Althea Ajun Jemi

1.1K 237 120
                                    

"Junnn!!! Lo kenapa bisa gini sihhh!! Lo kalo kenapa - kenapa cerita dong!!" ujar Dery. Ajun sudah bangun beberapa menit yang lalu.

"Bentar, kepala gue masih sakit.. nanti gue cerita kok, tenang aja. Gue nggak amnesia." Balas Ajun.

"Sorry kak kalo gue terkesan kurang sopan.. tapi.. gue penasaran sama Xiaojun. Dia gapapa??" Tanya Jemi.

"Gue gapapa, tenang aja, gue cuma roh yang numpang. Keadaan Ajun lebih mengkhawatirkan daripada gue." Jawab Xiaojun dengan tubuh Ajun.

"Dejun- eh enggak, ayah dimana?" Tanya Ajun. Jemi, Althea, dan Dery saling bertukar pandangan. Saling memberi sinyal siapa yang akan menjawab pertanyaan Ajun. Tidak segera menjawab jawaban, Ajun semakin mengerutkan dahinya.

"Kenapa nggak ada yang jawab-"

"Dia kecelakaan dan masih kritis sampai saat ini." Jawab Jemi. Ajun membuka mulutnya tak percaya. Tak lama, kepalanya terasa sangat sakit. Kepalanya tidak sanggup mencerna semuanya.

"Kak.. kakak lebih baik istirahat dulu-"

"MANA BISA?!" Teriak Ajun.

"Maksud lo apa teriak - teriak ke Thea?" Balas Jemi yang tidak terima dengan apa yang Ajun lakukan pada Althea. Ajun memijat keningnya dan mengatur nafasnya sekaligus emosinya. Althea menggenggam tangan Jemi, dengan maksud menenangkan Jemi.

"Sorry. Gue nggak bermaksud teriak - teriak. Sekali lagi maaf. Gue cuma takut kalau terjadi hal yang... nggak bagus. Kalau Dejun nggak bisa melewati masa kritisnya... bukankah itu berarti... dia tidak akan di dunia ini lagi? Bokap gue, dia bisa saja mencari media baru. Tapi gimana nasib... sodara gue satu - satunya? Dia satu - satunya orang yang gue punya di rumah. Gue nggak mau ada di rumah sendirian lagi. Gue nggak mau.." Ajun meremas selimutnya dengan kuat.

"Gue pengen ketawa bareng dia lagi, gue masih punya banyak cerita yang pengen gue ceritain, gue pengen main game bareng dia, gue pengen belajar bahasa mandarin dari dia, gue pengen santai nonton film bareng dia, gue masih pengen lihat orang - orang bingung ngebedain gue sama dia, gue pengen... rebutan matcha latte lagi.." lanjutnya.

"Jun.. gue yakin Dejun nggak bakal kenapa - kenapa-"

"Darimana lo bisa yakin? Darimana, Der?? Lo bukan anak indigo, peramal, atau orang spesial yang bisa lihat masa depan. Lo cuma manusia biasa-"

"Gue emang orang biasa. Gue bukan siapa - siapa. Lo bener. Lo sepenuhnya bener." Balas Dery. Jemi dan Althea merasa keadaannya memanas dan merambat kemana - mana. Jemi memberi sinyal pada Althea untuk memberi Dery dan Ajun ruang privasi. Mereka memutuskan untuk menunggu di luar.

"Tapi apa salahnya kita berbaik sangka? Gue emang nggak bisa jamin. Gue cuma bisa doain yang terbaik. Gue percaya dengan kekuatan doa. Lo juga kan? Singkirin pikiran buruk lo. Kalau lo nggak yakin dengan hal - hal yang baik dan terus berpikiran buruk, gimana caranya doa lo bisa terkabul?" Ujar Dery. Ucapan Dery selalu membekas di benak Ajun. Ia tidak pernah bisa membalas ucapannya. Sekalipun tidak pernah bisa. Kata - katanya tidak pernah gagal membuatnya terdiam.

"Gue minta maaf."

"Lo nggak perlu minta maaf. Gue ngga mau denger kata maaf-"

"Makasih, Der." Dery tersenyum mendengar Ajun. Dery kemudian keluar dan memanggil Althea dan Jemi untuk masuk.

"Kak, gue sama Althea pulang sekarang, ya. Kasihan Althea kalo kemaleman." Ucap Jemi. Ajun hanya mengangguk.

"Thea!! Jemi!!" Panggil Ajun tiba - tiba.

"Thanks buat semuanya. Gue bersyukur bisa kenal sama kalian. Sekali lagi, makasih." Althea dan Jemi hanya membalasnya dengan senyum. Tak lama setelah itu, mereka keluar dari kamar Ajun dan menghilang dari pandangannya.

FUTURAE | XiaojunWhere stories live. Discover now