Midorima Shintaro

768 105 40
                                    

Midorima Shintaro itu monster. Percaya? Seharusnya iya. Kekuatan, kemampuan, keahlian, fisik maupun mental, semuanya menunjukkan angka yang sungguh luar biasa.

Dia dididik menjadi seorang monster. Menjadi seseorang yang bukan dirinya. Orang pertama, anak pertama, manusia pertama yang ditemukan sebagai pemilik dua elemen. Tanah dan kristal.

"Kau adalah anak yang spesial, kau harus bisa mengubah dunia ini suatu saat nanti. Buatlah ayahmu ini bangga, Nak," itu kata ayahnya.

Shintaro ingat. Pertama kali ia bertemu dengan Seijuro, ia bahkan merasakan aura kemutlakannya. Dia bisa merasakan, kesamaan atas dirinya dan Seijuro. Dua elemen. Aura membunuh yang kental. Dan... monster.

Sedangkan dengan Gaara, Shintaro menyukai aura Gaara. Aura yang selalu dirasakannya saat ia bersama ibunya dulu. Aura seorang protector. Maksudnya? Ah, mereka bisa dibilang hasil uji coba yang membangkang. Mereka yang melakukan segala cara untuk melindungi generasi berikutnya dari eksperimen elemental itu.

Tidak tidak. Gaara dan Shintaro tidak bermusuhan pada mulanya. Bahkan sebenarnya, Shintaro tidak pernah berpikir untuk berperang dengan Gaara. Gaara orang yang baik. Sangat. Tapi, dia tahu dia dan Gaara tidak akan bisa akur.

Kenyataannya, Gaara memang dibenci oleh keluarganya sendiri. Shintaro menyadarinya ketika ia melihat mata Gaara. Mengerti maksudnya?

Gaara adalah orang yang sangat berlawanan dengan Shintaro. Shintaro tahu detik ia bertemu dengan Gaara, maka ia akan menjadi musuh lelaki bermata panda itu. Ingat, bukannya Shintaro membenci Gaara, tapi dia dididik untuk itu.

Puncaknya adalah ketika usia mereka menginjak tujuh belas tahun. Shintaro  melihatnya. Bidadari kecil yang manis. Sosok yang tertawa di bawah derasnya hujan. Shintaro ingat sekali, saat itu wajah dan tubuh Kuroko Tetsuya dipenuhi lebam, tapi dia tertawa.

Tawanya begitu manis. Tawanya begitu menyejukkan. Tawanya begitu merdu. Bak anak kecil yang baru saja melihat hujan. Shintaro merasa sangat gemas. Dia ingin menghampirinya, sebelum ia tahu penyebab lelaki manis itu tertawa lebih riang dari sebelumnya. Akashi Gaara.

Shintaro melihatnya, tubuh basah itu menerjang ke tubuh lain yang jelas lebih tinggi dan kekar. Berceloteh begitu riangnya sementara Gaara hanya memandangnya dengan tatapan teduh. Shintaro tidak pernah lupa rasanya.

Denyutan nyeri pada dadanya. Rasa sakit seolah ditinggal ibunya. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya bukan? Tanpa sadar, mereka berada dalam satu kampus yang sama.

Shintaro yang mulanya sudah mulai melupakan Tetsuya, lalu mengetahui bahwa Tetsuya bukan kekasih Gaara. Hanya sahabat yang begitu dekat. Dia juga tahu bahwa Tetsuya hanya 'manusia normal'. Maka, dia mendekati Tetsuya. Terang-terangan menurutnya, dan malu-malu kucing menurut teman-temannya.

Ada yang lebih buruk? Tentu saja ada. Itu, ketika dia tahu, bahwa Gaara dan Tetsuya resmi berpacaran. Inginnya, Shintaro membiarkan itu semua. Tapi, kalian juga harus mempertimbangkan didikan yang diterima Shintaro. Tidak pernah mengalah.

Mengetahui Akashi Seijuro juga tertarik pada manisnya, dia mengambil kesempatan itu. Semua akan lebih mudah jika Seijuro berada pada sisinya. Otak cerdasnya, meski sebenarnya Akashi Seijuro tidak kalah cerdas, disandingkan dengan kekuatan Seijuro. Dan mereka benar-benar mendapatkan Tetsuya.

Bukan maksudnya melukai Tetsuya, tapi dia tidak suka. Tidak suka Tetsuya membangkang. Dia tidak suka bagaimana Tetsuya terus menangis di hadapannya sementara ia tertawa di hadapan orang lain. Dia iri. Meski mencintai Tetsuya, dia tidak bisa mengekspresikannya. Sama halnya dengan Seijuro. Ah, mungkin tidak. Seijuro bahkan sepertinya masih labil dengan perasaannya.

Pain of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang