Althea Jemi

1.8K 329 67
                                    


“jadi, bagaimana?”

“apanya?”

“Jeno, bagaimana?”

“langsung ke intinya nih?”

“iya”

“yah, padahal gue mau basa – basi dulu biar bisa lama – lama sama lo”

“hah? Apa?”









Jemi tertawa melihat ekspresi Althea. Ia terlihat bingung dengan kalimat yang barusaja Jemi ucapkan. Terlihat menggemaskan(?) di mata Jemi.

“nggak usah bingung gitu, gue cuma bercanda ahahaha” tawa Jemi. Althea menghela nafas.

“oke oke, kali ini gue serius.” Jemi yang tadinya bersandar pada sofa, kini menegakkan badannya dan menatap Althea tajam. Althea pun mencondongkan sedikit badannya, tanda kalau Ia juga serius mendengarkan.

“jadi…”

“…”

“lo mau gak jadi pacar gue??”

“…”

“gimana??” tanya Jemi sambil menaikkan alisnya.

“kamu tidak ada bedanya dengan Jeno” ucap Althea sambil merelakskan Kembali badannya.

“maksud lo?” Jemi mengerutkan dahinya.

“Ketika saya serius, kalian selalu anggap itu bercanda, tidak bisa membaca situasi, selalu menghiraukan perkataan dari saya, dan itu-“

“OKE OKE CUKUP, hehe, gue minta maaf deh. Gue langsung ngomong.. pertama soal kejadian di perpustakaan kemarin… sesaat setelah gue sama Jeno denger lo teriak”



Flashback : on

“AAARRRGGGHHHHH!!!”

“THEA?!” Jeno buru – buru bangkit dan mencari dimana sumber suara berasal. Jemi yang bingung hanya membuntut kemanapun Jeno pergi. Tak sampai 1 menit, Jeno menemukan dimana Althea berada. Sudah sedikit ramai disana, mungkin sebagian besar pengunjung perpustakaan penasaran dengan apa yang terjadi.

“permisi, permisi,…” ucap Jemi menerobos gerombolan. Jeno? Ia langsung menerobos begitu saja. Jangan salahkan Jeno, Ia mungkin terlalu panik dan terlalu khawatir dengan teman yang menemaninya sejak kecil itu.

“Eh!! Mbak sadar mbak!!” seorang laki – laki berlutut sambil menopang tubuh Althea yang terkulai lemas.

“Minggir!!” ucap Jeno sambil mengambil alih Althea paksa dan bersiap membawanya.

“Mas, ini temennya??” tanya laki – laki asing itu.

“bukan urusan lo.” Jawab Jeno singkat. Matanya memicing tajam ke laki – laki itu sebelum akhirnya Jeno berdiri tegak.

“saya antar ke rumah sakit, ya?! Saya bawa mobil” laki – laki ikut berdiri.

“gak usah, lo ga usah ikut campur.” Balas Jeno.

“hah? Nggak usah?” laki – laki itu tak kalah khawatir.

“Jem, lo bawa mobil kan? Yok buruan” ucap Jeno pada Jemi.

“e-eh, o-okeoke” Jemi yang daritadi hanya memerhatikan keadaan sedikit terkejut dengan ajakan Jeno. Ia menurut saja pada Jeno.

“t-tttapi mas!! Tunggu!!” laki – laki itu berusaha mengejar Jeno dan Jemi.

Jemi yang mendengar panggilan laki – laki itu melambatkan langkahnya, lalu menoleh ke belakang sambil mengisyaratkan sebuah permintaan maaf.

Laki – laki tadi tidak kehilangan akal. Ia bergegas menuju mobilnya dan mengikuti kemana mobil Jemi pergi. Jemi tahu kalau mereka diikuti. Ia juga tahu kalau yang mengikuti mereka adalah laki – laki asing tadi. Ia pun melambatkan mobilnya di dekat lampu lalu lintas yang sebentar lagi berubah warna menjadi merah.

FUTURAE | XiaojunWhere stories live. Discover now