Secrets

954 109 11
                                    

Tetsuya berjongkok. Tatapannya terarah pada air danau yang begitu bening hingga menunjukkan dasar danau itu. Ia memiringkan kepalanya dengan tenang, melihat pantulannya di danau dengan tatapan berbinar. Seperti anak kecil yang baru bertemu dengan air.

"Apa kau menyukainya?" tanya Ryota, sosok yang membawa Tetsuya ke danau ini.

Tempatnya tenang, begitu sepi. Hanya ada dia dan Ryota, dan Tetsuya menyukainya. Sangat menyukainya.

"Terimakasih sudah membawaku kemari, Kise-kun," kata Tetsuya, menampilkan senyuman manisnya.

Apa dia benar-benar sudah berusia sembilan belas tahun? batin Ryota heran. Sikap Tetsuya tidak menunjukkan bahwa Tetsuya sudah menginjak usia sembilan belas tahun. Dia malah terlihat seperti anak berusia tiga tahun yang baru menjejakkan kaki di dunia luar.

"Tentu, apa Gaara tidak pernah membawamu kemari-ssu?" tanya Ryota.

Tetsuya menggeleng. Dia selalu suka air. Sejak kecil, ia bahkan selalu menghabiskan waktunya berlama-lama dalam kamar mandi hingga kulitnya mengeriput. Setelah orangtuanya meninggal, dia tidak pernah lagi mendekati air. Setidaknya hingga Gaara datang.

"Bisa tinggalkan aku sendiri?" tanya Tetsuya.

Ryota mengerutkan keningnya heran. Hari ini adalah gilirannya menemui Tetsuya. Rencananya, mereka berniat mengenalkan Tetsuya dengan Ryota dan Atsushi satu per satu. Tapi, Tetsuya baru saja mengusirnya? Atau apa?

"Sumimasen, Kise-kun, a-aku butuh wa-waktu sendiri," cuit Tetsuya, merasa bersalah ketika melihat raut wajah Ryota.

Dua jam yang lalu, Ryota datang ke kampusnya. Menjemputnya dan mengaku kalau ia adalah salah satu sahabat lain Gaara. Nyatanya memang begitu, bahkan Shigehiro dan Taiga mengakuinya. Setidaknya... dia bisa melarikan diri dari Shintaro dan Seijuro. Cukup sudah dia membahayakan calon bayinya semalam. Bahkan dia nyaris tidak bisa bergerak sekarang.

"Kalau sudah puas kau bisa memanggilku," kata Ryota, paham situasi Tetsuya.

"Kise-kun bisa meninggalkanku saja di sini," kata Tetsuya, senyuman pilu menghiasi wajahnya membuat Ryota tidak bisa menolak.

"Ta-tapi..."

"Tenang saja, tidak ada yang tahu selain kau dan aku, iyakan?" ujar Tetsuya, dan entah sihir apa yang digunakannya, Ryota menurut.

Ryota seolah dimantra sehingga tak bisa menolak permintaan si manis. Kenyataannya, Tetsuya sudah berpikir akan menginap di tempat ini malam ini. Apartemennya? Jangan gila. Shintaro dan Seijuro bahkan bisa merusak kuncinya jika ia mengganti sandinya lagi.

"Kau bisa meneleponku jika ingin kujemput," kata Ryota, tentu saja telah memberikan kontaknya pada Tetsuya.

"Terimakasih untuk hari ini, Kise-kun," ujar Tetsuya, ia membungkukkan badannya.

Tetsuya memerhatikan Ryota yang mulai berjalan menjauh. Punggung tegap, surai pirang, mata lentik, ah... kakinya juga jenjang sekali, Tetsuya iri...

"Dia sudah pergi?" gumam Tetsuya setelah tak lagi melihat sosok Ryota.

Senyuman merekah di wajah Tetsuya, dia menurunkan tasnya, lalu menyembul sebuah kepala berbulu hitam putih. Buntalan menggemaskan yang menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia meloncat keluar dari tas Tetsuya, memperlihatkan dirinya yang memakai jersey Seirin bernomor enam belas. Segera ia berlari memutar, mengejar ekornya sendiri.

 Segera ia berlari memutar, mengejar ekornya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pain of LoveWhere stories live. Discover now