Surprise Surprise

798 105 31
                                    

Taiga, dengan terkejut dan tak percaya, menggebrak keras meja kayu di depannya. Mata crimson Taiga memancarkan aura harimau liarnya. Tawa canggung lalu terdengar memenuhi ruangan.

"Ka-kau bercanda Kise," ujar Shigehiro.

"Ya... Kuro-chin mana memiliki kekuatan seperti itu," bahkan Atsushi yang malas menanggapi pun kini ikut andil tak percaya.

"Tapi aku melihatnya sendiri! Air! Air itu mengikuti aluran tangannya, se-seolah dia yang mengendalikannya-ssu!" seru Ryota, ikut menggebrak meja dengan Taiga.

Taiga memijit pelipisnya. Ini gila. Bagaimana bisa seorang 'manusia normal' yang bahkan sudah diuji oleh para peniliti memiliki kekuatan? Bahkan diktator bajingan itu sudah memberikan konfirmasi bahwa Tetsuya hanya 'manusia normal'. Tidak berkekuatan dan tidak memiliki gen. Tidak bisa dilakukan uji coba pula padanya karena nyatanya, tubuhnya terlalu lemah.

"Tidak hanya satu. Dia memiliki tiga! Kau bayangkan, tiga! Mana mungkin aku percaya semua ini!" seru Taiga, benar-benar membantah pernyataan Ryota.

Tiga? Iya. Salju tidak akan tercipta tanpa adanya angin. Paham? Kalian harus paham.

"Aku melihatnya, Kagami-cchi! Dengan dua mata kepalaku sendiri. Dia menciptakan salju! Ba-bahkan... bahkan anjingnya bisa bernafas dalam air-ssu!" protes Ryota.

"Oke baiklah. Pertama, jangan panggil aku dengan sebutan anehmu. Kedua, kau itu alpha gen yang seharusnya lebih manly dariku. Ketiga, anjing itu namanya Nigou," kata Taiga dengan tatapan mata datar.

"Apa kau harus membicarakan itu sekarang?" tanya Atsushi malas.

"Dan keempat, seharusnya itu semua tidak mungkin," tambah Shigehiro.

"Aarrghh! Bagaimana aku harus memberitahu kalian agar kalian percaya?! Dia melakukan ini! Begini! Lalu boom! Semuanya salju-ssu!" seru Ryota, bergerak dengan lincah seolah menirukan Tetsuya. Tapi terlihat bodoh di mata Taiga.

"Sudahlah Ryota, kau pasti berhalusinasi, Kuroko tidak akan menyembunyikan hal seperti itu dari kita," kata Shigehiro.

Ryota mengacak-acak rambutnya. Merasa kesal karena tidak ada yang memercayainya. Dia melihatnya sendiri. Dia ingat dengan sangat jelas. Dia ingin memberikan jaket karena merasa udara malam pasti akan dingin. Dan jelas sekali Tetsuya akan berada di sana sampai malam.

Saat dia kembali, dia melihatnya! Tetsuya yang tersenyum begitu gembiranya. Berkilau di bawah terpaan sinar matahari yang kemerahan hampir terbenam. Bagai seorang utusan Dewa. Berkilau, tak tersentuh, dan begitu indahnya. Dia... bagaikan malaikat. Benar. Malaikat.

"Aku mulai berpikir..." gumam Ryota.

"Apa?" Taiga memutar bola matanya malas.

"Apa mungkin dia utusan Dewa? Kau tahu? Mitos itu," kata Ryota.

"Itu mitos. Mana ada utusan Dewa, malaikat? Apa kau tidak melihatnya? Kuro-chin sangat lemah," kata Atsushi, merasa Ryota membual.

"Oh ayolah! Kenapa kalian tidak bisa percaya padaku?!" protes Ryota kesal.

"Bagaimana kami bisa percaya?! Apa kau tidak melihatnya? Tubuh Kuroko sangat mungil! Begitu lemah dan mana mungkin anak sepertinya memiliki kekuatan?! Apa lagi tiga!" gerutu Taiga.

Ryota menghempaskan punggungnya begitu saja. Apa yang harus dilakukannya? Tetsuya benar-benar melakukan semua itu. Berkilau bagai malaikat yang diutus Tuhan. Ryota yakin, sangat yakin malah, jika Tetsuya adalah manusia yang unik.

Ah tunggu. Apa Tetsuya masih bisa disebut manusia? Malaikat mungkin lebih cocok disandang oleh Tetsuya dibandingkan dengan manusia.

☬️___☯₤️☯___☬️

Pain of LoveWhere stories live. Discover now