Althea Jemi Xiaojun

1.2K 264 67
                                    

"Seneng banget gue masih sekelas sama lo" ucap Jemi. Menjelang ujian, kelas 12 akan diacak sesuai dengan kemampuan sekaligus target kampus dan jurusan yang akan dituju. Jemi dan Althea keduanya mempunyai pilihan pertama yang sama. Kedokteran. Kemampuan Jemi juga tidak kalah bagus, Ia tidak pernah keluar dari ranking 10 besar. Apa kabar dengan Jeno? Ia tidak sekelas dengan mereka. Ia bersama dengan anak - anak yang tentunya memilih jurusan yang mirip dengannya.

"Gue justru seneng karena Ea nggak sekelas lagi sama cabe - cabean sultan." Sahut Xiaojun.

"Jangan begitu.. aku juga bersyukur, semoga di kelas ini aku bisa tenang dan lebih fokus lagi. Tapi.."

"Tapi kenapa?" Tanya Jemi.

"Aku masih.. mengkhawatirkan Jeno.."

"Ngomongin Jeno.. tadi gue sempet ngelirik ke kelasnya dia. Entah cuma perasaan gue atau gimana, dia kayak jadi lebih menyendiri." Ucap Jemi.

⏪▶️⏩

Hari - hari sekolah menjelang ujian nasional sangatlah padat. Beberapa anak mengambil jam tambahan untuk memantapkan materi. Jemi mengambil tambahan di pelajaran matematika karena dia sadar bahwa Ia mendapat ranking bagus karena nilainya didongkrak oleh nilai IPA dan bahasanya. Althea memilih untuk mengambil jam tambahan untuk mempersiapkan ujian tertulis perguruan tinggi. Banyak yang bilang bahwa Althea sudah dipastikan lolos bahkan tanpa harus mengambil jam tambahan. Namun, Althea tidak mau besar kepala dan sombong. Ia merasa masih ada materi yang harus Ia perdalam.

Selama masa persiapan inilah, gedung tingkat akhir terlihat sepi. Banyak yang memilih untuk membawa bekal sendiri dan memakannya di kelas sambil memperdalam materi. Rata - rata murid kelas 12 hanya akan keluar kelas saat ada keperluan dengan kurikulum, seperti meminta surat rekomendasi, legalisir rapor, dan sebagainya. Begitu pula dengan Jemi dan Althea. Hubungan mereka berjalan sebagaimana semestinya, saling memahami satu sama lain, dan berusaha untuk tidak mengganggu.

Bagaimana dengan Jeno? Tanpa Althea, Jemi, dan Xiaojun ketahui, Jeno telah diberi kelonggaran oleh ayahnya di masa persiapan ujian. Walaupun ayahnya adalah seorang yang arogan dan antagonis, Ia juga masih memikirkan masa depan pendidikan anaknya. Padahal di waktu yang sama, Ia juga telah menghancurkan masa depan anaknya sendiri. Tidak ada yang tahu apakah di akhir nanti Jeno akan kembali seperti Jeno yang dulu atau malah nasib buruk akan menimpanya nanti di masa depan. Jeno beberapa kali sempat berpapasan dengan Jemi dan Althea ketika berangkat atau pulang sekolah. Ia teringat dengan syarat dari ayahnya. Ia segera memalingkan muka dan segera pergi tanpa bertatap mata sedetik pun.

Beda lagi dengan Xiaojun. Ia tahu Jemi dan Althea harus fokus belajar. Ia tidak ingin mengganggu mereka. Xiaojun menggunakan kesempatan ini untuk mencari "media" yang akan Ia gunakan. Bagi seseorang yang berhati besar seperti Xiaojun, tidak mudah baginya untuk mencari sebuah media. Ia tahu betul resiko yang akan dihadapi. Ia juga tidak bisa sembarangan memilih, Ia tahu pasti setiap media punya kapasitasnya sendiri - sendiri. Jika media yang Xiaojun pilih ternyata terlalu lemah, Ia tidak tahu pasti apa yang akan terjadi. Namun, dampaknya pasti buruk.

Dua minggu menjelang ujian nasional. Tepat hari ini pula, hasil seleksi nasional akan diumumkan. Althea yang sadar bahwa Jemi sangat gugup dengan hasilnya nanti. Bahkan Ia tak berhenti memainkan kuku atau menggerakkan kakinya. Althea memutuskan untuk menemani Jemi membuka hasil seleksi bersama - sama pada pukul 3 sore nanti, di rumah Jemi.

"Aduh anjir gue mulesss, AHHH!!" Teriak Jemi di sofa ruang tamunya sambil meringkuk memegangi perutnya yang mulas karena terlalu gugup.

FUTURAE | XiaojunWhere stories live. Discover now