DGMM: 07

1.9K 349 29
                                    

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini.

"Hakkun jangan berlarian ketika turun tangga," kata Milan sambil mengejar Hakkun yang terus menghindar darinya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Hakkun jangan berlarian ketika turun tangga," kata Milan sambil mengejar Hakkun yang terus menghindar darinya.

Putera kecil Taeil terus menghindar karena tidak mau tidur di kamarnya. Ahin yang menjadi biang dari semuanya, ia menakut-nakuti Hakkun supaya Hakkun rewel dan membuat Milan lelah.


"HAKKUN!"

Greep...!
Dengan cepat Milan menangkap Hakkun dan memeluk tubuh kecilnya saat terpeleset dari tangga.

Bruk!
Tubuh Milan langsung membentur lantai marmer sambil memeluk erat Hakkun. Di rasa sangat sakit pada bagian punggung dan lengan atasnya, untung saja kepalanya tidak membentur lantai.

Bukannya meringis kesakitan, Milan malah tertawa sambil mengusap kepala belakang Hakkun.

Dengan tergesa-gesa Ahin menghampiri keduanya, wajahnya panik bukan main. Detik berikutnya ia menangis. "Maafkan Ahin, Ahin takut adik kenapa-kenapa," katanya di sela-sela isakan tangis.

"Hakkun tidak apa-apa, kakak. Ayo kita main di kamar," balas Hakkun yang langsung melepaskan pelukan Milan, lalu pergi ke kamar.

Milan masih tertidur di ujung tangga, dan tangan kanannya ia taruh di atas dahi.

"Milan? Sedang apa kamu berbaring di situ?" tanya laki-laki dengan suara berat yang maskulin.

Langsung saja Milan berdiri dan membungkukan badan. Ia sangat malu.

Kenapa dia datang tiba-tiba. Gumam Milan menahan malu.

"Aku akan langsung tidur malam ini. Besok pagi aku libur, kamu bisa bangun pagi untuk membuat sarapan kami?"

Milan mengangguk mengerti. "Satu lagi, mari kita bicarakan dulu di sini," tambah Taeil yang menyuruh Milan untuk duduk di sofa, di sebelahnya.

"Akan ada pesta besok malam, kamu paham tidak maksudku?" tanya Taeil malu-malu. Terlihat sekali pipi sampai telinganya memerah.

Milan yang tersadar dengan rona merah di wajah Taeil, refleks menyentuh dahi pria tersebut. "Kamu baik-baik saja?" tanya Milan khawatir.

Taeil memegang tangan Milan, lalu menurunkan tangan wanita ini perlahan-lahan. "Ada pesta besok malam. Um, maksudku, apa kamu mau menemaniku?" tanya Taeil ragu-ragu.

Awalnya Milan mengangguk mantap, kemudian setelah dia mencerna pertanyaan Taeil, dirinya terkejut bukan main. "Apa?!"

Taeil mengangguk.

"Kenapa aku?"

"Karena kamu seorang wanita. Aku tidak punya ide dengan siapa harus ke sana."

"Kamu bisa menyewa perempuan lain, lebih cantik dan berpengalaman soal pesta."

"Kenapa harus menyewa perempuan lain kalau kamu sudah lebih dari cukup," balas Taeil yang membuat Milan melongok. Ia bangkit dari sofa, berjalan pelan menuju kamar. "Aku akan segera tidur, selamat malam."

Milan masih terdiam tidak percaya. Pikirannya berputar-putar memikirkan apa yang harus di lakukan seseorang saat mendatangi pesta. Terlebih dia sama sekali belum berpengalaman terhadap pesta yang di rayakan untuk orang-orang kaya.























"AUNTY!!! ADA KECOAAAA!!"

"AUNTY!!! ADA KECOAAAA!!"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
[The End] Daddy, Give Me Mom ✖ Moon TaeilDonde viven las historias. Descúbrelo ahora