Siren #8

13.3K 1.9K 228
                                    

Lahir karena dendam, disalahkan atas nama kejujuran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lahir karena dendam, disalahkan atas nama kejujuran. Dia pun hidup menjadi sosok hitam yang menyembunyikan kebaikan di dasar air yang dalam.





...





Usia enam tahun adalah kali pertama Jaemin bertemu dengan siluman air. Ditemani delapan Alpha lain yang memasang wajah ketakutan, bocah manis itu begitu antusias melihat sungai besar yang berada jauh dalam hutan. Jika saja Mingyu tidak menggendongnya selama perjalanan, pasti kaki Jaemin sudah membengkak parah.

"Nana, jangan masuk ke sungai itu ya, cukup dilihat dari sini saja!" Mingyu berbisik pada si Omega, dan ekspresi cemberut adalah jawabannya.

"Tapi Nana mau main air, Hyung." Bibir mungilnya maju beberapa senti, membuat Mingyu menghela nafas pasrah.

Alpha jangkung itu benci dirinya sendiri yang begitu lemah. Teguh pendiriannya sudah terbang melalang buana, melebur tak bersisa tiap bertemu Jaemin. Jangan salahkan Mingyu, Jaemin terlalu imut untuk ditolak.

"Kau ikut masuk saja, Hyung!" perintah itu keluar dengan kurang ajarnya dari mulut Hangyul, Mingyu seketika naik darah. Dia takut Jaemin akan menganggap itu ide yang bagus.

"Benar, Hyung temani Nana saja ya, please!" 

Hei, yang benar saja? jika itu hanya rayuan, Mingyu bisa menolak. Tapi kini dia mendapat sepasang mata anak kucing, bibir merona, suara imut serta feromon yang menguar di udara.

Baik, Na Jaemin.. kamu menang.

Mingyu mengangguk sambil tersenyum miris, dia perihatin dengan dirinya sendiri. Ayolah, siluman air adalah makhluk terakhir yang ingin Mingyu temui di hari yang cerah ini. Bukankah melihat kupu-kupu jauh lebih menyenangkan? mengapa Omega cantik itu membuat hidupnya rumit?




Cpakk..

Semua kepala di sana menoleh ke tempat bunyi itu berasal. Terkejut setengah mati, delapan Alpha itu merasakan tubuhnya merinding saat melihat ekor raksasa berwarna hitam tengah berenang mendekat.

Jaemin bertepuk tangan riang. "Woahhh, cantiknya!"

Dan makhluk bersisik itu pun muncul ke permukaan, bersandar pada batu sungai dengan ekor tetap terendam dalam air yang mengalir lambat. Jaemin tersenyum ke arah makhluk itu, dia sangat takjub dengan sisik hitam yang terpantul sinar matahari di balik rimbunnya pepohonan. Rambutnya seperti untaian benang sutra hitam yang dirajut bergelombang, dan matanya yang tajam seolah bisa mengelabui segala isi dunia akan pesonanya.

GrimmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang