The Sin #1

34.6K 2.7K 166
                                    

Ruang gelap itu adalah saksi bagaimana dosa dipupuk dengan begitu mudahnya, mengabaikan hati nurani yang kerap berteriak kesakitan 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang gelap itu adalah saksi bagaimana dosa dipupuk dengan begitu mudahnya, mengabaikan hati nurani yang kerap berteriak kesakitan 





...





"Na Jaemin, kau bisa keluar hari ini." Suara husky yang terdengar sangat dewasa itu membuat semua orang dalam ruangan menoleh kaget. Sepuluh laki-laki manis di dalam menampilkan berbagai ekspresi yang berbeda. Begitu pula dengan si pemilik nama yang kini melotot sambil meremas kemeja lusuhnya.

"A..apa Master? saya bisa keluar hari ini?" tanya pemuda Na terbata-bata. Sembilan pria lain menatap heran dengan mulut menganga.

"Tapi, bukankah dia belum mendapat tamu sama sekali?" cicit pemuda dengan frekles di bawah kantung matanya sambil menatap Jaemin dan Master -yang masih menghisap cerutu di depan pintu- secara bergantian.

"Felix, memangnya kenapa kalau dia belum dapat tamu..kalau ada yang membayar lebih dari sepuluh kali tubuhmu dipakai, kenapa aku harus menolak?" jawab sang Master acuh, cerutu coklatnya terapit di rongga mulutnya yang menghitam.

Ruangan lusuh dengan lima ranjang reot dan dua meja kayu berisi berbagai macam make up murahan itu berubah menjadi panas. Na Jaemin menatap lantai kayu yang dingin sambil bertanya-tanya dalam hati.

"Bagaimana bisa aku keluar semudah ini, bukankah kontraknya baru berakhir setahun?"

Master menatap Jaemin jengah lalu berdecak kesal, "Ayo Na, jangan buat aku melempar cerutu ini ke arahmu." Pemuda Na berdiri dengan tegak dan berlari kecil menghadap sang master. Dia menoleh ke belakang dan bisa melihat sembilan orang lain menatapnya sengit, seolah punggungnya bisa berlubang dengan sembilan tembakan dari manik tajam mereka.

"Jangan lupakan tamu kalian selanjutnya, Alpha dari Tokyo sudah hampir sampai dan mereka minta gaya yang berbeda. Pakaian sudah ada di tempat biasa." Sambil menggenggam lengan Jaemin, pria tinggi itu berhenti bicara sejenak. "Jangan sampai aku mendengar berita kabur lagi, atau kalian akan berakhir di kamar buangan."

Semua terdiam dengan bulu kuduk merinding. Tidak, kamar buangan adalah tempat yang seribu kali lebih hina dari posisi mereka sekarang. Kamar penuh alpha kelaparan itu hanya akan membuat dosa omega pelacur seperti mereka terdengar suci.








Jaemin berjengit saat tubuhnya dibalut oleh sebuah pakaian asing berwarna putih, kulitnya yang pucat terkejut akan kualitas mahal pakaian itu-ditambah dengan perilaku master yang sangat lembut. Master mengambil satu helai tisu basah dan mengusap wajah pemuda Na dengan perlahan.

"Kau harus tampak cantik untuk mereka," kata Master menggeram rendah.

"Mereka?.. mengapa terdengar seperti aku dibeli oleh sekumpulan orang?"

Master menatapnya dari bawah ke atas, lalu menganggukkan kepalanya seolah sudah puas dengan hasil kerjanya tadi. "Hm, kau sangat beruntung anak muda. Hidup di dunia yang sulit ini dengan tujuh alpha yang berebut untuk melindungimu itu hal yang patut disyukuri HAHAHAHA!"

"Tu..tujuh alpha?" sahut Jaemin dengan suara tinggi.

Master mengangguk dengan seringai. "Iya, kau tidak salah dengar. Sudah, sekarang kau keluar dan masuk ke mobil putih di depan sana. Kau sudah ditunggu oleh tujuh Alphamu, Omega."

Jaemin hanya mampu membeku di tempatnya berdiri.









...





"Kini dia dilema, akankah dunia luar bisa memberikannya rumah..atau justru dosa yang jauh lebih buruk."





...






つづく

GrimmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang