Hell's Road #2

22.1K 2.5K 160
                                    

Jalan Neraka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalan Neraka







...







Api merambat dari satu kayu ke kayu lain, dari beton satu ke beton lain di segala arah. Monster merah itu semakin murka, membabi buta diiringi oleh teriakan yang menyayat hati. Suara benda jatuh, percik api dan tangis menjadi satu di pagi buta yang penuh cekaman. Banyak pasang mata hanya mampu menatap iba dari luar, mereka hanya bisa menyaksikan dan diam-diam merutuk diri karena hanya mampu berdiri dan menatap sedih.

Kutukan itu benar adanya, ketika takdir yang sudah tertulis dinodai oleh kotornya perjanjian dan menjadikan alam turun tangan untuk menghukum sang pendosa. Keluarga yang sejak dulu dipandang terhormat itu kini hanya mampu meneriakkan pertolongan tanpa adanya uluran dari semua yang pernah mereka tindas.

Dixon, klan keluarga yang selama setengah abad memperbudak banyak klan kecil di kota Tritan memang selalu ditakuti. Setidaknya hukum itu masih berlaku beberapa jam yang lalu. Karena kini, klan itu hanya tinggal dalam sejarah kelam kaum malam, kisah mereka jatuh tertimbun reruntuhan bangunan yang dulu mereka sebut sebagai istana.

Dua jam berselang dan seluruh bangunan yang dulu bertabur emas itu kini hanya menjadi abu dan arang. Bau daging panggang menjadi bukti kematian 15 orang yang menghuni gedung mewah itu. Para warga yang sebelumnya hanya menjadi saksi bisu mulai membubarkan diri. Suara lolong serigala menjadi penanda bahwa pagi sudah mulai bangun dan ketua dari masing-masing klan memaksa kaumnya untuk pulang. Tetap menetap dan menonton kematian masal itu hanya akan menambah daftar mimpi buruk.

Jung Yunho -ketua klan Emorte- sempat terhenti saat melihat sebuah foto kusam di samping kakinya. Foto anggota klan Dixon yang sebelumnya berisi 15 orang itu kini hanya menyisakan satu bagian kecil berisi wajah anak laki-laki yang tersenyum cerah. Na Jaemin, satu-satunya kebaikan dari Dixon yang sayangnya sekarang ikut musnah. Yunho tersenyum miris, hampir saja dia menangis sebelum suara rintihan lemah masuk dalam inderanya.

Pria berusia lanjut itu mengedarkan pandangan pada tumpukan kayu yang masih dikelilingi api kecil. Mata elangnya terhenti pada sebuah buffet dengan ukiran serigala yang terlindung di bawah tangga dan menjadi satu-satunya bangunan yang masih tersisa. Dia berlari dengan tergesa, menarik buffet itu keluar dan semakin buru-buru ketika yang terdengar selanjutnya adalah tangisan anak yang sebelumnya dia kira sudah tiada.

"Tunggu sebentar, Nana. Tunggu ya nak!" katanya sambil terus memaksa buffet itu keluar dari runtuhan beton bekas tangga yang dipastikan sangat kokoh. Setelah bertarung dengan bara api di sekelilingnya, pria itu berhasil menarik keluar buffet dengan bantuan wolf tua dalam dirinya.

Buffet itu terbuka tepat setelah tangga yang tadi di atasnya roboh tak bersisa. Yunho terkejut sembari menghembuskan nafas terburu-buru. Hampir saja, dia sangat bersyukur. "Paman Yunho hiks eung.. hiks." Suara itu berasal dari anak lelaki mungil yang masih meringkuk dalam buffet. Yunho menariknya keluar dengan perlahan lalu memeluknya sangat erat. Lalu tangis itu pun pecah, membangunkan mentari dari tidurnya.







...







Jaemin bergerak gelisah menatap hutan belantara di depannya. Mobil putih yang sempat mengantarnya tadi langsung melesat pergi dan meninggalkannya dalam kebingungan.

"Apakah master sedang main-main denganku sekarang?"

 Entah mengapa dia merasa bahwa master membuangnya untuk jadi santapan liar serigala buas di hutan ini. Tengah malam dan sendirian, cukup membuatnya menggigil ketakutan.

Karena tidak mengerti apa yang harus dilakukan, Nana -panggilan untuk pemuda manis itu- hanya terdiam sambil menatap tajam tiap pepohonan di sekitarnya. Lolongan serigala sahut menyahut dari berbagai arah, dia merasa seperti tengah dikepung. Wolf Omega dalam dirinya hanya meringkuk, mengeluarkan bisikan ketakutan yang amat pelan.



Wushhh...

Suara angin terdengar sangat kencang dan membuat Na Jaemin semakin menciut. Netra coklatnya mengarah pada rimbunan pohon yang secara kebetulan atau tidak membentuk lingkaran di sekitarnya. Dan seperti sebuah badai tak diundang, kaki berbulu coklat keluar dari salah satu batang pohon tua di sebelah kanan Jaemin. Pemuda bersurai madu itu memundurkan langkahnya pelan, dan semakin pelan saat yang ditatapnya kini adalah wolf berbulu coklat yang sangat besar. Instingnya sudah bisa menebak bahwa makhluk di depannya ini adalah Alpha dominan.

"Tuhan, apa aku akan benar-benar dimakan?"



Kskk..kskk..

Suara aneh lain datang dari belakang tubuhnya yang sudah kaku. Jaemin amat takut untuk sekedar memincingkan mata ke belakang karena dia tahu itu bukan hal yang menyenangkan. Takdir sangat lucu, dia keluar dari pelelangan Omega dan masuk dalam sarang serigala.

Kedua makhluk yang tampaknya mengerikan itu semakin membuat wolf maupun dirinya sendiri menciut bukan main. Dengan mata terpejam dan tangan terkepal, pemuda itu hanya mampu pasrah dan bersiap untuk mati detik itu juga.






..sebelum dia merasakan sentuhan halus dari bulu-bulu di sekujur tubuhnya. 

Mata Jaemin terbuka lebar dan semakin terkejut saat melihat dua serigala berbeda warna kini sedang menggesekkan bulu mereka di pinggang dan perutnya dengan sangat lembut. Rahangnya jatuh dan pertanyaan dalam kepalanya semakin menggunung.

"Ada apa ini, God?"









"Kau Omegaku!"

"..Kau Omegaku!"

Dan dua suara yang bersahutan menjawab pertanyaan dalam hatinya itu adalah hal terakhir yang didengar oleh pemuda Na, sebelum dia tumbang karena keterkejutan.







...







"Jalan neraka adalah sebuah situasi yang tidak memberimu pilihan. Kau harus bersiap mati karena kebaikan, atau mati karena kejahatan. Semua berakhir pada mimpi buruk."







...







つづく

GrimmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang