Better

138 13 17
                                    

× × ×

Kepalaku sangat sakit saat terbangun dari tidur. Aku berada di kamarku, ya, seperti biasanya. Aku masih mengenakan hoodie semalam dengan celana jeans yang terlihat kotor. Ini hari apa, sih? Aku melihat tanggal di layar ponselku. Oh, hari Minggu. Sepertinya aku harus mandi dan mengganti pakaianku. Ini sungguh bau alkohol.

Aku berjalan keluar kamar setelah mandi dan berganti pakaian. Aku merasa seperi orang amnesia, aku tidak dapat mengingat seluruh kejadian semalam. Yang kutahu aku mabuk dan yang pasti Kak Nathan akan memarahiku. Jujur saja, semalam itu pertama kali aku merasakannya dan akan jadi yang terakhir. Bodohnya aku yang langsung meneguk minuman itu tanpa tahu apa sebenarnya minuman itu.

Kak Nathan sedang mengobrol dengan Kenneth di ruang tamu, wajah mereka terlihat serius. Aku bergabung dengan mereka, duduk di samping Kak Nathan. Aku mengatur napas, memberanikan diri berbicara dengan Kak Nathan. "Mor, morning, Kak!"

"Kenneth udah cerita semua."

Aku beralih menatap Kenneth. Sudut bibirnya membiru. Kuyakin dia habis berkelahi dengan seseorang. Kenneth tersenyum padaku. "Maafin aku, Mir. Yang gak bisa jagain kamu."

Aku dapat melihat dengan jelas tatapan menyesal dari kedua mata Kenneth. Ini tidak sepenuhnya kesalahan Kenneth, ini juga kesalahanku yang terlalu ceroboh. Dan yang parahnya Clara dengan sengaja menjebakku. Ingin rasanya aku menghajar gadis itu!

Aku tersenyum. "Kamu gak salah, aku aja yang terlalu ceroboh."

Kenneth menunduk. "Semalam Alvaro yang bawa kamu pulang. Aku gak tahu yang kamu minum itu wine. Alvaro telepon aku semalam, dia marah-marah minta aku untuk share lokasi. Dia pukuli aku saat sampai di rumah Darren."

Jadi, yang menolongku semalam adalah Alvaro? Kucoba mengingat-ingat kejadian semalam. Kenneth menjauh dari kami dan menerima telepon. Clara yang memberi minuman itu lagi dan lagi hingga aku mabuk berat. Lalu seseorang menarikku, dia beradu mulut dengan Clara. Aku mencoba mengingat wajah orang itu. Ya, orang itu memang Alvaro!

Dia menggendongku, aku dengan jahil menyentuh dagu dan hidungnya, aku bahkan meniup lehernya. Astaga! Aku sungguh liar! Ingatanku tentang malam itu seakan mengalir begitu saja. Aku menggodanya! Aku muntah di mobilnya dan dia dengan sabar membersihkan cairan itu. Dengan tak tahu malu aku memeluknya dan mencium pipinya. Sial! Aku benar-benar akan bersembunyi jika bertemu Alvaro.

"Aku pamit pulang, ya, Mir." Kenneth membuka suara, menyadarkanku dari lamunan. "Sekali lagi gue minta maaf, Kak." Dia tersenyum padaku dan juga Kak Nathan.

Aku mengantarnya sampai halaman rumahku. Kenneth menaiki motornya. Dia mengelus rambutku. "Permintaanku semalam, gimana?"

"Cium?"

"Iya."

Aku menghela napas perlahan. "Iya! Aku mau!"

Kenneth terkekeh. "Pipi atau bibir?"

Itu pertanyataan yang sulit! Jujur saja, aku ingin orang pertama yang menyentuhnya adalah dia. Lelah menunggu jawaban dariku, Kenneth dengan cepat menarik tengkukku. Aku dengan spontan menunduk, memejamkan mata. Yang Kenneth cium bukan bibirku, melainkan hidungku. Degup jantungku berpacu. Tangan kekarnya membelai pipiku. Aku dapat merasakan aliran darahku seperti mendidih.

"It's okay. I won't force you, babe." Perlahan aku membuka mata. Kenneth tersenyum. "Kamu jaga ini untuk masa depanmu, hm?" Ibu jarinya mengelus permukaan bibirku.

Tanganku meremas ujung bajunya. Bisakah kita sudahi permbicaraan ini?

"Answer me, honey."

"Yeah." gumamku.

Story About Miracle [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang