Let Me Love Him

119 18 17
                                    

* * *

Karena menerima pesan dari dari nomor yang tidak dikenal, aku menunggu di toilet. Pesan itu berisi bahwa ada yang ingin bertemu aku di toilet. Aku bisa memastikan bahwa si pengirim pesan adalah wanita. Namun aku tidak tahu namanya.

Cukup lama aku menunggu. Sepertinya orang itu mempermainkanku. Cih. Membuang waktuku saja. Jika aku tahu siapa dia, ingin kuberi kejutan. Aku melangkah keluar toilet. Aku berpapasan dengan Rainly saat di koridor.

"Maaf Mira, gue lama, ya?"

Aku mengerutkan dahi. "Eh? Maksudnya?"

"Yang ngirim pesan ke lo itu gue. Gue mau ngomong sama lo." Rainly berjalan ke arah taman belakang, aku menyeimbangi langkahnya. "Sebenarnya gue udah lama banget mau ngomong sama lo."

"Kita omongin baik-baik aja, lo gak usah emosi. Gue gak mau berakhir di UKS karena lo." Rainly terkekeh.

"Ada apa?" tanyaku to the point.

"Lo suka sama Alvaro, ya? Kalau lo gak mau kasih tahu juga gak pa-pa."

Aku menghela napas. "Iya, gue cinta Al."

Rainly tersenyum kecut. "Lo pasti tahu, kan, gue juga cinta Alvaro. Kita sama-sama wanita, pasti sakit, kan, lihat orang yang kita cintai dengan gadis lain."

"Tapi gue gak bermaksud untuk nyakitin lo,"

"Iya gue tahu, Mir. Tapi gue ngerasa kalau Alvaro juga suka sama lo. Sedangkan dia gak pernah suka sama gue. Dia gak pernah izinkan gue untuk buktiin ke dia kalau gue cinta sama dia. Gue harus nunggu berapa tahun lagi, Mir? Hampir empat tahun lamanya untuk meyakinkan Alvaro, tapi, tapi apa yang gue dapat? Gue, gue cinta Alvaro" Rainly menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Bahu gadis itu bergetar, ya, dia menangis.

"Lo salah, dia gak suka sama gue." lirihku.

Rainly menghapus air matanya. "Gue gak berhak larang lo untuk dekat Alvaro. Tapi, tolong jangan mem-perlihatkan kedekatan kalian di depan gue, dan gue juga akan melakukan hal yang sama"

"Let me love him." Aku berlalu meninggalkan Rainly.

Dengan langkah yang tergesa-gesa aku menyusuri koridor. Aku berpapasan dengan Albert saat menaiki tangga. Aku menunduk, menyembunyikan wajahku yang merah padam karena menahan tangis. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menangis di depan Albert.

"Ikut gue," Dia menarik tanganku. Langkah besarnya mengarah ke UKS.

Stela tersenyum menyambut kedatangan kami. "Mira sakit apa?"

"Sakit hati, ada obatnya, gak?" Albert menuntunku menduduki ranjang.

"Wah, obatnya hanya orang yang dicinta Mira kalau gitu."

"Yah, saya panggil dulu, deh, orangnya, ya."

Aku menahan Albert yang hendak melangkah. "Gue gak sakit hati, Sam." Aku tersenyum. "Gue cuma sedih karena perkataan Rainly tadi."

"Rainly bilang apa?"

Kuceritakan seluruh percakapanku dengan Rainly saat di taman belakang sekolah.

"Jadi?"

"Jadi?" Aku menaiki sebelah alisku.

"Ya, jadi lo mau nyerah gitu aja? Lo akan ikhlasin Al untuk Rainly?"

"Sulit untuk gue,"

"Kalau gitu lo gak boleh nyerah! Lo harus berjuang, demi cinta lo untuk Al."

Tanpa sadar, senyum tercetak di bibirku. Albert begitu tulus padaku, merelakan cintanya demi melihat aku bahagia dengan Alvaro. Terkadang, aku merasa bahwa diriku ini sungguh kejam. Tetapi, cintaku telah berlabuh di Alvaro dan takkan bisa kembali mencintai Albert.

Story About Miracle [ON GOING]Where stories live. Discover now