Congratulations?

868 101 22
                                    

Gelak tawa terdengar. Musik kencang memenuhi ruangan. Uzumaki Naruto duduk dengan manisnya di pangkuan sang kekasih. Mereka tertawa, tapi tidak dengan Naruto. Tidak tidak. Dia tidak bisa tertawa. Pembicaraan mereka terlalu menyakitinya.

"Apa kalian tidak punya hati?" tanyanya dengan tatapan tajam, begitu menusuk.

"Oh ayolah Naruto, kau terlalu memikirkannya," kata Daiki malas.

Naruto memutar bola matanya malas. Dia berbalik, menghadap sosok yang dicintanya. Mate yang memilihnya, Uchiha Sasuke.

"Anak itu sedang mengandung Sasuke. Apa kau tega? Bagaimana jika aku yang ada di posisinya-datebayo!" cecar Naruto.

"Sudahlah Naruto, ini keinginan Dyroth. Kita tidak berhak mencampuri urusannya," kata Sasuke, tidak peduli sebenarnya. Protes? Tidak berguna, itu sifat asli Sasuke.

Naruto mendelik. Tangannya segera menyentil kening Sasuke. Matanya beralih pada dua teman Sasuke, yang menurut Naruto, sangat tidak waras dan pantas masuk rumah sakit jiwa.

"Kalian seharusnya tidak berkeliaran bebas," gerutu Naruto.

Naruto merajuk. Sasuke tahu itu, tapi dia bisa apa? Membujuk Naruto? Tidak. Itu bukan gayanya.

Naruto segera keluar dari ruangan itu, meninggalkan gelak tawa yang memenuhi ruangan itu. Baru saja ia keluar dari ruangan, ia harus melihat pemandangan yang membuatnya semakin marah. Sosok yang baru saja dibicarakan, kini dikungkung oleh sosok bertubuh tinggi tegap berkacamata. Memaksa si manis itu menerima ciumannya.

"Eumhh mhhh le-pashh nghh," isak lelaki manis itu.

Naruto mengepalkan tangannya. Kumpulan angin mulai melapisi tangannya. Berniat memukul lelaki tinggi yang menjabat sebagai pemilik pub ini.

"Apa kau tidak mendengarnya?! Dia bilang lepas-datebayo!" bentak Naruto, hampir memukul lelaki tinggi bak tiang itu seandainya tangan si manis bersurai biru tidak terulur menandakan jangan memukul.

"Ughh hah... hah..." desah lelaki biru itu lega, Kuroko Tetsuya.

Naruto menukikkan alisnya tajam. Dia terbilang pendek jika dibandingkan dengan Midorima Shintaro. Cukup menyebalkan.

"Oh, rubah kecilnya Sasuke," gumam Shintaro.

Shintaro melirik Tetsuya. Hampir menyentuh pipi Tetsuya ketika pasir mulai melindungi Tetsuya, lagi.

"Hm? Baiklah kalau begitu, aku akan menunggu malam ini," kekeh Shintaro, kemudian pergi begitu saja.

Seperginya Shintaro, tubuh Tetsuya merusut. Dia jatuh terduduk dengan mual yang mulai melanda. Naruto berjongkok di depan Tetsuya, tangannya ia ulurkan.

"Kalau kuingat lagi, kau selalu mual saat dekat denganku. Apa menjijikkan?" tanya Naruto.

"Bu-bukan... bukan seperti itu," cicit Tetsuya.

"Hahaha! Aku hanya bercanda. Ah ya, aku Uzumaki Naruto, penerima omega gen elemen angin, kau?" ujar Naruto, memperkenalkan diri.

"A-aku... Kuroko Tetsuya," ujarnya dengan suara kecil.

Naruto tersenyum dengan khas. Cengiran lebar dengan mata menyipit layaknya rubah.

"Ah, kau 'manusia normal'?" tanya Naruto.

Pelan-pelan, Tetsuya mengangguk. Ragu dan tidak percaya, kebiasaannya. Dia menerima uluran tangan Naruto, berusaha menahan mual yang merasuk.

"Uzumaki..."

"Naruto, Naruto saja," kata Naruto menyela.

"Ugh... ba-baiklah. Naruto-kun su-sudah mating?" cicit Tetsuya, jelas sekali takut.

Pain of LoveDove le storie prendono vita. Scoprilo ora