09. "Shh... i'm here."

2K 172 1
                                    

07.07 am

Birmingham, UK

December 30, 20XX


"Awas!" Bright menarik tubuh Win sebelum sebuah sepeda menabraknya. "Bisa tidak simpan dulu ponselmu! Kau hampir tertabrak tiga kali, bodoh!"

Win hanya mengangguk sekilas, kembali melangkah dengan wajah tertunduk menatap ponsel. Jemarinya sibuk membalas pesan Luke dan Love yang sudah mencapai ribuan pesan. Win tidak memeriksa ponselnya selama dua hari penuh. Alasannya sederhana, ia lupa.

"METAWIN!"

Brak!

"Ouch!"

Bright mendekat gusar pada Win yang tubuhnya sudah mencium tanah. Mata elangnya melirik pengemudi sepeda yang melaju tergesa-gesa dan hilang di perempatan. Membantu Win bangkit, Bright menepuk-nepuk mantel Win yang sedikit kotor dan basah karena jalanan bersaju dan licin.

"Sudah kubilang, simpan dulu ponselmu. Kenapa keras kepala sekali, sih?"

"Bagaimana bisa? Aku sedang dicari polisi, bodoh!"

"Kau? Apa yang kau lakukan?"

"Nanti saja aku jelaskan. Cepatlah, aku tidak mau ketinggalan bus."

Keduanya kembali melangkah menuju halte bus yang tidak jauh lagi. Kali ini Win menyimpan ponselnya di saku, ia sudah memberi penjelasan panjang pada Luke tentang keadaannya. Pagi tadi Win terbangun karena mimpi buruk, ia tidak bisa kembali tidur, lalu saat mengecek ponsel yang sudah diisi daya semalaman, ia dikejutkan ribuan pesan dari temannya.

Luke dan Love sama sekali tidak tahu dimana pria itu berada. Mereka menghabiskan seharian penuh mencari di London dan tentu saja mereka tidak menemukannya. Sepasang kekasih itu memilih untuk meminta bantuan polisi dan kembali ke Birmingham di malam hari. Keesokan paginya tetap tidak ada kabar, tentu saja mereka melapor polisi di Birmingham.

Win berkali-kali meringis saat kepalanya berdenyut, membuat Bright hanya bisa menghembuskan nafas sabar. Ia sudah bertanya namun jawaban Win tetaplah sama.

Nanti akan aku jelaskan.

Setelah menunggu beberapa menit, Bright dan Win mendudukkan diri mereka di kursi bus yang nyaman. Win memejamkan matanya, kepalanya terasa pusing.

"Win? Kau baik-baik saja?"

Win mengangguk. "Tidak apa-apa."

Bright menempelkan tangannya di dahi Win, kemudian turun ke leher. Suhu tubuh pria itu memang hangat, tapi selama ini tubuh Win memang selalu hangat. Wajah Win pun tidak pucat, walau terlihat sedikit sayu. Bright menegakan punggungnya, menarik rahang Win mendekat ke bahunya.

"Tidur, lah, Win. Kau bisa ceritakan itu kapan saja."

Kali ini Win tidak menolak. Ia segera menyamankan posisi duduknya dan bersandar pada Bright. Satu tangannya yang di genggam Bright diusap pelan dengan lembut. Membuat Win tersentuh dengan perlakuan kecil yang sangat bermakna untuknya.

Perjalanan dua jam itu terasa lama bagi Win. Kelopak matanya memang terpejam, tapi tidak dengan kesadarannya. Tanpa Bright ketahui, setetes air mata menggenang di batang hidung Win. Ia mati-matian tidak mengeluarkan suara apapun dan bernafas dengan tenang.

Bukannya Win tidak ingin memberitahu Bright apa yang sebenarnya terjadi. Ia butuh waktu untuk memikirkan semuanya dengan jernih. Win sedikit terkejut saat merasakan tangan Bright yang mengusap pipinya. Sebelum kemudian Win merasakan pucuk kepalanya dikecup lama.

Through & Through [REVISION]Where stories live. Discover now