Bitter-Sweet Life

735 89 21
                                    

Tetsuya duduk meringkuk di kasur apartemennya. Nigou ada di sana. Memandang tepat ke Tetsuya yang terlihat begitu sedih dan terpuruk. Ini sudsh seminggu lamanya ia tidak bertemu putra kecilnya. Alasannya tidak jauh-jauh dari Akashi Seijuro dan Midorima Shintaro.

Bahkan, sebulan terakhir ini, dia tidak menghubungi siapa pun. Ponselnya sudah dipenuhi pesan dan notifikasi lainnya dari teman-temannya. Dia tidak keluar dari apartemennya. Tubuhnya semakin kurus. Ke kampus pun terasa tabu untuk Tetsuya.

Bel berbunyi. Nigou menyalak dengan gembira, berharap tuannya akan beranjak. Dan itu yang dilakukan Tetsuya. Dia melangkah menuju ke pintu apartemennya. Melihat siapa yang mengunjunginya melalui interkom. Midorima. Midorima Shintaro.

<Kuroko, aku tahu kau di dalam. Buka pintunya> kata Shintaro sembari melihat ke arah kamera interkom.

Tetsuya hanya diam. Bergeming di tempatnya. Perkataan Seijuro masih terngiang-ngiang di otaknya. Tidak. Dia tidak melawan. Menurutnya, itu akan sangat percuma. Dia hanya meminta satu hal, bertemu dengan Gaara. Hanya itu. Dan kalian tahu? Seijuro melilitkan api ke lehernya. Membuat luka di leher Tetsuya. Bahkan nyaris membunuh Tetsuya. Rasa sakit itu begitu terasa. Baik di fisik maupun batinnya.

Jika memang Seijuro tidak menyukainya meski hanya sedikit, lalu kenapa Seijuro semarah itu hanya karena ia meminta dipertemukan dengan Gaara? Apa...? Apa salahnya...?

<Tetsuya, buka sebelum aku memaksa masuk!> kata Shintaro, bahkan sudah menggunakan nama panggilan Tetsuya.

Jelas Tetsuya tahu apa yang diinginkan Shintaro. Tubuhnya.

<Tetsuya!> bentak Shintaro, layaknya orang gila di depan apartemen Tetsuya.

Tetsuya hanya memandang monitor itu dengan tatapan kosong. Ingin sekali ia menghancurkan monitor itu. Maka, itu dilakukannya. Dia berbalik, kembali ke kamarnya. Air dalam gelas yang berada di dapur bergejolak. Membentuk jarum-jarum kecil yang kemudian menghancurkan monitor interkom itu lalu mencair menjadi air yang merusak sistem dalamnya.

Rusak total. Dia tidak peduli. Nanti dia bisa membetulkannya. Tahu? Dia benar-benar menjadi jalang untuk Seijuro dan Shintaro. Mereka bahkan mengiriminya uang bulanan. Miris sekali hidupnya bukan?

Brak!!!

Pintu terdobrak terbuka, menampilkan wajah marah Shintaro. Tetsuya diam di tempatnya setelah mendengar dobrakan pintu. Tatapannya teramat kosong, seolah tak ada kehidupan di dalamnya.

"Sa-kit," lirih Tetsuya.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau menjadi pembangkang seperti ini Tetsuya?!" geram Shintaro.

"Dimana anakku...?" gumam Tetsuya.

"Anakmu? Kau belum mengandung anakku maupun Seijuro, berhenti bersikap gila," kata Shintaro datar.

"Anakku... dengan Gaara-kun," lirih Tetsuya.

Plak!!!

"Kau benar-benar belum berubah, Tetsuya. Kapan kau akan sadar? Gaara sudah tidak ada! Aku dan Seijuro pemilikmu sekarang!" bentak Shintaro setelah menampar pipi Tetsuya.

Tetsuya jatuh terduduk. Matanya mulai meneteskan air mata. Milik... Shintaro dan Seijuro...? Tapi ini hidupnya...

"Hiks... ka-kau... hiks... kau bilang menyukaiku... hiks... kau bilang kau mencintaiku... hiks... kenapa kau melakukan ini?!" pekik Tetsuya. "Apa kau tahu?! Ini menyakitkan! Sungguh, ini sangat amat menyakitkan!"

 "Apa kau tahu?! Ini menyakitkan! Sungguh, ini sangat amat menyakitkan!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pain of LoveWhere stories live. Discover now