DGMM: 09

1.8K 327 116
                                    

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini.

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Huang Milan

Ya Tuhan, tolong aku. Sungguh aku tidak dapat berbuat apa-apa selain membuntuti Taeil dari belakang. Aku sungguh kikuk berada diantara orang-orang kaya ini.

Taeil membawaku pada sofa bundar jauh dari kumpulan orang. "Kamu tunggu aku di sini, aku harus ke toilet sebentar."

Aku mengangguk sambil memperhatikan Taeil yang berjalan menuju sudut ruangan.

Tidak lama setelah Taeil pergi, seseorang datang dengan tuksedo krem hampir senada dengan kulitnya yang bersinar di atas lantai dansa. Dia menghampiriku dan duduk di seberang sofa sambil menatapku.

"Hai," sapa dia. Dua lesung pipinya ikut menyapa.

Awalnya aku tidak tahu sapaan itu untuk siapa, sampai di mana dia menawariku dansa bersama.

Sungguh aku tidak tahu caranya bagaimana berdansa, dan lagi kalau Taeil datang bagaimana?

"Kamu sendirian?" tanya dia.

"Aku berdua bersama seorang pria, dia sedang ke toilet sebentar."

"Oh iya? Um, panggil aku Jaehyun."

(Visualisasi||Anggap aja tuksedonya krem)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Visualisasi||Anggap aja tuksedonya krem)

Pria ini mengulurkan tangannya, lantas aku menjabat tangannya. "Milan, Huang Milan."

"Berdansa?" tawar Jaehyun sekali lagi.

"Aku bersama pria lain, maaf," seketika wajah Jaehyun kecewa setelah mendengar penolakanku. Sebenarnya tidak begitu.

Saat aku menolak Jaehyun, pria ini masih tersenyum manis ke arahku, tetapi berubah masam saat tiba-tiba Taeil memeluk leherku dari belakang. Aku pun terkejut dengan perbuatan Taeil.

"Jadi tidak ada urusan lagi, tuan Jung Jaehyun?" tanya Taeil pada Jaehyun dengan nada berat khas seorang pembisnis pada saingannya.

Bibir tipis seksinya tersenyum licik. "Perempuanmu manis, kamu bayar berapa?"

Sontak aku menoleh ke arah Taeil, namun kulihat Taeil menatap tajam ke arah Jaehyun. "Jaga ucapanmu di depan wanitaku, Jaehyun. Tidak pantas pria berkata seperti itu," ujar Taeil sambil membawaku pergi menjauh dari Jaehyun.

Aku tidak paham apa maksud Jaehyun dan apa masalah Taeil padanya. Yang aku tahu, Taeil sungguh terlihat muak melihat dia.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyaku sambil memijat pelan bahu sebelah kanannya. Taeil hanya menggeleng.

"Kamu tidak berdansa?"

Taeil menatapku bingung. "Maksudku, ka-kamu berdansa saja dengan yang lain," jelasku kaku.

Astaga Milan, kamu ini kenapa?

Ekspresi yang tadinya menunjuk pada kekesalan, berubah menjadi manis. Ia tertawa pelan sambil menutup mulutnya. "Apa maksudmu, sangat lucu. Hahaha..."

Aku ikut tertawa garing.

"Kamu mau berdansa denganku?" tanya Taeil tiba-tiba.

Aku terkejut bukan main, langsung saja aku menolaknya. "Aku, aku tidak bisa berdansa, maaf."

Taeil menepuk-nepuk bahuku yang telanjang tanpa kain di sana, kemudian tersenyum. "Aku juga, maaf."

━━━━━️°✨•°🦋°•✨°️━━━━━

Sampainya di rumah, pukul 2 dini hari, aku langsung tertidur lemas di atas sofa, di ruang tengah.

Kepalaku sangat pusing, perutku mual, seharusnya aku tidak meminum minuman beralkohol tadi.

Dunia menjadi dua, semua barang-barang yang aku lihat menjadi ganda. Kepalaku sangat pusing, aku harus tidur sekarang. Tapi sebelum itu harus mencuci muka dan berganti pakaian, habis itu membuat susu untuk Hakkun.

Aku harus memastikan Ahin dan Hakkun tertidur pulas.

━━━━━️°✨•°🦋°•✨°️━━━━━

"Milan!" teriak Taeil yang langsung menangkap tubuh Milan.

Wanita tersebut nyaris terjatuh dari tangga kalau saja Taeil tidak langsung menahan tubuhnya.

"Aku harus... Harus... Ahin, Hakkun..." luntur Milan.

"Hei ingatlah, kamu menitipkan Hakkun dan Ahin pada ibumu. Astaga, kamu mabuk," kata Taeil membawa Milan ke kamar pribadinya, membaringkan wanita malang ini ke atas kasur. "Tunggu sebentar di sini, aku akan bawakan air dan jus buah untuk menghilangkan hangover."

Setelah membuka toksedonya dan melepas dasi lalu melempar ke sembarang tempat, Taeil langsung bergegas ke dapur. Namun tidak sampai, karena sebelum ia keluar dari kamar, Milan telah lebih dulu menahan dia.

"Taeil, yak... Ehehe, kamu pria tampan dengan dua anak yang menggemaskan," kata Milan sambil meremas lengan baju Taeil.

"Terima kasih, tapi kamu har-"


Hoeek...

Milan muntah di lantai, untung saja tidak mengenai sprei dan kasur. Wajah Taeil berubah panik, ia tidak tahu harus melakukan apa. Wanita ini sudah sangat-sangat mabuk.

Di tepuk-tepuknya pelan punggung Milan sambil menggenggam tangan wanita ini. "Sudah agak reda?" tanya Taeil masih dengan wajah yang panik.

"Aku mabuk? Aroma tubuhmu sangat wangi, Taeil."

Taeil langsung memberi air minum yang sisa setengah gelas, bekas ia minum tadi sore. Darurat, itu yang di pikirkan Taeil. Setelah meminumkan segelas air pada Milan, dia perlahan-lahan menuntun Milan untuk tidur di atas kasurnya. Sementara ia membersihkan muntahan tadi.

"Taeil!" panggil Milan dalam tidurnya.






"Aku mulai menyukaimu," katanya sebelum tertidur pulas.




Taeil tersenyum lebar, menatap sayu wanita yang tengah tertidur masih dengan gaun pesta dan bau alkohol yang menyengat.

"Aku juga, Milan."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[The End] Daddy, Give Me Mom ✖ Moon TaeilWhere stories live. Discover now