Who are You?

84 14 14
                                    

* * *

Alvaro tidak membalas pesanku semalam. Aku hanya memberitahunya bahwa hari ini aku akan kembali masuk sekolah dan aku hanya ingin dia tahu. Apa sikapku yang seperti ini terlihat berlebihan? Apakah berkesan seperti aku mencari perhatian Alvaro? Aku hanya tidak terbiasa dengan keadaan seperti ini. Alvaro benar-benar mengabaikanku. Aku rindu Alvaro yang menyebalkan. Bukan Alvaro yang tidak memiliki kepedulian.

Saat memasuki kelas semua mata tertuju padaku. Aku tak menghiraukan dan berjalan santai menuju tempat dudukku. Albert cs langsung mengerubungi tempat dudukku. Wajah mereka terlihat serius, tidak seperti biasanya. Aku mengerutkan dahi. Mereka ini kenapa? "Gue gak amnesia, Lan."

"Gue baru mau nanya gitu." Alan terkekeh.

"Kami minta maaf, ya, Mir. Kami gak bisa lindungi lo." tutur Stefan.

"Santai aja, udah sembuh ini."

"Misalnya lo kesulitan ngerjain tugas, kita bisa bantu kerjain, kok!" seru Alan.

"Eh, lo serius? Yang pintar di antara kita emang siapa?" sahut Mike.

"Tenang aja, kita bisa nyontek ke Vivian, dengar-dengar dia murid pindahan yang otaknya pintar."

"Udah itu gampang. Berisik lo semua, balik sana ke tempat asal." sungut Albert.

"Bilang aja pingin berduaan!" cibir Alan.

"Ingat, Bet. Mira udah punya pacar." sahut Stefan.

Mereka kembali ke tempat duduk masing-masing. Albert menatapku. "Masih sakit?" Tangannya terulur memegang kepalaku yang sudah tak berbalut perban.

"Enggak."

"Syukurlah."

"Kembaran lo kenapa gak jengukin gue selama gue di rumah sakit?"

"Gue gak tahu, lo bisa tanya langsung."

"Dia gak khawatir dengan keadaan gue?"

"Mir, cukup. Lo harus sadar dengan realita. Lo udah punya pacar dan Al bukan siapa-siapa lo."

Aku tersenyum tipis. Perkataannya menamparku.

* * *

Aku menatap siswa-siswi yang berlalu lalang. Ada beberapa dari mereka yang mengarah ke tempatku berdiri untuk menaiki kendaraannya dan pulang ke rumah. Ya, aku sedang berada di parkiran sekolah. Bersandar di pintu mobil si kembar, menunggu pemiliknya. Aku hanya ingin semuanya jelas. Mengapa Alvaro tiba-tiba mengabaikanku, aku ingin tahu penyebabnya.

Terdengar tawa khas gadis manja tak jauh dari tempatku berdiri. Itu mereka. Dan benar saja, si kembar dan Rainly berjalan ke arahku. Aku menghadang Alvaro yang hendak masuk ke mobil. Dia menatapku datar. Albert dan Rainly menghampiriku.

"Mir, mau pulang bareng?" tanya Rainly.

"Sam, Rainly. Gue minta lo berdua masuk mobil duluan, gue ada urusan sama Al." Tanpa banyak bicara mereka menuruti perkataanku.

Alvaro tetap diam.

"Maksud lo apa?" Aku menarik dasi Alvaro.

"Apa?"

"Tiga hari gue masuk rumah sakit dan lo gak sama sekali jengukin gue."

"Harus?"

Aku terkesiap. "Gue gak ngerti kenapa lo berubah. Lo itu aneh, kadang gue merasa lo peduli sama gue, lo berusaha melindungi gue. Tapi kadang lo bersikap seolah gue gak pernah hadir di hidup lo."

Mata cokelat itu menatapku tajam. "Lo ini ngomong apa, sih? Ngawur!"

Aku menarik kerah seragamnya dan berjinjit. Menatap manik cokelat itu lekat-lekat. "Kakak macam apa lo? Lo bilang gue udah seperti adik bagi lo! Tapi apa?!"

Story About Miracle [ON GOING]Where stories live. Discover now