10. "I just had a change of heart."

1.8K 193 5
                                    

09.09 am

Birmingham, Europe

31 December 20XX

Bright memijat pelan tengkuk Win selama pria itu mencuci mulutnya dengan air hangat. Win merasa baik-baik saja tapi sesaat mereka turun dari bus, perutnya terasa sangat mual. Bright yang khawatir mengikuti Win dan menemukan Win mengeluarkan isi perutnya di bilik kamar mandi.

"Kau yakin baik-baik saja, Win?"

Win mengangguk. "Aku tidak apa-apa."

Kepala Bright memiring tiga puluh derajat. Keningnya berkerut mencoba mengingat sesuatu. Sedetik kemudian matanya membesar, teringat kesalahan bodohnya melewatkan hal yang sangat penting.

"Kamu belom melahap apapun sejak kemarin Win. Angin semalam sangat dingin dan kau malah memberikan syalnya padaku," Bright meraih sapu tangan disakunya, membersihkan pinggir bibir Win yang basah.

Memasukan kembali ke tempatnya, Bright meraih syal abu di tasnya. Melilitkan benda itu di leher Win kemudian menangkup wajah Win yang hangat. Win mengerjapkan matanya lalu tersenyum tipis, mengucapkan terima kasih.

Setelah meyakinkan bahwa ia tidak apa-apa, Win mengetik pesan pada Luke untuk menemui mereka di sebuah restauran alih-alih di flat. Birmingham yang bersalju membuat jalanan cukup sepi, mereka memilih menghangatkan diri di bawah atap masing-masing.

Berhasil menemukan restauran yang buka, Bright menyuruh Win memesan makanan terlebih dahulu. Ia akan ke apotek untuk membeli beberapa vitamin untuk Win. Mengangguk, Win menatap punggung Bright yang menjauh sebelum mengijakan kaki ke dalam restauran bernuansa klasik itu.

Win memilih meja bundar dengan empat kursi empuk di sudut ruangan. Pelayan yang sudah menantinya langsung mencatat pesanannya. Win sekalian memesan sarapan untuk Luke dan Love yang sedang menuju kesini. Setelah semua tercatat, pelayan itu permisi dengan sopan lalu berbalik.

Hembusan nafasnya terdengar seiring dengan punggungnya yang menyandar lemas di kursi. Tangannya merogoh ponsel di sakunya, membuka kembali pesan dari orang tuanya. Selain cemas karena Luke dan Love yang mengkhawatirkan keberadaannya, ini adalah alasan pertama Win merasa lemas.

Ibu jarinya menekan gambar yang dikirim padanya. Buku journal yang berisi puisi miliknya terbuka di halaman ke sembilan puluh tujuh, lengkap dengan tulisan yang masih terbaca jelas. Win mengusap wajahnya kasar, mencoba menghilangkan gusar di wajahnya.

Mengalihkan pandangan, Win menemukan Bright yang muncul dari ujung jalan. Mengusap-ngusap kedua tangannya yang membeku. Win terdiam menatap Bright dari ujung kaki hingga rambut legam yang tertutup tudung hoodie hitamnya.

Win tersenyum mengingat perubahan yang dibawa pria berkulit cokelat itu di hidupnya. Bright memberikan Win ribuan rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hidupnya yang hampa dan membosankan mulai berwarna.

Menyelinap di malam hari untuk melihat indahnya Bangkok malam, mengajarinya bermain musik, bolos pelajaran dan bermain di kolam renang sekolah sepuasnya, membiarkan Bright melukisnya dan berbagai macam hal menyenangkan lainnya.

Win sadar perasaan yang dimilikinya pada Bright tidak salah walau dunia terasa seperti menentangnya. Mata elang itu menemukan Win yang sedang memperhatikan sedari tadi, Win membalas senyum saat Bright melemparkan senyum lebarnya.

Mata cokelat Win tetap mengikuti langkah Bright hingga pria itu masuk ke dalam restauran. Berjalan mendekat dengan senyum lebar tercetak di wajah tampannya.

"Maaf membuatmu menunggu lama," Bright mengacak rambut cokelat Win. "Kau baik-baik saja, Win?"

Hal sederhana ini tidak akan pernah sirna dari ingatan Win.

Through & Through [REVISION]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu