Jeno Dejun Ajun

1.3K 210 100
                                    

Flashback : On

"Crystal ngapain buru - buru gitu?" Tanya Theron yang heran dengan Crystal yang buru - buru pergi setelah memberi berkas pendaftaran UKM.

"Ada perlu kali." Jawab Ajun singkat. Theron memandang aneh temannya.

"Lo.. kenal sama Crystal darimana?" Tanya Theron. Ajun terdiam sejenak.

"Mantan–"

"HAH MANTAN LO?! SERIUS?!" Teriak Theron.

"Iya. Kenapa emang?"

"Gapapa sih, kaget aja. Kirain lo nggak pernah pacaran. Eh temenin gue ke gedung elektro yok!! Gue mau ngumpulin revisi tugas sialan. Tadi dosennya udah gue hubungi, katanya dia lagi ada urusan di sana, terus disuruh nyusulin dia aja katanya."

"Beliau. Bukan dia. Yang sopan lah sama dosen." Protes Ajun. Theron hanya memutar bola matanya.

"Ayok ah!! Buruan!!" Ucap Theron. Ajun menghela nafasnya. Ia mengambil tasnya dan membiarkan tas punggungnya hanya terpasang di bahu kanannya. Jaket jeans yang Ia bawa, Ia tenteng sembarang dengan tangan kirinya.

Tidak perlu kendaraan dan waktu yang lama untuk tiba di gedung teknik elektro. Gedungnya terletak persis di samping gedung arsitektur. Ajun dan Theron langsung menuju sebuah ruangan di lantai 3. Di tengah jalan menuju ruang yang dimaksud, Ajun tidak sengaja mendengar sesuatu.

"Eh, Ron. Duluan aja, gue nyusul." Ujar Ajun. Ia penasaran dengan apa yang Ia dengar. Ia yakin Ia mendengar sebuah nama yang tidak asing baginya. Jeno.

"Mau ngapain emang? Toilet?" Tanya Theron. Ajun hanya mengangguk dan kembali ke tempat dimana Ia mendengar suara samar - samar itu.

"Lama tidak bertemu.." Ajun mengerutkan dahinya. Ia kenal betul dengan suara saudara kembarnya itu.

"Maaf, Kak? Maksudnya?" Kali ini suara Jeno yang terdengar menjawab.

"Kak? Cukup penyamarannya." Ajun mendekatkan telinganya di dekat pintu.

"Oh? Gue kira lo nggak tahu kalau ini gue, saha– mantan sahabat lo dulu." Balas Jeno.

"Lo nggak pernah puas ya? Mau sampai kapan?"

"Hahah!! Nggak pernah puas? Jelas gue nggak puas lah, gue aja belom dapet apa yang gue mau. Lo juga sama kan kayak gue? mau balas dendam atas perbuatan gue yang bikin istri lo mati?" Jawab Jeno. Dalam tanda kutip, itu adalah ayahnya. Bukan Jeno.

"Denger ya!! Gue nggak akan berhenti sampai orang - orang yang terikat dengan lo, mau itu anak lo, jodoh anak - anak lo, sodara lo, hilang dari dunia ini. Waktu aksi gue sebentar lagi, nggak perlu khawatir, semuanya akan segera selesai." Lanjutnya.

Begitu mendengar langkah kaki mendekati pintu, Ajun buru - buru melangkah pergi dari tempat itu dan bersembunyi di kamar mandi yang tak jauh dari ruangan itu. Namun, tak disangka, Jeno pergi ke kamar mandi. Ajun buru - buru menyalakan kran dan mencuci tangannya untuk alibi.

"J-jeno? Kamu kuliah di sini?" Ucap Ajun berbasa - basi.

Jeno menghentikan aktivitas cuci tangannya dan mematikan kran air. Ia menoleh dan menatap Ajun tajam. Sebelah alisnya terangkat. Sedetik kemudian senyum seringai terlukis di wajahnya.

"Kak Ajun– mungkin lebih tepatnya.. Xiaojun.. atau Dejun.." Ajun terdiam.

"Gue kira cara gue kemarin buat melenyapkan lo udah berhasil, ternyata.. lo malah semakin maju, tapi.. keluarga lo aneh banget ya? Suka banget ngorbanin sesama." Lanjut Jeno.

Ajun tidak menjawab. Tangannya mengepal kuat.

"Di dekatmu ada cermin. Silakan bercermin." Balas Ajun kemudian sambil menunjuk cermin dengan dagunya.

FUTURAE | XiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang