah mengintrogasi sosok duda dihadapannya itu.

Roy masih berpikir sambil mengaduk-aduk minumannya. Roy membawa Dyah ke sebuah restoran terdekat sebelum mereka tiba di rumah. Sesuai yang Roy katakan tadi pagi.

"Saya sebenarnya sudah lama suka sama mama kamu. Tapi ga tau kenapa Mama kamu masih cukup berat buat hal itu. Jadi saya ga mau maksa Rina." Papar singkat Roy.

"Dyah ngerti, tapi Om yakin saja kalau mama pasti bisa nerima ini semua. Padahal, gue sama Dita udah ngarep seorang ayah"

"Dyah, saya ga bisa maksa. Sekalipun saya juga sama seperti yang kamu harapkan." Roy sudah bisa membaca kedua mata Dyah yang memang sangat berharap akan hal itu. "Ya udah, pulang yuk. Udah jam tiga, nanti malem saya jemput kalian buat jalan-jalan. Gimana?"

Dyah menepuk jidatnya, ternyata ada yang hal lebih indah nanti malam. "Iya, hampir aja Dyah lupa." Ujarnya sambil menghabiskan minumannya. "Ayok Om."

======

Dyah berjalan menuju kamarnya, sengaja memang, Roy tidak mampir terlebih dahulu. Karena Roy juga harus bersiap-siap untuk nanti malam.

"Mama, Dita." Panggil Dyah sedikit teriak.

"Apaan Kak?" Tanya Dita yang keluar bersama Rina dari kamarnya.

"Ayok siap-siap, jangan lupa nanti malem om Roy bakal ngajak jalan."

"Om Roy beneran ngajak kita?" Tanya Rina sedikit tidak percaya. Karena jarang banget seorang Roy yang sibuk setiap malamnya itu bisa jalan-jalan.

Dyah mengangguk semangat. "Iya Ma. Ayok mandi. Kalo gitu Dyah ke atas dulu. Sekalian ngasik makan Bobby" Dyah langsung pergi ke kamarnya. Sedangkan Dita, ga usah ditanya lagi, gadis kecil itu menuju kamarnya penuh semangat, dan tak kalah semangat dari kakaknya.

Rina hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua anak perempuannya. Dalam hatinya dia sangat tersenyum lebar karena Roy benar-benar perhatian.

Saat di kamar, Dyah menerima pesan dari Zeddy.

Zeddy ❤️: jalan yuk 😚

Dyah : maap, aku g bisa☹️

Zeddy ❤️ : knp?

Dyah : mau jln sama keluarga.

Zeddy ❤️ : oke deh.

Dyah : syng, :( jngn ngmbk dong.

Zeddy ❤️ : 😊 enggk kok. Aku ga bisa marah sama kamu.

Dyah : 😍 makasih dear! Aku siap-siap dulu ya.

Lega rasanya Zeddy tidak marah padanya.

=====

Ting tong

Bel rumah Dyah berbunyi, dengan segera Dyah membukakan pintu rumahnya. Pasti Roy yang datang.

"Om Roy! Masuk yuk" ajak Dyah penuh semangat. Malam ini penampilan Dyah cukup simple, hanya berhodie cokelat susu dan celana kulot berwarna hitam. Roy kagum, pantas saja kedua anak Rina cantik-cantik karena ibunya juga tidak kalah cantiknya.

Roy duduk di ruang tamu, tak lama kemudian Rina datang dengan sweater rajutnya yang bisa melindungi dari dinginnya angin malam. Rina duduk disebelah Dyah dan disusul Dita yang asyik memakan cokelatnya. "Udah siap?" Semuanya mengangguk semangat. "Okey, Kita langsung berangkat."

1KM [TERBIT]Where stories live. Discover now