DGMM: 10

1.9K 333 77
                                    

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini.

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Huang Milan

Seminggu sudah sejak pesta itu terjadi, sungguh aku benar-benar tidak tahu mengapa Taeil sedikit aneh padaku. Aku tidak paham mengapa dia bisa menjauhiku.

Setiap aku sedang bersama Hakkun atau Ahin, dia datang dan langsung mengajak anak-anaknya keluar. Um wajar saja kalau dia ingin menghabiskan waktu dengan kedua anaknya, mengingat dia jarang sekali ada waktu untuk bersama. Tetapi aku merasa janggal.

Aku tidak habis pikir saat dimana dia mulai mencari pembantu dan babysitter lain. Jadi yang bekerja di sini sudah ada 3 orang, aku dan dua orang perempuan yang usianya lebih tua dariku. Ah biarkan saja, dia 'kan orang kaya yang mampu mempekerjakan banyak orang.

Terlepas dari itu semua, kini aku juga sering pulang kerumah, tidak lagi tidur di rumah Taeil bersama anak-anaknya.

Drtt... Drttt...
Sontak aku menoleh pada handphone yang bergetar karena panggilan masuk di genggamanku. Tertampang jelas nomor tidak di ketahui telah menelponku. Agak bimbang untuk menolak atau angkat.

"Halo?"

"Hai Milan, aku Jaehyun. Simpan nomorku, oke. Terima kasih."

Terputus. Setelah panggilan singkat tadi, sekarang berubah menjadi short messenger yang di kirim lewat Line. Ia memintaku untuk menyimpan nomornya, seperti yang tadi di telpon.

Aku mengabaikan pesan Jaehyun, dan lebih memilih untuk fokus mencari Ahin. Karena anak-anak sekolah sudah keluar, aku khawatir kalau Ahin kenapa-kenapa.

Rasa lega saat mataku menangkap sesosok bocah kecil yang tengah berjalan lesu dengan pipi merah dan mata sendu. Langsung ku hampiri dia, lalu menggenggam tangannya.

Mataku membelalak, "Ahin, kamu sakit?"

Ia menggeleng, kemudian langsung menarik tanganku. Memberitahuku secara tidak langsung untuk cepat-cepat pulang.

"Aku haus, air di botol habis," lirihnya.

Untung saja tadi aku membeli air minum dan lumayan masih sisa setengah botol. "Bekas aunty, tidak apa-apa?"

Ahin mengangguk, lalu merebut botol minum yang aku pegang. Saat sedang menunggu bis, tiba-tiba mobil sedan berwarna silver berhenti di depan kami. Jendela pengemudi terbuka, menampakan sosok pria berkacamata hitam.

[The End] Daddy, Give Me Mom ✖ Moon Taeilजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें