DGMM: 05

2.1K 362 44
                                    

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini.

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Huang Milan

Hakkun melahap makanan yang aku suapi padanya, pipinya yang menggemaskan mengembul ke samping.

Tiba-tiba Taeil keluar dari kamarnya dengan pakaian santai. Jujur saja, itu membuatnya sangat sexy dan tampan.

Tangan kekarnya mengacak-acak rambut Hakkun dan Ahin. "Pintar sekali kalian."

Hakkun dan Ahin tersenyum lebar membuat kedua matanya hilang seketika dan terlukis pula senyuman di kedua mata bocah-bocah ini.

Sejuk sekali saat melihat kedua bocah ini tersenyum karena perlakuan ayahnya.

"Um Milan, sore nanti aku dan kedua anakku ingin mengunjungi seseorang ke tempat rehabilitasi jiwa. Apa kamu bisa ikut?" tanya Taeil.

"Tidak boleh!" bentak Ahin sambil berdiri berkacak pinggang. "Daddy mengapa selalu mengajak wanita ini? Kemarin daddy mengajak dia pergi ke mall bersama, sekarang juga mengajak dia. Menyebalkan," tambah Ahin mengebu-ngebu.

"Kamu bicara apa Ahin?" tanya Taeil mulai kesal.

Ahin menatap Taeil dalam. "Aku tidak suka, aku tidak suka!" bentak Ahin sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

Aku langsung memeluk Hakkun sambil menutup telinganya. Sungguh aku merasa tidak enak. "Um sebaiknya tidak usah, Taeil. Mungkin Ahin hanya ingin menghabiskan waktunya dengan kalian berdua," ujarku berusaha menyejukan suasana.

Taeil menggeleng. "Tidak, kamu harus ikut untuk menjaga Hakkun dan Ahin. Dan Ahin, cepat masuk ke kamar. Daddy menghukummu, kamu tidak boleh keluar kamar sampai kamu mau minta maaf pada Aunty," ujar Taeil mengakhiri.

Kini di ruang tengah hanya ada aku dan Hakkun yang masih memelukku erat. "Daddy marah ya?" tanya Hakkun dalam pelukanku. Aku menggeleng sambil mencium puncak kepala Hakkun.

"Aunty, Hakkun tidak mau ikut ke sana. Hakkun takut," kata Hakkun mulai nangis.

Buru-buru aku menggoyang-goyangkan badannya seolah-olah ia menaiki ayunan. "Kenapa Hakkun? Hakkun harus ikut ya. Nanti daddy marah loh."

Bukannya menjawab atau membalasku, Hakkun malah menggeleng sambil menenggelamkan kepalanya dalam tubuhku.

━━━━━️°✨•°🦋°•✨°️━━━━━

Dalam mobil Hakkun terus bertanya-tanya tentang kendaraan yang melewati mobil ini. Sampai-sampai aku kewalahan untuk menjawabnya.

"Aunty lihat, mobil besar sekali!" teriak Hakkun menyuruhku untuk lihat ke luar kaca mobil. Di sebelah mobil yang aku tumpangi terdapat mobil container yang membawa peti kemas berwarna hijau, sepertinya dari Cina. "Itu container namanya, dan box besar itu peti kemas," jelasku dan Hakkun mengangguk.

Kemudian tanpa sengaja aku memergoki Taeil yang sedang melihat ke belakang lewat kaca tengah mobil, lalu dia tersenyum. "Kalau daddy sering mengendarai mobil dengan sayap yang besar dan bisa terbang," kata Taeil cekikikan.

Mata Hakkun membulat Takjub dan antusias menanyakan beberapa pertanyaan tentang mobil yang di maksud Taeil.

Aku pun tertawa. "Yang daddy maksud itu pesawat, Hakkun," cetusku.

Aku maupun Taeil tertawa melihat wajah polos Hakkun. Dan tidak sengaja melihat wajah suntuk Ahin yang duduk di sebelah bangku kemudi.

Sampainya ditempat tujuan, Taeil langsung memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah di sediakan.

Gedung bercat putih dengan 5 lantai dan pagar-pagar menjulang tinggi, menyambutku. Dari luar aku dapat mendengar suara tawaan banyak orang. Di pagar terdapat jelas tulisan larangan orang masuk tanpa berkepentingan.

Tiba-tiba Hakkun yang ada dalam genggamanku memelukku erat.

Kami berempat di tuntun oleh suster menuju ruangan yang di pagari jeruji besi. Aku dapat melihat ada seorang wanita cantik yang mirip sekali pada foto yang terpajang di ruang kerja Taeil. Pandangan wanita itu kosong, namun tersenyum sambil mengusap pipi tirus Taeil.

"Mom, i miss you at home. Let's go home, mom," lirih Ahin mengusap punggung tangan wanita ini, tapi di balas dengan tawaan garing.

Jadi wanita ini adalah ibu Hakkun, Ahin dan istri Taeil. Batinku.

Kemudian wanita ini berteriak saat melihat Hakkun. "Bawa pergi anak itu! Aku tidak ingin melihat dia!" teriaknya marah. Dan Hakkun menangis, menjerit kencang.

"Sayang, jangan seperti itu. Dia anakmu, aku sedih kalau kamu seperti ini terus," ujar Taeil mengusap-usap puncak kepala istrinya. Lalu wanita tersebut menangis sambil memanggil-manggil nama Hakkun berulang kali.

 Lalu wanita tersebut menangis sambil memanggil-manggil nama Hakkun berulang kali

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
[The End] Daddy, Give Me Mom ✖ Moon Taeilजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें