Goodbye Road

1K 129 65
                                    

Di satu masa, ada aturan tak tertulis dimana mate yang telah dipilih seorang alpha gen bisa direbut oleh yang lainnya.

Dua cara yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah berbagi, atau saling membunuh. Siapa yang bertahan, ia yang akan mendapatkannya. Kejam? Memang. Tapi, itu adalah jalan yang adil. Adil bagi sang diktator tentunya. Melihat bagaimana pasangannya tersakiti, reaksi yang akan didapat oleh para scientist demi mengembangkan eksperimen mereka, emosi yang ditunjukkan oleh sang submisif, semuanya sungguh adil bagi mereka yang berada di atas. Mendapatkan kembali data yang lebih banyak hanya dengan kehilangan satu nyawa.

Apa yang Gaara takutkan adalah hari ketika ia harus menyerahkan nyawanya untuk ketepatan peraturan itu. Dia tidak mau dan tidak akan pernah mau membagi Tetsuya dengan siapa pun. Namun, melihat mata itu berkilat tiap kali melihat Tetsuya, Gaara semakin yakin jika ajalnya sudah dekat. Berbagi atau mati. Hanya itu pilihannya. Yang lebih ia takutkan adalah, reaksi Tetsuya. Kesakitan yang akan dialami Tetsuya. Kehidupan Tetsuya yang jelas akan hancur bersama orang itu.

"Brother? Apa dia saudara kembarmu?" Tetsuya mengangkat kepalanya melihat sosok Gaara setelah mendengar sapaan sang lelaki yang menurutnya asing.

"Cukup, ayo pergi dari sini Tetsuya," kata Gaara, melangkah pergi dengan arogan tanpa peduli baik pada saudara kembarnya atau pun sang sepupu.

"Aku menantangmu," kata Seijuro.

"Aku menolak," jawab Gaara, dalam diam, dia meremat pundak Tetsuya.

"Maka kita akan berbagi," kata Seijuro lagi.

Langkah Gaara terhenti. Geraman rendah terdengar dari mulutnya.

"Urus Furihata dan bermainlah dengan omega gen lainnya, Tetsuya bukan mainanmu," kata Gaara dingin.

Begitu dingin sehingga Tetsuya sendiri menjadi ketakutan. Seijuro, dia sebenarnya tidak ingin mengalah, tapi bahunya diremat oleh seseorang. Midorima Shintaro.

"Bukankah lebih baik jika kita membiarkan anjing kecil bermain sebelum dibawa ke lingkungan baru?" ujarnya.

Mendengar itu, Seijuro hanya diam. Matanya berkilat, dan Gaara tahu itu bukan sesuatu yang baik untuknya. Tapi dia lebih memilih diam. Melangkah menuju kamarnya dengan tatapan heran dari Tetsuya.

"Singkirkan tanganmu," kata Seijuro dingin.

"Kau menginginkannya," ujar Shintaro, kilatan licik terlihat di matanya.

Ah, jangan salah paham. Shintaro memang tidak pernah akur dengan Gaara, tapi bukan berarti ia selalu akur dengan Seijuro. Meski perbedaannya tipis, tapi Shintaro sedikit lebih akur dengan Seijuro. Ingat, hanya sedikit.

"Apa kau punya rencana?"

Mau tahu alasannya?

"Ya, aku punya. Cukup ikuti apa kataku, dan dia akan berada di genggamanmu."

Mudah. Alasannya begitu mudah.

"Kau menginginkan sesuatu, apa yang kau inginkan sehingga kau membantuku?"

Itu semua karena Shintaro dan Seijuro mirip.

"Berbagi, aku ingin kau berbagi denganku."

Mirip? Ya. Mereka sangat mirip.

"Baiklah, katakan rencanamu."

Pain of LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant