Sweet Alyssum #7

14.7K 2.1K 248
                                    

Tanpa Kegilaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanpa Kegilaan



...



Setelah bercengkrama dengan Renjun dan menghabiskan sarapan-nya, Jaemin dibawa oleh alpha itu ke belakang rumah. Tunggu, Jaemin baru sadar jika rumah ini tampak menyeramkan dari luar. Dia baru pertama kali melihatnya dan terkejut mengetahui rumah ini hanya berdinding kayu tanpa lapisan apapun. Hm ... pantas saja malamnya kemarin begitu dingin.

"Jaemin-ah, apa kau bisa mencium feromonmu sendiri?" Renjun bertanya tanpa menatap sang lawan bicara. Telinga peri alpha itu tampak memerah, entah kedinginan atau justru karena panas dalam jiwanya.

Jaemin mengalihkan pandangan dari rumah yang sudah dua malam ini dia tinggali, netranya menatap Renjun yang kini juga tengah menatapnya. Dengan pelan omega itu menggeleng dan menahan rasa malu. Entah mengapa suasana kali ini begitu aneh, wolf dalam dirinya berbisik memberi isyarat untuk lari dari perbincangan ini.

Tapi dia tidak bisa, itu tidak sopan namanya.

"Kau beruntung karena tidak bisa mencium harum sweet alyssum dari tubuhmu. Bunga itu punya makna 'tanpa kegilaan', tapi aku hampir gila tiap menciumnya," ujar Renjun serius.

Insting wolf si omega manis berkata bahwa ini berbahaya. Sekilas dia bisa melihat mata Renjun bersiluet merah. Amat pekat dan hampir membuatnya berlari menjauh, jika saja tangan itu tidak menggenggam pergelangan-nya erat.

"Ren ... Renjun-ah, kau kenapa?" tanya Jaemin ketakutan, pergelangan-nya mulai terasa sakit. Mengapa alpha itu mencengkramnya kuat sekali? Astaga.

Alpha itu menggeram pelan, dan dalam hitungan sekian detik kini posisi mereka telah berubah. Jaemin terkungkung di antara pohon besar dan tubuh alpha yang setara dengan-nya itu. Mata itu menjadi semerah darah, geraman terdengar begitu menyeramkan. Jaemin bisa menyimpulkan bahwa wolf sang alpha kini telah mengambil alih. Dan dia kebingungan karena itu artinya Renjun telah dikuasai hawa nafsu, sangat sukar untuk dihentikan. Jaemin ingin menangis, pertama kalinya berada dalam situasi seperti ini.

"Kau takut?" Alpha itu menyeringai dan mengalihkan tangan-nya ke belakang pinggang Jaemin. Omega itu merasakan tubuhnya gemetar, kakinya melemas merasakan sentuhan acak yang terkesan kasar di area pinggangnya.

"Jangan, ja ... jangan!" sergahnya pelan, dia menahan diri untuk tidak mengeluarkan lenguhan aneh. Jaemin menggigit bibirnya keras, dirinya terkejut saat tangan panas itu masuk ke dalam celana dan menyentuh bokongnya yang sintal.

Renjun tersenyum mengerikan saat merasakan mulusnya area itu, gemas sekali. Setelah meremasnya beberapa saat, tangan alpha itu beralih ke area yang lebih vital. Bagian yang berkerut dan menjadi titik sensitif bagi omega yang kini masih terus menggigit bibir.

Inilah lubang surga bagi alpha kelaparan seperti dirinya. Sentral kenikmatan dari gairah ada di situ, ahh ... kini Renjun membayangkan dirinya memasuki lubang itu dan menghentak kasar.

Harum sweet alyssum menyelimuti suasana panas mereka, Renjun mengarahkan wajahnya pada leher sang omega. Dia sudah gila, feromon itu sangat pekat dan membuat sekujur tubuhnya tegang. Bibirnya menempel pada leher putih Jaemin, menciumnya secara brutal.

"Eunghh ... Renjun ... ahh!" Lenguhan itu akhirnya keluar, terucap sangat jelas dari bibir cherry yang berselimut salivanya sendiri. Kenikmatan ini membuat kepala Jaemin serasa ingin pecah, jari-jari alpha itu terus mengelus area lubangnya, mengusapnya sedikit kasar dan membuat cairan aneh keluar dari sana.

Kenikmatan lain didapat dari ciuman dan hisapan berulang di area lehernya. Lidah Renjun terus menjilat bagian jenjang itu seperti serigala kelaparan. Telinga omega cantik itu juga dihisapnya dengan kasar. Tubuh mereka diselimuti hawa panas ditengah udara yang dingin.

Suara burung gagak terdengar melewati pepohonan, menambah kesan ganjil di area yang memasuki jajaran hutan belantara. Pohon-pohon menjatuhkan daun mereka, bergesekan dengan angin yang berdesir cukup kencang dipagi yang sunyi itu. Bau tanah bekas hujan menghilang terganti oleh harumnya feromon di udara. Merebak ... mengundang jutaan jiwa untuk jatuh tergoda.

Kaki mereka yang tidak ber-alas apapun bertemu dengan basahnya tanah, juga genangan kecil dari rintik hujan pagi tadi. Pohon yang menjadi sandaran sang omega juga tidak membantu sama sekali, Jaemin bisa merasakan rambut belakangnya telah basah karena kulit pohon tua itu menyimpan bekas air hujan dengan sangat baik.

Jika saja tangan Renjun tidak berada di belakang tubuhnya, dia pasti kedinginan karena punggungnya bisa bersentuhan dengan pohon itu. Bahkan kini dia bisa merasakan angin bertiup semakin kencang, bertubrukan dengan kulitnya yang memerah.

Renjun merapatkan tubuh Jaemin hingga kejantanan mereka yang masih terbungkus kain pun bersentuhan.

"Emhhh!" lenguhan sang omega semakin keras saat Renjun menggerakkan tubunya berlawanan dan membuat area vital mereka bersentuhan meski tidak secara langsung.

Kepala Jaemin pusing, liurnya sudah membasahi kerah baju-nya yang berantakan. Omega itu menatap lurus manik cokelat sang alpha, hatinya berdesir. Di lain sisi, bibir cherry Jaemin membuat Renjun tertarik, lihatlah bagaimana dua belah itu terbuka dengan sangat eloknya.

Renjun mendekatkan kepala, sedang jarinya di bawah sana mengusap lubang rektum sang omega dalam tempo yang semakin kasar. Lenguhan Jaemin juga membuat suasana semakin tidak kondusif, akan berbahaya jika alpha lain mendengar dan melihat adegan kotor ini.

"Na Jaemin!" Geraman Renjun terdengar sangat rendah di telinga omega itu. Birahinya ikut meningkat kuat dan keinginan untuk disentuh lebih jauh pun semakin tinggi.

Sedikit lagi. Kini tinggal sedikit lagi sampai Renjun bisa mengecap rasa bibir itu.

BUGHH—

—sebelum tubuhnya jatuh tersungkur ke tanah.

Jaemin terkejut bukan main, matanya menatap Renjun yang masih mengerang sakit lalu beralih pada pelaku yang kini sedang mengepalkan tangan-nya erat dengan pandangan marah.

"Mark?"



...



"Kecantikan yang berharga bisa menciptakan sebuah pertumpahan darah. Semua nafsu berperang mati-matian untuk bisa mengecap cantiknya. Dan hanya satu yang benar-benar bisa merasakan-nya."



...



つづく

GrimmWhere stories live. Discover now