DGMM: 17

1.6K 289 14
                                    

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini.

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huang Milan

Aku duduk di depan cermin rias sambil merapikan anak rambut yang berdiri. Sebentar lagi Jaehyun akan menjemputku untuk pergi makan siang bersamanya. Yah sejujurnya aku belum meng-iya-kan ajakan dia, tapi aku juga tidak enak jika terus menolaknya.

Sebelum Jaehyun datang aku menyempatkan memberi cindera mata untuk Hakkun dan Ahin, kemarin aku lupa memberikan pada mereka.

Tiba-tiba handphoneku berdering saat aku sedang memakai sandal. Aku lihat panggilan masuk dari Jaehyun dan segera aku menggeser ikon hijau.

"Aku rasa kita batalkan saja makan siang kali ini. Maaf karena terlalu mendadak."

Suasana hatiku mendadak buruk karena ucapan Jaehyun di telepon. "Tapi kenapa?"
Jaehyun mendesah kasar. "Tiba-tiba aku sibuk, maaf."

Panggilan langsung terputus.

Daripada itu aku lebih baik bermain dengan Hakkun untuk mengubah suasana hatiku kembali ceria.

Seperti sudah terbiasa, aku menerobos gerbang rumah Taeil dengan santai. Rumah besar ini terlihat sangat sepi.

Aku menekan bel rumah beberapa kali sampai seorang babysitter yang telah menggantikan ku keluar untuk membukakan pintu.

Aku tersenyum padanya. "Boleh aku bertemu dengan Hakkun dan Ahin?"

Wanita berumur ini mengangguk, lalu mempersilakan aku masuk ke dalam.

Tidak lama kemudian Hakkun berlari ke arahku setelah tahu aku sedang bertamu. Bocah ini segera memeluk kaki jenjangku.

"Aunty jangan pergi lagi, Hakkun tidak bisa bermain bersama aunty," katanya.

Kucubit ke dua pipi bulatnya dengan gemas. "Aunty juga tidak bisa bermain dengan Hakkun, tapi Hakkun bisa bermain dengan kakak Ahin."

Lalu tidak sengaja sepertinya aku tadi melihat seorang wanita yang sedang mengejar Ahin di ruang tengah. Wanita muda yang belum pernah aku lihat, tetapi sangat familiar. "Apa ada bibi baru?" tanya aku pada Hakkun yang berada di sebelahku.

Dia menggeleng, kemudian menarik tanganku supaya sejajar dengannya. Hakkun mendekati bibirnya pada daun telingaku. "Itu mommy, Hakkun takut. Daddy sedang bekerja," jawabnya berbisik.

Apa yang dia sebut mama adalah wanita yang pernah kami temui di rumah sakit jiwa?

"Hakkun tidak apa-apa bukan?"

Hakkun menggeleng. Terlihat jelas raut wajah yang ketakutan.

Apa sebegitu takutnya pada wanita itu?

"Halo, Milan ya?"

Aku lantas membungkukan tubuh saat wanita yang di panggil mama ini datang menyapaku. "Ah iya saya Milan."

Dia tersenyum. Nyaris aku menutup mulut sangking manis dan cantiknya wanita ini.

Ia mengulurkan jabatan tangannya, lantas aku menjabat tangannya. "Aku Kyungmi, salam kenal," lalu wanita ini berlari kecil menuju dapur. "Aku akan membuatkan minuman," tambahnya.

Aku masih tidak percaya, toh bagaimana bisa pasien rumah sakit jiwa sembuh begitu cepat dan di perbolehkan pulang? Saat aku, Taeil dan kedua anaknya menemui dia, terlihat jelas kejiwaannya terganggu.

"Aunty," panggil Ahin yang membuyarkan aku pada pikiran-pikiranku. Anak kecil cerdas ini duduk di sebelahku. "Tidak apa-apa bukan mommy tinggal bersama daddy dua minggu saja?" tanya Ahin.

Aku mengerutkan dahi tidak mengerti mengapa anak ini bertanya seolah-olah aku bakal cemburu. "Kenapa bertanya pada Aunty?" tanyaku balik.

"Aku kira aunty menyukai daddy, begitupun sebaliknya,"

Aku langsung tertawa kecil. "Mana mungkin, tidak seperti itu."

"Tapi bagaimana dengan daddy yang terus menerus menunggu pesan dari aunty? Sampai-sampai sepulang kerja daddy tidak istirahat hanya karena menunggu aunty pulang."

━━━━━️°✨•°🦋°•✨°️━━━━━

Sepulang dari rumah Taeil, aku langsung masuk ke dalam kamar lalu membanting tubuh ke atas kasur.

Jujur saja aku sangat senang mendengar pernyataan Ahin. Sampai-sampai kupukuli bantal berulang kali sangking senangnya.

Apa aku menyukai Taeil?

"Aakkhh, Huang Milan!" teriakku.

"Aakkhh, Huang Milan!" teriakku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[The End] Daddy, Give Me Mom ✖ Moon TaeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang