The Unborn #3

17.5K 2.4K 292
                                    

Lahir dalam tradisi pembunuhan memberikan sensasi tersendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lahir dalam tradisi pembunuhan memberikan sensasi tersendiri. Kau bisa begitu mengagumi bagaimana amis darah bisa terasa manis.








...







Yunho sampai di rumah Emorte bersama Jaemin di gendongannya, anak itu tampak sangat lemah dan pucat pasi. Para Alpha di rumah itu tiba-tiba mengeluarkan suara aneh, mata mereka menyalang merah. Yunho yang masih di ambang pintu utama hanya mampu bungkam. Buruk, dia lupa bahwa anak lelaki di gendongannya ini adalah Omega dari klan tinggi. Wolf tuanya tidak mampu mendeteksi aroma feromon yang mungkin sangat menyengat dari tubuh Jaemin.

"Jangan, dia masih kecil!" sergahnya geram, dia mencoba tak gentar meski ada delapan Alpha di depannya sedang menatap nyalang.

Ayolah, Yunho tidak bisa berubah wujud sekarang dan membuat keadaan menjadi semakin runyam. Terkadang dia begitu membenci Dewa yang menciptakan Alpha bersama dengan nafsu yang berlebihan. Ditatapnya bocah yang kini juga tengah memandangnya, manik coklat yang sangat cantik itu memancarkan kepolosan yang begitu besar.

"Kalian tidak bisa melawanku hanya karena nafsu sialan itu. Kalau kalian tidak bisa menahannya, lebih baik kalian pergi!" titah sang ketua Klan dengan geraman rendah di akhir. Intonasi tegasnya mampu mengembalikan kesadaran Alpha di ruangan menjadi normal. Mata mereka sudah kembali menghitam dan tarikan nafas dilakukan berkali-kali untuk menenangkan diri.

Delapan Alpha klan Emorte itu kembali duduk di tempat masing-masing sambil menatap gerak-gerik Yunho yang ikut duduk memangku Jaemin. Mereka begitu lapar akan kehadiran sang Omega, dia sangat mempesona. Tidak ada Alpha yang bisa mengabaikan harum tubuhnya yang seperti Sweet Alyssum, serta wajah mungilnya yang cantik. Bocah itu akan dalam bahaya besar jika berada di tangan yang salah.

"Paman, kenapa kau membawanya kemari?" Kino, salah satu Alpha Emorte bertanya pelan pada Yunho. Yunho menoleh ke arah keponakan tidak sedarahnya, lalu menatapnya jengah karena Kino masih memandangi Jaemin dengan lapar.

"Berhenti menatapnya seperti itu atau kucongkel matamu!" Kalimat itu membuat Kino langsung menunduk dalam dan membuat Alpha lain menahan tawa mereka.

Yunho menghela nafas berat, "Tidak mungkin aku meninggalkannya sendiri di sana.. meskipun keluarganya bukan klan yang baik, tapi anak ini tidak berdosa."

Mingyu yang sejak tadi menatap Jaemin dengan pandangan lembut -dia telah menekan nafsunya dan memunculkan rasa iba- akhirnya ikut bersuara, "Apa dia akan tinggal bersama kita di sini?"

Mendengar itu, Alpha lain melihat Yunho dengan pandangan antusias. Yunho mengedikkan bahu, "Untuk saat ini aku tidak bisa menitipkannya pada siapapun. Anak ini masih enam tahun dan menitipkannya pada orang lain terasa sangat berbahaya."

Mingyu tersenyum lebar, dadanya membuncah saat kembali menatap netra coklat turunan musuh bebuyutan klan-nya itu. Tidak apa, meski harus menjilat ludah sendiri atau ditendang oleh leluhur Emorte dalam mimpinya nanti, Mingyu tetap bahagia karena menatap wajah Jaemin setiap hari adalah anugerah baginya..

..juga bagi para Alpha lain yang kini tengah tersenyum tidak jelas.

"Hai Nana!" sapa Mingyu dengan suara khas anak-anak. Jaemin menatapnya malu-malu, dan sial, itu membuat Alpha di sekitarnya menahan nafas karena feromonnya menjadi dua kali lebih pekat. Mereka keluar dari ruangan itu secara brutal demi menahan diri.

Yunho hanya menggelengkan kepalanya heran. Tapi diam-diam dia tersenyum.








...






Jaemin mengerjap, matanya terasa sangat berat. Harum kayu-kayuan masuk dalam penciumannya, lalu sedetik kemudian dia terduduk dengan kaget. "Kamar siapa ini?" Dia mengedarkan pandangan, menyeleksi sisi kamar yang tampak sederhana itu dengan teliti. Di samping ranjang tempanya duduk terdapat satu nakas kecil dengan dua potong roti dan segelas air putih di atasnya. Melihat itu tenggorokannya terasa kering tiba-tiba, ahh.. air putih terlihat sangat nikmat di matanya sekarang.

Pemuda yang baru saja terbangun itu meminum air putih dalam sekali tegukan. Tangannya mengambil satu potong roti dan memasukannya ke dalam mulut.

"Kau sudah bangun rupanya." Suara laki-laki terdengar begitu lancar masuk ke dalam telinga Jaemin. Dia berjengit kaget melihat ke arah jendela kamar yang entah kenapa baru ia sadari telah terbuka sejak tadi. Di situ, seorang laki-laki menopang dagunya di atas pembatas jendela dan menatapnya dingin.

Jaemin, dengan sepotong roti masih di mulutnya kini berkata sambil mengangkat telunjuk.

 "K.. kau siapa?"

"Aku?" tanya pria dingin itu dengan tangan menyentuh dadanya sendiri. "Aku salah satu Alpha-mu..

..Lee Jeno."






...





"Dalam sebuah buku pendosa, nama Tuhan tidak akan mendapat tempat yang layak. Tapi di buku para penganut kesucian, istilah pendosa akan selalu ada dalam tiap barisnya."





...





つづく

GrimmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang