DGMM: 02

3.1K 431 102
                                    

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini.

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mama masak apa?" tanya Milan yang baru saja masuk ke dalam dapur. Rambut hitam panjang nan lebatnya kusut juga wajahnya yang terlihat masih mengantuk.

Mama menoleh ke arah Milan, perempuan itu duduk sambil menenggelamkan kepalanya di atas meja makan.  "Milan, cepat mandi. Nanti kamu antarkan makanan ke tetangga baru kita," kata mama seraya membangunkan Milan secara halus.

Beberapa menit kemudian Milan sudah selesai merapikan dirinya. Gadis perempuan yang akan berakhir masa remaja ini memakai baju santai berwarna tosca di padu dengan celana jins putih pendek. Sangat cantik, terlebih tubuhnya yang indah bak model.

Mama memberikan tiga tumpuk kotak berisi makanan  berbeda-beda yang di balut kain shibori kepada Milan. "Tolong kamu antarkan ya, Mama mau ke minimarket untuk membeli keju dan susu murni. Nomor 15"

Milan mengangguk.

Dirinya bertanya-tanya dalam hati, siapakah tetangga barunya dan seperti apa. Padahal dirinya tidak melihat adanya tanda-tanda orang baru di sekitar komplek.

Milan berjalan pelan tanpa suara memasuki gerbang besi yang tinggi 2.5 meter. Rumah yang bernuansa mediterania menyapanya. Ia melihat taman kecil untuk anak-anak dengan air mancur mini di pojok halaman, juga dua mobil sedan yang sangat mewah terparkir di garasi terbuka.

Oh keluarga ini lebih kaya dari pada keluarga sebelumnya yang menempati rumah ini. Batin Milan. Ia masih mengedarkan pandangan, menelusuri secara detail halaman rumah ini dengan hazel coklat terangnya.

"Daddy belikan aku dondurma."

"Berjanji pada daddy untuk tidak nangis saat di jahili, oke?"

Samar-samar Milan mendengar percakapan antara anak kecil dan seorang ayah dari balik pintu.




Ceklek...



"Aunty!" teriak Hakkun sambil merentangkan tangannya ke atas.

Milan membelalakan matanya tidak lupa juga menganga karena terkejut. Begitupun dengan Taeil yang masih memegang pintu dan tangan lainnya menggandeng Hakkun.

"Aunty sama daddy kenapa diam?" tanya Hakkun polos. Kemudian jari mungilnya menunjuk ke arah kotak berbalut kain yang di peluk Milan. "Itu apa?" tanyanya lagi.

Milan langsung buyar dari rasa terkejutnya, lalu beralih menatap Hakkun. "Ah ini makanan buat Hakkun, daddy dan momy."

Milan memberikan kotak tersebut pada Hakkun dengan hati-hati. Dan Hakkun menerima kotak makan tersebut. "Hangat," ucap Hakkun ketika memeluk kotak tersebut.

"Oke Milan, kita jadi tetangga. Kenalkan aku Taeil, ayah kandung Hakkun," kata Taeil ramah sambil tersenyum membuat siapa saja yang melihatnya pasti ikut tersenyum seperti Milan saat ini.

━━━━━️°✨•°🦋°•✨°️━━━━━

Huang Milan

Aku terduduk di balkon kamar sambil melamunkan nasib karirku. Aku memang sudah bosan dengan pekerjaanku, bosan bekerja di balik meja kasir toko.

Andai saja ada pekerjaan selain menjadi kasir, jika boleh memilih aku ingin menjadi seorang yang sukses, yang kerjanya hanya bersantai-santai. Tapi mustahil untuk di gapai.

Aku kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil selimut tebal yang dapat menghangatkan malam ini. Ini adalah salah satu rutinitas malamku ketika tidak bisa tidur. Berdiam di balkon kamar sambil sesekali menghitung bintang yang tak terhingga.

Namun aktivitas malamku kali ini terganggu karena tidak sengaja daun telingaku menangkap suara pria yang sedang bernyanyi di malam hari.

Taeil?

Aku berusaha menajamkan mataku di malam hari dengan cahaya temaram dari bulan dan lampu-lampu kecil yang bersinar.

Mata ini melihat dengan jelas sesosok ayah di kamar anak laki-laki berusia 5 tahun sedang bernyanyi untuk mengantar tidur anaknya ke mimpi yang indah.

Di tepuk-tepuknya kepala Hakkun lembut dengan irama nyanyian yang ritme.

Tidak lama setelah menyanyikan lagu tidur, aku lihat Taeil berjalan ke arah pintu balkon yang terbuat dari kaca. Seketika aku salah tingkah saat dirinya menyapaku. "Hai Milan, belum tidur?" tanya Taeil yang berteriak pelan.

"Tidak, aku belum mengantuk," jawabku lantang sambil mengeratkan selimut yang menempel pada tubuhku.

"Minumlah susu hangat dan singkirkan beban pikiran yang ada. Selamat malam," ujar Taeil memecah keheningan malam.

Pria beranak satu itu menutup pintu balkon terbuat dari kaca dan menghalangi pandanganku untuk melihat ke dalam kamar dengan korden abu-abu tebal.

"Selamat malam," ucapku pelan ketika melihat lampu kamar di seberang sana mati.

Istri Taeil sangat beruntung mendapatkan suami dan anak yang menggemaskan.

Istri Taeil sangat beruntung mendapatkan suami dan anak yang menggemaskan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[The End] Daddy, Give Me Mom ✖ Moon TaeilWhere stories live. Discover now