Lima Puluh Enam

2.5K 267 79
                                    

Pertemuan malam itu, cukup bagiku untuk melepas rinduku padamu.
-Dian.

------------

Setelah pertemuan antara Dian dan Dion malam itu, semuanya seakan berubah. Dian merasa sedikit lega, karena pasalnya ia bisa bertemu dengan orang yang selama ini dicarinya.

Berbanding terbalik dengan Dion, ia justu semakin kepikiran. Ia takut jika Dian dan dirinya memang ditakdirkan tidak untuk bersama. Namun, hanya untuk sekedar memberi pengalaman dan pelajaran saja.

"Lo yakin mau pulang sekarang? Nggak nanti-nanti aja? Kan lo udah ketemu sama Dion," kata Nayla yang saat ini membantu Dian mengemasi pakaiannya.

Hari ini, mereka pulang ke Jakarta. Dian mengajaknya, karena memang sejak awal. Dian sudah bertekad akan kembali ke Jakarta begitu sudah bertemu dengan Dion. Dan mereka sudah bertemu.

"Iya, gue nggak mau. Dengan adanya gue disini, justru malah buat Dion bingung sama perasaannya," balas Dian.

"Bingung gimana lagi? Udah jelas-jelas kalau si Dion masih sayang banget sama lo, dia masih cinta sama lo. Lo denger sendiri kan, kalau dia itu ngelakuin ini semua juga demi kebaikan lo," kata Nayla.

"Gue tahu, tapi yaudah lah Nay, mungkin emang belum jodohnya aja. Gue juga bakal berusaha ikhlas, mungkin, itu juga kalau gue bisa," kata Dian.

"Jangan dulu dong, lagian lo juga bilang kan, kalau si Dion minta lo buat nunggu dia pulang ke Jakarta, gue yakin kok kalau kali ini Dion bakal nepatin janjinya. Percaya sama gue," kata Nayla meyakinkan.

"Semalem, gue mimpiin Dion," kata Dian menghentikan kegiatannya.

"Mimpiin gimana? Kalian nikah?" Tanya Nayla yang saat ini sudah duduk di sebelah Dian, dan menatapnya lekat.

Dian menggeleng. "Justru sebaliknya Nay, dia pamit sama gue," balasnya.

"Pamit? Pamit kemana?"

Dian nampak sendu. Ekspresi wajahnya berubah.

"Dia nggak bilang mau pergi kemana, tapi yang jelas. Dia mau pergi, pergi jauh, dan dia bilang. Dia nggak bisa sama gue, gue disuruh nyari gantinya dia, buat lanjutin mimpi-mimpi gue," balas Dian sembari tersenyum miris.

"Alah, mimpi doang ini Yan, jangan terlalu dipikirin. Bunga tidur," kata Nayla.

Dian hanya mengangguk.

"Yaudah, lanjut lagi," kata Nayla.

Lagi-lagi Dian hanya mengangguk lalu melanjutkan kegiatannya tadi.

###

Saat ini, Dion dan Arsya tengah berada di salah satu mall, Arsya minta ditemani membeli baju usai mereka melakukan fitting baju pernikahan. Sebenarnya Dion malas, namun karena desakan yang terus Arsya dan keluarganya berikan. Akhirnya, dengan sangat terpaksa Dion mengikuti.

"Sayang, ini bagus nggak?" Tanya Arsya sembari menempelkan baju di tubuhnya.

"Iya," balas Dion malas.

"Aku lebih cocok pake yang warna merah apa hijau?" Tanyanya lagi.

"Serah," balas Dion tak acuh.

Crazy Boyfriend [Completed✔]Where stories live. Discover now