28. "He just got milion dollars and act like a zombie."

1.3K 137 6
                                    

Bangkok, Thailand
2 years after moonlight

"Perusahaan Velence mengalami peningkatan dratis-"

"Souri Company meresmikan pembukaan tiga puluh cabang-"

"Opasiamkajorn mulai melebarkan sayap di Bangkok-"

Win mematikan televisi di depannya. Punggungnya bersandar lelah pada kursi nyaman yang berada di lantai empat puluh itu. Win berbalik menatap gemerlap Bangkok yang terlihat indah.

Ponsel di saku tuksedonya bergetar, menandakan pesan masuk. Win tersenyum tipis melihat gambar yang dikirim adiknya, Mick.

From : Mickmetas

Dia baru saja menjual lukisan setengah miliar dan terlihat seperti zombie di tengah hari. Kekasihmu rendah hati atau orang pinggiran, sih?

Win menghembuskan nafasnya lega. Setahun yang lalu, Win sadar dari komanya di tengah kekacauan. Ayahnya jatuh sakit dan tidak bisa mengurus perusahaan dengan optimal.

Kedua orang tuanya memberikan perawatan terbaik untuk memulihkan trauma gegar otak ringannya. Win dengan sabar menjalani terapi rutin hingga ingatan dan kemampuannya pulih.

Setelah siap, Win mengambil alih pekerjaan Ayahnya. Menyingkirkan pengkhianat dan kerikil yang mengganggu jalan bisnis mereka. Tidak mudah, semua itu Win hadapi sendirian.

Sebagai syarat atas kerja keras Win, kedua orang tuanya mengangguk ketika Win menceritakan tentang keinginannya. Sekerjap kemudian Win menangis haru mengetahui kedua orang tuanya menerimanya.

Sejak saat itu, Mick melepas diri dan terbang ke Eropa. Melanjutkan studi dan memantau pujaan hati Win Metawin.

Win senang bukan main ketika lukisan besar itu tiba di ruang kerjanya. Lukisan bulan abu di tengah kelamnya langit biru itu bisa Win tatap selama seharian penuh. Tidak lupa, tanda tangan pelukis bercorak V di sudutnya.

"Dia sangat hebat, bukan?" Tanya Mom saat berkunjung ke kantornya.

Tidak lama setelah itu, kabar baik datang. Mai melahirkan. Kehadiran Emma di tengah kehampaan hati menghibur Win.

"Kenapa matanya mirip sekali dengan matamu, sih?" kesal Mai ketika melihat Emma tertidur di pangkuan Win.

Win menyayangi Mai seperti kakak dan menyayangi Emma bagai anaknya sendiri.

Sebulan sebelum Mai melahirkan, suami Mai melepas tanggung jawabnya. Meninggalkan Mai demi wanita lain. Jangan tanya seamuk apa Win saat itu.

Mulai saat itu, Win membiarkan Emma memanggilnya Papa.

"Kapan kamu mau menemuinya, Win?"

"Siapa? Klienku baru pulang."

"Jangan bodoh."

Win selalu menghindari pertanyaan itu. Bukan karena Win tidak mau menemui Bright, Win memang tidak bisa menemui Bright.

Beberapa minggu yang lalu Win akan berkunjung ke Eropa setelah kerjaan gilanya selesai. Takdir berkata lain, Win jatuh sakit dan harus dirawat inap.

Kedua kalinya, Win hendak pergi ke Birmingham seusai rapat bersama pengusaha lainnya. Lagi-lagi, takdir berkata lain, hujan deras mengguyur London.

Through & Through [REVISION]Where stories live. Discover now