DGMM: 19

1.6K 290 11
                                    

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini.

Sebelum mulai, pastikan sudah Vote jika perlu Comment sebagai wujud apresiasi kalian untuk cerita kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huang Milan

"Aunty lempar bolanya!" teriak Ahin sambil melompat-lompat di dekat tiang basket. Aku mendribble bola basket tiga kali lalu melempar jauh ke arah Ahin.

Sayangnya bola tersebut meleset dari tangkapan Ahin dan di ambil alih oleh Taeil lalu melempar dengan mulus ke dalam ring. "Three-point field goal," kata Hakkun di pinggir lapangan. Dia bertepuk tangan riang menyambut kemenangan Taeil dalam pertandingan kecil kami.

Lelah karena sudah lebih dari 20 menit kami bermain basket. Hal ini baru pertama kali aku lakukan bersama Taeil dan kedua anaknya. Ya setiap minggu mereka memang berolah raga di lapangan ini, tapi aku hanya menonton saja dari dalam kamar. Terlihat jelas kalau dari sudut pandang kamarku.

Taeil selain jago menerbangkan burung raksasa, dia juga jago dalam olah raga terutama basket. Tidak heran kalau sering mengajak anak-anaknya main basket.

"Ini," Taeil dengan botol isotonik agak dingin menyentuh pipiku yang basah karena keringat. Aku nyaris menjerit kalau saja tidak aku tahan. "Terima kasih," balasku sambil membuka tutup botol.

Tiba-tiba Hakkun memelukku dari belakang ketika aku sedang minum, itu membuatku tersedak. Taeil langsung membantuku dengan menepuk-nepuk pelan punggungku. "Hakkun tidak boleh seperti itu," peringat Taeil pada Hakkun.

Aku lihat wajah bocah tersebut mendadak sendu sambil cemberut. "Tidak apa-apa Taeil, dia masih anak-anak," balasku sambil meraih tangan kecil Hakkun dan memeluknya. "Hakkun jangan cemberut, nanti aunty masak egg cheese kesukaan Hakkun."

"Sejak kapan Hakkun jadi suka keju?" tanya Taeil.

"Sejak aunty menjadi babysitter kami," jawab Ahin.

Taeil ber-oh ria. Aku hanya bisa tersenyum sambil menimang bayi besar ini. Lalu Taeil menyuruh ke dua anaknya untuk pulang lebih dulu dengan iming-iming ada puding di kulkas.

Ketika mereka berdua sudah pergi menjauh, Taeil langsung duduk bersebelahan denganku sambil menselonjorkan kakinya yang panjang.

Canggung, itulah yang aku rasakan.

"Tidak usah kaku," kata Taeil sambil tersenyum seolah-olah tahu aku sedang di buat canggung olehnya.

"Hakkun dan Ahin semenjak bertemu denganmu selalu ceria, aku jadi tidak khawatir jika mereka berdua main bersamamu," jelasnya.

Entah mengapa aku mendadak kehabisan kata-kata dan hanya membalas Taeil dengan anggukan kepala.

Keringatku masih saja mengalir membasahi seluruh badan, aku langsung menepis keringat yang mulai turun di dahiku. Saat ingin menapakan tanganku ke atas tanah yang di cor, tidak sengaja aku malah menaruh tanganku di atas tangan Taeil.

Jantungku berdegup dua kali lebih cepat. Aku masih menaruh tanganku di sana sambil memejamkan erat mataku, tidak tahu kenapa aku menjadi lemas. Kemudian Taeil menarik tangannya yang membuatku lega.

"Milan, apa yang di rasakan saat kamu bersama Jaehyun?" tanya Taeil tiba-tiba dengan tatapan yang mengintimidasiku.

Aku sangat gugup untuk menjawab karena tatapan Taeil yang seperti itu. "Aku, aku tidak merasakan apapun," jawabku kaku.

"Apapun itu?" tanya Taeil mengulang salah satu kata pada kalimat yang aku ucapkan.

Aku menahan napas sejenak. "I-iya, apapun itu."

"Perkataanmu itu seperti kebohongan," pancing Taeil yang mensugestiku untuk menjelaskan dari jawaban pertanyaannya.

"Mana ada aku berbohong. Aku pergi bersama Jaehyun hanya untuk menghargai ajakannya saja, aku tidak enak jika terus menolak. Lagi pula kenapa kamu selalu terlihat masam kalau melihat Jaehyun?"

Taeil mendesah kasar sambil mengacak-acak poninya. "Aku akan memberikan satu penjelasan yang harus kamu ketahui," aku mengangguk bersemangat untuk mendengar penjelasan Taeil.

"Keluargaku dulu sangat harmonis dan Jaehyun adalah sahabat terdekatku. Aku sibuk bekerja sampai tidak pulang berhari-hari," Taeil menggantungkan penjelasannya dan mau aku yang menebak penjelasan tersebut. Ini seperti riddle yang mudah di tebak oleh siapapun.

"Lalu istrimu dan Jaehyun?" tanyaku hati-hati dengan nada rendah.

"Iya, kami bercerai dan mereka berdua menikah," jawab Taeil santai.

Aku sangat terkejut mendengar jawaban Taeil. "Kenapa istrimu menjadi pasien rumah sakit jiwa?"

"Dia depresi karena tidak bisa punya anak dari hasil hubungannya dengan Jaehyun, lalu dia mengetahui Jaehyun sering berkencan dengan wanita lain yang selalu berbeda-beda. Itu membuatnya semakin stres," jelas Taeil.

Apa karena Jaehyun yang masih mempunyai status suami istri dengan mantan istri Taeil sehingga Ahin berkata bahwa Jaehyun sudah mempunyai istri? Kenapa aku baru menyadari hal ini.

Aku mengetuk-ketuk kepalaku beberapa kali karena bodoh secara tidak langsung mendukung Jaehyun untuk berselingkuh. "Maafkan aku, aku tidak tahu masalah ini."

"Ayo aku antarkan kamu untuk bertemu mantan istriku dan minta maaflah padanya," kata Taeil sambil mengulurkan tangannya, membantuku untuk berdiri.

"Ayo aku antarkan kamu untuk bertemu mantan istriku dan minta maaflah padanya," kata Taeil sambil mengulurkan tangannya, membantuku untuk berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[The End] Daddy, Give Me Mom ✖ Moon TaeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang