Twins

1.1K 129 81
                                    

"Aku ingin ke toilet!" celetuk Tetsuya dengan wajah memerah karena menahan panggilan alamnya.

Mereka sedang bersenda gurau. Tertawa dengan leluasanya, melupakan segala keraguan dan kegundahan dalam hati. Tentu, mereka sedang melakukannya ketika Tetsuya merasa ingin mengeluarkan air maninya.

"Toilet di kamarku sedang tidak bisa digunakan. Ingin kuantar?" tawar Gaara.

Merasa tidak enak, Tetsuya menggelengkan kepalanya.

"Beritahu saja letaknya," ujarnya.

"Di ujung koridor, pintu bercat merah," kata Gaara.

Tetsuya memiringkan kepalanya melihat Gaara. Ingatannya kembali pada kejadian di pub seminggu yang lalu. Tunggu. Tunggu sebentar. Apakah... Gaara adalah lelaki itu? Lelaki yang mencumbu Furihata Kouki dengan... nafsu? Atau mesra? Tetsuya tidak bisa membedakannya.

"Ada apa Tetsuya?" tanya Gaara, sedikit khawatir karena respon lambat dari yang terkasih.

"Ah? Ugh tidak! Aku akan segera kembali!" serunya, begitu manis dan terburu-buru.

Wah, apa yang dipikirkannya barusan? Gaara? Mencumbu Kouki? Tidak. Itu tidak mungkin. Tapi, dari belakang orang itu terlihat seperti Gaara. Sedangkan yang mencumbu Uzumaki Naruto saat itu... siapa namanya? Uchiha? Uchiha...? Ah sudahlah, Tetsuya tidak bisa mengingatnya meskipun ia tahu orangnya.

"Cat merah... cat merah," gumamnya.

Kakinya terus bergerak, bahkan ketika ia sampai di ujung koridor. Dua pintu merah ada di hadapannya. Gaara tidak mengatakan kanan atau kiri, mungkin keduanya toilet. Maka dengan tergesa, Tetsuya menerobos masuk ke dalam kamar bercat merah di bagian kanan.

"Loh...?" mata bulatnya mengedip beberapa kali, kebingungan dengan kamar yang ada di balik pintu itu.

"Nghh ahh! Aduh! Kenapa berhenti?!" desahan kecil terdengar, setelah itu juga terdengar protes kekecewaan.

Wajah Tetsuya memerah, menyadari bahwa ia salah memasuki kamar.

"Sumimasen! Aku salah masuk!" serunya menunduk, berniat pergi namun harus ia batalkan karena tangannya yang tertahan sesuatu.

Pintu itu tertutup begitu saja. Angin...? Angin kecil... angin kecil yang menutupnya.

"Kau pikir, kemana kau akan pergi?" suara serak itu terdengar.

Mual menghampiri Tetsuya, membuatnya melupakan panggilan alamnya. Aroma ini, aroma feromon yang ia dapatkan dari tubuh Furihata Kouki.

"Hoeekk!"

Tak dapat ia tahan lagi mualnya. Isi perutnya keluar begitu saja tanpa berhasil ia tahan.

"Ck, Akashi! Tuntaskan dulu!" protes sang submisif, yang Tetsuya yakini sebagai mate sang dominan.

"Hm, baiklah. Kau... tunggu di luar, jangan coba-coba melarikan diri," suaranya.

Tetsuya tahu suara ini. Segera setelah kehangatan yang menahan di tangannya menghilang, ia keluar begitu saja dari kamar. Tunggu. Namanya... Akashi? Apa itu...

"Hooeeekk!" tersadar, Tetsuya merangkak menuju kamar mandi.

Dia mengunci pintu itu dengan cepat. Kesialan apa yang menimpanya? Dia berada satu ruangan dengan lelaki yang mengincarnya sejak dulu. Iya, Midorima Shintaro ada dalam kamar mandi itu.

"Hm? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Shintaro.

"Ugh... mu-mual... ke-kenapa kau ada di sini... ngh... Mi-Midorima-kun...?" cuit Tetsuya terbata-bata.

Pain of LoveWhere stories live. Discover now